TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG- Menjelang datangnya bulan Ramadhan, biasanya masyarakat tanah air melaksanakan berbagai macam tradisi untuk menyambut bulan suci ini.
Selain ziarah kubro, nyadran dan ruwahan, terdapat pula tradisi lainnya yakni munggahan.
Kata "munggahan" masih jarang terdengar di media sosial dan tidak sepopuler tradisi lainnya.
Lantas apa yang dimaksud dengan kata munggahan ini?
Arti Punggahan
Dikutip dari sembirkadipaten.kec-prembun.kebumenkab.go.id, munggahan berasal dari kata punggahan yang bersumber dari kata dasar Munggah.
Sementara, kata munggah dalam bahasa Jawa adalah naik.
Maksudnya bahwa, masuknya bulan Ramadhan perlu disambut dengan iman yang harus lebih ditingkatkan lagi.
Punggahan ini bertujuan untuk mengingatkan para umat muslim bahwa Ramadhan akan gera tiba, dan juga untuk mengirim doa pada orang-orang yang telah meninggal dunia.
Pungahan ini biasanya dilakukan dirumah dengan mengundang tetangga sekitar dan kyai untuk memimpin pembacaan tahlil dan doa, atau bisa juga diadakan di masjid atau mushola-mushola yang ada.
Biasanya jika punggahan itu dilakukan dirumah hidangan yang harus ada adalah nasi kluban, bubur nasi, dan menu wajib pada tumpeng yang harus ada yaitu apem, pasung, gedang (pisang) dan ketan.
Sedangan apabila pelaksanaannya dilakukan dimasjid atau mushola hanya membawa empat menu wajib tersebut.
Baca juga: Tradisi Ruwahan Jelang Ramadan 1443 Hijriah/2022, Ini Arti Ruwahan dan Hukum Ruwahan Dalam Islam
Baca juga: Arti Kata Barakallah Adalah Apa? Berikut Penjelasannya Secara Bahasa, Populer di Media Sosial
Baca juga: Contoh Ceramah Ramadhan Hari Pertama yang Menyentuh Hati : Keberkahan di Bulan Ramadhan
Demikian penjelasan dari kata Punggahan atau Munggahan yang rutin dilakukan menjelang datangnya bulan Ramadhan.
Baca artikel dan berita lainnya langsung dari google news