Biodata Profil Munarman Eks Sekum FPI, Namanya Disebut Dalam Video Pengakuan Terduga Teroris

Editor: Weni Wahyuny
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mantan Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI) Munarman

TRIBUNSUMSEL.COM - Biodata profil Munarman, Mantan Sekertaris Umum Front Pembela Islam (FPI) yang namanya disebut di dalam video pengakuan terduga teroris dari Makassar.

Sebelumnya beredar di Twitter video pengakuan salah satu orang yang mengaku anggota Front Pembela Islam atau FPI Makassar terduga teroris soal Baiat.

Terduga teroris yang membuat pengakuan bernama Ahmad Aulia.

Dalam video tersebut, Ahmad Aulia mengaku ditangkap karena berbaiat pada ISIS pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi.

"Saya ditangkap pada tanggal 6 Januari 2021 di Polda Sulawesi Selatan. Adapun saya ditahan atau ditangkap di kantor polisi Polda Sulawesi Selatan karena berbaiat kepada Daulatul Islam yang memimpin Daulatul Islam, yaitu Abu Bakar Al-Baghdadi," ujarnya dalam video tersebut.

Ahmad Aulia juga mengungkapkan dia berbaiat pada 2015 bersama dengan 100 simpatisan dan laskar FPI di markas FPI Makassar, Jalan Sungai Limboto, Makassar, Sulawesi Selatan.

Ahmad Aulia mengaku baiat dihadiri Munarman.

"Saya berbaiat dihadiri oleh Munarman selaku pengurus FPI pusat pada saat itu. Ustaz Fauzan dan Ustaz Basri, yang memimpin baiat pada saat itu," jelas Ahmad Aulia.

"Dan setelah berbaiat, saya pernah mengikuti taklim rutin FPI di Jalan Sungai Limboto sebanyak tiga kali. Yang mengisi acara saat itu Ustaz Agus dan Abdurrahman selaku pemimpin panglima FPI Kota Makassar," ungkapnya.

Terkait itu, Polri membuka kemungkinan memeriksa eks Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI) Munarman mengenai pengakuan salah satu teroris di Makassar bernama Ahmad Aulia.

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono menyampaikan tim Detasemen Khusus 88 Anti-teror Polri tengah menggali informasi tersebut.

Maka, bukan tak mungkin Munarman juga akan turut diperiksa.

"Apabila kasus di Makassar ternyata melibatkan pemimpin FPI tentunya hal ini tidak menutup kemungkinan (memeriksa Munarman). Densus 88 akan melakukan langkah-langkah penindakan sesuai dengan hukum yang berlaku," kata Rusdi di Kantor Divisi Humas Polri, Jakarta Selatan, Jumat (5/2/2021).

Rusdi menerangkan Ahmad Aulia bersama ratusan orang lainnya diketahui berbaiat dengan jaringan teroris Daulatul Islam yang terafiliasi dengan ISIS pada 2015 lalu di Makassar.

Namun, kata Rusdi, Polri masih mendalami pengakuan tersangka yang melihat Munarman ikut menghadiri acara tersebut.

"Tentunya densus masih mendalami ini. Apabila memang yang bersangkutan ada keterlibatan. Densus akan memproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku," ungkap dia.

Lebih lanjut, Rusdi menegaskan pihaknya akan menindak tegas siapapun yang terlibat dengan aksi terorisme tersebut.

"Yang jelas siapapun terlibat terhadap suatu tindak pidana pasti akan dimintakan pertanggungjawaban hukumnya, siapapun dia," pungkasnya.

Lantas siapa sebenarnya sosok Munarman? Berikut profil dan biodata Munarman yang dirangkum Surya.co.id dari berbagai sumber.

Munarman, SH. lahir di Palembang, Sumatra Selatan, 16 September 1968.

Munarman adalah mantan juru bicara FPI, advokat, mantan aktivis HAM, mantan ketua umum YLBHI dan beralih menjadi Panglima Komando Laskar Islam, kelompok FPI.

Keluarga

Munarman lahir dan besar di Palembang dan merupakan anak ke enam dari 11 bersaudara.

Munarman adalah anak pasangan seorang pensiunan guru sekolah Ra, H. Hamid. Munarman dan Ny Nurjanah.

Pada tahun 1996 Munarman menikah dengan Ana Noviana dan menetap di Palembang

Dari pernikahan ini Munarman dikaruniai tiga anak yaitu Rio Mohammad Alfarez, Rinaldo Mohammad Montazeri dan yang terakhir lahir pada bulan September 2008.

Munarman dan keluarganya hidup terpisah dengan pertemuan teratur pada akhir pekan hingga kepindahannya ke Jakarta pada tahun 2000, sebelumnya keluarganya tinggal bersama keluarga Munarman di Palembang.

Keluarganya kemudian ikut pindah ke Jakarta saat anak-anaknya mulai masuk TK.

Karir

Karier Munarman dimulai saat ia bergabung dengan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) di Palembang sebagai sukarelawan pada tahun 1995, kemudian dipromosikan sebagai Kepala Operasional organisasi yang sama pada tahun 1997.

Kemudian ia beralih menjadi Koordinator Kontras Aceh pada tahun 1999-2000 dan tinggal disana.

Karier ini berlanjut hingga ia menduduki posisi Koordinator Badan Pekerja Kontras dimana ia kemudia berelokasi ke Jakarta dari Aceh.

Pada bulan September 2002, Munarman terpilih sebagai Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) setelah YLBHI mengalami kekosongan kepemimpinan selama sembilan bulan.

Melansir Kompas.com dengan judul "Siapakah Munarman?",

Dari keterangan beberapa teman, Minat Munarman pada gerakan Islam bermula saat ia menjadi anggota Tim Pengacara Abu Bakar Ba'asyir tahun 2002.

Selepas tidak mendampingi Ba'asyir, Munarman mulai dekat dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Dari HTI, Munarman mulai mengenal sejumlah tokoh, termasuk Ketua FPI Habib Rizieq Shihab.

Dia lantas mendirikan An Nashr Institute.

Kata Kuasa Hukum

Kapolda Sulsel Irjen Pol Merdisyam mengatakan ada 19 terduga teroris Jaringan Ansharut Daulah (JAD) Sulsel yang diterbangkan ke Jakarta, Kamis (4/2) pagi.

Menurutnya, sebagian dari mereka juga merupakan anggota dan simpatisan pendukung Front Pembela Islam (FPI).

Terkait hal itu, kuasa hukum FPI Aziz Yanuar mengaku bingung menanggapi berita tersebut.

Apalagi menurutnya FPI sudah dibubarkan.

"Tidak tahu (ya mau menanggapi seperti apa). Karena tidak ada FPI lagi. Jadi kita bingung. Sudah bubar masih saja dibawa repot dan ribet," ujar Aziz, ketika dihubungi Tribunnews.com, Kamis (4/2/2021).

Aziz lantas mengatakan mengapa organisasi yang didalamnya terdapat banyak koruptor hingga saat ini masih aman sentosa dan tidak dibubarkan.

"Yang masih eksis organisasinya dan banyak koruptor dihasilkan bahwa sampai-sampai terkait bantuan kemanusiaan (bansos) juga digarong tapi aman sentosa saja tuh, tidak dibubarkan, tidak diblokir sekelilingnya dan diteror. Aman deh pokoknya," kata Aziz.

Dia menambahkan seharusnya saat ini kasus korupsi menjadi fokus perhatian di Tanah Air. Sebab efek yang dihasilkan dari kasus korupsi nyata adanya.

"Padahal korupsi ini nyata dan efek yang dihasilkan juga nyata. Merusak dari semua lini kerusakannya dan akut kerusakannya. Ini harusnya jadi fokus," tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, terduga teroris Jaringan Ansharut Daulah (JAD) Sulsel yang diterbangkan ke Jakarta, berjumlah 19 orang, Kamis (4/2/2021) pagi. Sebelumnya diberitakan 18 orang.

Hal itu diungkapkan Kapolda Sulsel Irjen Pol Merdisyam, saat memberikan keterangan pers dalam pemberangkatan itu.

Menurut Merdisyam, ada total 23 orang yang diamankan dalam dugaan teroris Jaringan Ansharut Daulah (JAD) Makassar itu.

"Dari 23 orang itu 19 ditetapkan tersangka, dua tewas ditembak, dan satu masih luka akibat tertembak dan satu dipulangkan," kata Irjen Pol Merdisyam.

Menurutnya, sebagian dari mereka juga merupakan anggota dan simpatisan pendukung FPI.

"Sebagian dari tersangka yang diamankan di Makassar, merupakan anggota FPI," ujarnya.

"Dan dalam hasil pemeriksaan, ditemukan fakta bahwa FPI Makassar bersama kelompok Anshor Daulah di Wilayah Makassar melakukan deklarasi mendukung Isis dan dilanjutkan dengan Baiat kepada Isis," sambungnya.

Ke 19 tersangka teroris itu diterbangkan ke Jakarta menggunakan pesawat carter Lion Air Boieng 737.

Mereka yang dalam kondisi tangan terborgol dan kaki dirantai, dikawal ketat personel Gegana Brimob bersenjata.

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Biodata Munarman Sekum FPI, Dilaporkan ke Polisi Karena Sebut 6 Anggota Laskar Tak Bawa Senjata

dan

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Polri Kemungkinan Periksa Munarman Soal Pengakuan Teroris di Makassar

Berita Terkini