'Pusing Kepalaku Kalau Tak Mencuri' Kisah Bocah yang Sejak Bayi Sudah Diberi Susu Bercampur Sabu

Editor: Slamet Teguh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Bayi Lahir

TRIBUNSUMSEL.COM - Bocah berinisial B asal Nunukan ini menjadi kleptomania usai dari bayi diberi minum berupa susu bercampur dengan sabu.

Kisah hidup seorang bocah berinisial B asal Nunukan, Kalimantan Utara begitu tragis.

Baru berusia 8 tahun, B tercatat terlibat puluhan kasus pencurian, ia diduga mengalami kleptomania.

Dikutip TribunJakarta.com dari Kompas.com Mapolsek Nunukan Kota mencatatkan ada sekitar 23 laporan pencurian yang dilakukan B selama dua tahun terakhir.

Sekretaris Dinas Sosial (Dinsos) Nunukan Yaksi Belaning Pratiwi menduga perilaku B bukan karena dipengaruhi kesulitan ekonomi.

Melainkan disebabkan gaya hidup ayah B yang dikatakannya sudah rusak.

Dari laporan Pekerja Sosial (Peksos) yang diterima Yaksi sejak berusia 2 bulan, ayah B kerap mencampurkan narkoba jenis sabu ke dalam susu yang dikonsumsi sang putra.

"Jadi sejak bayi umur dua bulan sudah dicekoki sabu sabu, dicampur susunya dengan sabu sabu, alasannya supaya tidak rewel," ucap Yaksi.

"Itu membuat pola pikir anak terganggu. B kan anaknya tidak memiliki rasa sakit dan tidak ada rasa takut, tidak ada yang dia takuti. Ironi sekali memang," lanjutnya.

Ayah B sendiri diketahui mendekam di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nunukan akibat kasus narkoba dengan vonis sekitar 8 tahun penjara.

Ayah Angkat Ngaku Malu

Ditemui Kompas.com, ayah angkat B, Adam mengatakan bocah tersebut memiliki kisah hidup kelam.

B dibesarkan keluarga broken home.

Ibunya yang bernama R (37) pernah bekerja di Malaysia menjadi buruh illegal dan ditangkap aparat Malaysia.

"Saat mamaknya ditahan di sebelah (Malaysia), B ini hidupnya luntang lantung sendirian," kata Adam.

"Mamaknya bercerai dengan bapaknya waktu itu, kebetulan keluarga B pernah sewa saya punya rumah. Jadi saya minta B untuk kami adopsi jadi anak angkat, kasihan kan, itu tahun berapa lupa saya," imbuhnya.

Sejak itu, ia disekolahkan di taman kanak-kanak (TK).

Meski masih di usia TK, B dikatakan sudah kerap mencuri.

Adam menceritakan, dalam usia tersebut, B mencuri nominal kecil mulai Rp 10.000 sampai Rp 50.000 di sejumlah warung warung warga di sekitar tempat tinggalnya.

Akibatnya, banyak warga yang melaporkan ulah nakal B kepada Adam selaku ayah angkat.

"Saya panggil dia, saya kasih jumpa orang orang yang melapor kalau dia mencuri, saya kasih kettek (pukul) tangannya pakai bambu kecil," kata Adam.

"Apa dia jawab? ‘Pusing kepalaku pak kalau tidak mencuri’, tertawa orang dengar dia cakap. Macam mana tidak pening (pusing) kepala kalau macam itu dia punya jawaban?" tuturnya.

Akibat ulahnya tersebut, Adam kemudian mengembalikannya ke ibunya setelah sekitar satu tahun mengadopsinya.

Adam mengaku malu karena sudah sangat sering masyarakat melaporkan pencurian yang dilakukan B meski jumlahnya tidak seberapa.

"Kalau nakalnya macam anak anak umum, dalam artian tidak mencuri, masih boleh saya kasih sekolah, biar sampai SMP mau saya kasih biaya," katanya.

"Cuma kalau mencuri begitu, malu kita," sambung Adam.

Ketua RT Buka Suara

Kebiasaan B yang meresahkan warga bahkan sempat memicu keributan antara warga sekitar dan Dinas Sosial (Dinsos) Nunukan.

Warga mengaku disalahkan dan dituding tidak peka bahkan abai dengan kondisi B.

Akas, ketua RT di lokasi B tinggal, mengatakan warga sempat menantang Dinsos Nunukan untuk mencarikan balai rehabilitasi khusus untuk B dan biayanya dibagi dua.

"Saya bilang ke mereka, ibu jangan bilang begitu, ini anak bukan tinggal dengan orang tuanya, masyarakat sini yang pelihara," ujar Akas.

"Kalau memang kami disalahkan dengan adanya B yang seperti itu, silahkan letak dia di panti social, kalau masalah biaya jadi alasan, kami mau bayar setengahnya asal dia sembuh dari dia punya kebiasaan mencuri itu," katanya.

Akas mengakui B membuat warga sekitar resah dan tidak tenang.

Hanya saja kehidupan keluarga B yang memprihatinkan menjadikan sebuah pertimbangan moral tersendiri.

Masih kata Akas, B bahkan tidak pernah pulang dan bermalam bersama ibunya.

Dia selalu keluyuran tidak jelas juntrungannya. Ibunya pun sudah pasrah dengan keadaan tersebut.

"Bagaimana juga, makan saja susah toh, baik lagi mamanya kerja cari uang, pokoknya pasrah sudah mamanya," kata Akas.

"Memang nakal itu anak, makanya kami berharap dia masuk kemana gitu, ke pesantren kah, harap bisa sembuh dia punya kelakuan," imbuhnya.

Bocah berusia 8 tahun berinisial B asal Kota Nunukan, Kalimantan Utara, diamankan polisi usai diduga telah melakukan tindak kriminal pencurian ((Kompas.com))

Buat Balai Rehabilitasi dan Polisi Kewalahan

B menjadi perhatian publik saat Kepolisian Sektor Nunukan Kalimantan Utara dibuat kewalahan terhadap laporan kasus pencurian yang dilakukan bocah berusia 8 tahun tersebut.

Hampir setiap pekan, selalu saja ada laporan masyarakat yang kehilangan akibat ulah anak bernama B.

Bahkan tercatat ada puluhan kasus pencurian selama 2 tahun yang melibatkan B.

"Kita pakai nurani ya, apa yang bisa kita lakukan terhadap anak berusia 8 tahun? Ini fenomena yang butuh solusi bersama. Ini bisa dikatakan simalakama karena tidak mungkin kita menahan anak 8 tahun. Tapi kalau kita lepaskan dia, paling lama dua hari kemudian ada lagi laporan pencurian masuk dan dia pelakunya," ujar Kapolsek Nunukan Iptu Randya Shaktika, Kamis (19/11/2020).

Kasus B sebenarnya menjadi perhatian pemerintah daerah sejak akhir 2019.

Yaksi Belaning Pratiwi mengatakan, Pemkab Nunukan sudah mengirimkan B ke Bambu Apus.

Balai Rehabilitasi tersebut banyak melaporkan perkembangan B, tapi semua dalam artian negatif yang kemudian menjadi dasar pemulangan B kembali ke Nunukan.

"Di Bambu Apus dia malah mencuri sepeda orang, uang pembinanya dia curi dan dia belikan rokok dan dibagi bagi ke teman teman di sana dan banyak kenakalan lain. Anak-anak nakal yang tadinya sudah mau sembuh di sana kembali berulah dengan adanya B, itulah kemudian dipulangkan," ujar Yaksi.

Selain akibat keluarga yang minim pemahaman akan mendidik anak, B besar di lingkungan yang kurang baik.

Terlebih ayah B sudah beberapa tahun mendekam di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) akibat kasus narkoba.

Sementara sang ibu tak pernah peduli karena fokus bekerja sebagai buruh ikat rumput laut untuk memenuhi kebutuhan hidup.

"Kita tidak bisa menghakimi mengapa B tidak sekolah, mengapa sampai segitunya kenakalannya. Kadang ekonomi membuat orang tua sama sekali tidak peduli tumbuh kembang anak, yang ada adalah bagaimana bekerja biar besok bisa makan," kata Yaksi.

B dan ibunya hanya tinggal di kontrakan kecil di daerah pesisir.

Ada upaya lanjutan dari Pemkab Nunukan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Nunukan Faridah Aryani mengatakan, Pemkab sudah berkoordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Provinsi Kaltara.

"Besok psikolog klinis dari PPA Kaltara Bunda Fani datang, kan rekomendasi Bambu Apus supaya di asesmen kembali, dan akan kami rujuk juga ke dokter psikiatri dan dokter jiwa di Nunukan dulu, ending-nya akan kita bawa ke rehabilitasi mental atau rehabilitasi obat obatan, tergantung bagaimana hasil dari keputusan nanti," katanya. (Kompas/TribunJakarta.com)

Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Dicekoki Sabu Sejak Bayi, Ulah Bocah Ini saat TK Buat Ayah Angkatnya Malu: Pusing Kalau Tak Mencuri, https://jakarta.tribunnews.com/2020/11/26/dicekoki-sabu-sejak-bayi-ulah-bocah-ini-saat-tk-buat-ayah-angkatnya-malu-pusing-kalau-tak-mencuri?page=all.

Berita Terkini