Presiden PKS Ahmad Syaikhu Kirim Surat ke Presiden Prancis Emmanuel Macron, Berikut Isinya

Editor: Weni Wahyuny
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Prancis Emmanuel Macron ikut serta dalam konferensi bersama Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus di Istana Elysee, Paris, Rabu (8/4/2020).

TRIBUNSUMSEL.COM, JAKARTA - Pernyataan kontroversial Presiden Prancis Emmanuel Macron dapat reaksi dari Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu.

Presiden PKS mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dikirimkan melalui Kedubes Prancis di Jakarta, Jumat (30/10/2020).

Surat resmi Presiden PKS ini disampaikan oleh Anggota Komisi I DPR RI Sukamta ke Kedubes Prancis di Jakarta.

Syaiku menulis surat tersebut sebagai tanggapan atas pernyataan Macron yang menyebut bahwa Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis hari ini, di seluruh dunia.

Baca juga: Ngeri, Kebrutalan Hiu Sepanjang 2 Meter Hilangkan Lengan Bocah dan Kaki Pemandu Wisata

Baca juga: FAKTA Sebenarnya Pria Bawa Jenazah Ibu di Atas Bronjong Jok Motor di Boyolali, Tempuh Jarak 10 KM

Baca juga: Kencani Guru Sejak Usia 15 Tahun , Kepribadian Presiden Prancis Macron yang Kini Dianggap Hina Islam

Macron juga membela karikatur yang menghina Nabi Muhammad SAW dan mencoba menstigmatisasi citra Islam dengan aksi terorisme.

"Kami menegaskan pernyataan ceroboh Anda tidak bisa kami terima. Ini sangat menyakitkan bagi kami, terutama bagi umat Islam Indonesia, serta dapat mengganggu ketertiban dan perdamaian dunia. Kami mengutuk keras setiap tindakan provokatif dan penghinaan yang berusaha mencemarkan nama baik agama apapun, tidak terkecuali Islam," isi surat tersebut seperti dikutip Tribunnews.com, Jumat (30/10/2020).

Berikut isi Surat Terbuka Presiden PKS kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron

No. : 01/B-xx/K/DPP-PKS/2020 Jakarta, 12 Rabiul Awal 1442
Lamp. : --- 29 Oktober 2020
Hal : Surat Pernyataan Presiden PKS

Kepada Ykh.
Presiden Perancis
Bapak Emmanuel Macron
Di

Saya Ahmad Syaikhu, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Saya menulis surat ini sebagai tanggapan atas pernyataan Anda yang mengatakan bahwa Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis hari ini, di seluruh dunia. Lebih jauh, Anda juga membela karikatur yang menghina Nabi Muhammad SAW dan mencoba menstigmatisasi citra Islam dengan aksi terorisme.

Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Kami juga negara demokrasi peringkat ketiga terbesar di dunia yang membuktikan nilai-nilai Islam, hak asasi manusia, dan demokrasi dapat berjalan seiring.

Kami menegaskan pernyataan ceroboh Anda tidak bisa kami terima. Ini sangat menyakitkan bagi kami, terutama bagi umat Islam Indonesia, serta dapat mengganggu ketertiban dan perdamaian dunia. Kami mengutuk keras setiap tindakan provokatif dan penghinaan yang berusaha mencemarkan nama baik agama apapun, tidak terkecuali Islam. Kami menentang narasi berbasis kebencian dan penghinaan terhadap Islam, termasuk tindakan tidak menghormati Nabi kami, Muhammad SAW. Apa yang Anda sampaikan menunjukkan nihilnya penghormatan terhadap keberagaman, kesetaraan dan keadilan.

Kami mendesak Anda untuk menarik ucapan Anda yang menghina Islam, serta meminta maaf kepada warga dunia, khususnya umat Muslim yang telah tersakiti oleh pernyataan ceroboh Anda.

Kami percaya bahwa kebebasan berekspresi harus dijunjung dan digunakan untuk saling percaya dan menghormati antar setiap agama dan kepercayaan. Kami menolak praktik apa pun yang menimbulkan kebencian, kekerasan, Islamofobia, ekstremisme, dan tindakan terorisme. Kami juga percaya bahwa Barat dan dunia Muslim dapat membangun dialog yang konstruktif dan membina hubungan perdamaian dan toleransi.

Semoga Allah SWT memberikan hidayah bagi kita semua

Presiden Partai Keadilan Sejahtera

H. Ahmad Syaikhu

Pernyataan Kontroversial

Nama Presiden Prancis Emmanuel Macron kini jadi perbincangan publik.

Karena pernyataannya yang dianggap hina Islam membuat dirinya jadi perbincangan hangat belakangan ini.

Lalu, seperti apa pernyataan kontroversial Emmanuel Macron tersebut hingga kini menjadi buah bibir ?

Sebelumnya, Macron mengatakan tak akan melarang pencetakan karikatur Nabi, yang sempat menimbulkan kontroversi, Kamis (22/10/2020).

 

Menurut Macron hal itu merupakan bagian dari kebebasan dalam berekspresi.

Tak ayal pernyataan itu menimbulkan kemarahan di dunia Islam dan juga banyak warga Arab.

Pasalnya, gambar Nabi Muhammad merupakan sesuatu yang dilarang keras di Agama Islam.

Selain itu, Macron juga menyebut Islam sebagai teroris, setelah adanya pemenggalan seorang guru sejarah di Paris.

Baca juga: Ular Masuk Celana hingga Pisah Tidur dengan Istri, Cerita Sederet Pria Rela Masuk Got Demi Sampah

Guru bernama Samuel Paty itu dipenggal beberapa hari setelah mendiskusikan dan memperlihatkan gambar yang disebutnya sebagai Nabi Muhammad.

Sang presiden berkata guru itu, Samuel Paty, "dibunuh karena para Islamis menginginkan masa depan kami", tetapi Prancis "tidak akan menyerahkan kartun kami".

Penggambaran Nabi Muhammad dapat sangat menyinggung bagi umat Islam karena tradisi Islam secara eksplisit melarang gambar Muhammad dan Allah.

Namun sekularisme negara - atau laïcité - adalah pusat identitas nasional Prancis.

Membatasi kebebasan berekspresi untuk melindungi perasaan satu komunitas tertentu, menurut negara, merusak persatuan.

Pada hari Minggu, Macron menegaskan kembali pembelaannya terhadap nilai-nilai Prancis dalam sebuah twit yang berbunyi: "Kami tidak akan menyerah, selamanya."

Kemarahan Pemimpin

Para pemimpin politik di Turki dan Pakistan telah marah kepada Macron, menuduhnya tidak menghormati "kebebasan berkeyakinan" dan memarjinalkan jutaan Muslim di Prancis.

Pada hari Minggu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, untuk kedua kalinya, bahwa Macron harus melakukan "pemeriksaan mental" pada pandangannya tentang Islam.

Komentar serupa mendorong Prancis memanggil duta besarnya untuk Turki untuk konsultasi pada hari Sabtu.

Produk Diboikot

Produk-produk Prancis diturunkan dari beberapa rak supermarket di Yordania, Qatar, dan Kuwait pada hari Minggu.

Produk kecantikan dan perawatan rambut buatan Prancis, misalnya, tidak lagi dipajang.

Di Kuwait, serikat pengecer besar telah memerintahkan pemboikotan barang-barang Prancis.

Serikat Masyarakat Koperasi Konsumen, yang merupakan serikat non-pemerintah, mengatakan telah mengeluarkan arahan sebagai tanggapan atas "penghinaan berulang" terhadap Nabi Muhammad.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Prancis mengakui langkah tersebut.

Ia menulis: "Seruan untuk boikot ini tidak berdasar dan harus segera dihentikan, beserta semua serangan terhadap negara kami, yang didorong oleh kelompok minoritas radikal."

Di dunia maya, seruan untuk boikot serupa di negara-negara Arab lainnya, seperti Arab Saudi, telah beredar.

Tagar yang menyerukan boikot jaringan supermarket Prancis, Carrefour, adalah topik paling tren kedua di Arab Saudi, ekonomi terbesar di dunia Arab.

Sementara itu, unjuk rasa anti-Prancis berskala kecil digelar di Libya, Gaza, dan Suriah utara, tempat yang dikuasai milisi yang didukung Turki.

Mengapa Prancis terlibat dalam perselisihan ini?

Pembelaan keras Macron terhadap sekularisme Prancis dan kritik terhadap Islam radikal menyusul pembunuhan Paty telah membuat marah beberapa sosok di dunia Muslim.

Presiden Erdogan bertanya dalam pidatonya: "Apa masalah individu bernama Macron dengan Islam dan Muslim?"

Sementara pemimpin Pakistan, Imran Khan menuduh sang pemimpin Prancis "menyerang Islam, jelas tanpa memahami apapun tentangnya".

"Presiden Macron telah menyerang dan melukai sentimen jutaan Muslim di Eropa dan di seluruh dunia," katanya dalam sebuah twit.

Awal bulan ini, sebelum pembunuhan sang guru, Macron mengumumkan rencana undang-undang yang lebih ketat untuk mengatasi hal yang ia sebut "separatisme Islam" di Prancis.

Ia mengatakan, kelompok minoritas Muslim di Prancis - terdiri dari kira-kira enam juta orang - berpotensi membentuk "masyarakat tandingan".

Ia menggambarkan Islam sebagai agama "dalam krisis".

Kartun yang menggambarkan nabi Muhammad memiliki warisan politik yang gelap dan intens di Prancis.

Pada 2015, 12 orang tewas dalam serangan di kantor majalah satir Prancis, Charlie Hebdo, yang menerbitkan kartun tersebut.

Beberapa komunitas Muslim terbesar di Eropa Barat menuduh Macron berusaha menekan agama mereka dan mengatakan kampanyenya berisiko melegitimasi Islamofobia.

Bagaimana dengan Indonesia?

Sebagai negara berpenduduk muslim terbesa di dunia, belum ada seruan boikot produk Prancis di Indonesia.

Kendati demikian,  Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyiddin Junaidi mengecam keras pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang kartun Nabi Muhammad SAW.

Menurut Muhyiddin, pernyataan Macron ini telah membangkitkan gerakan Islamophobia.

"MUI menilai bahwa Macron secara tak langsung telah mendukung gerakan Islamphobia"

"Bahkan kecaman beliau terhadap pelaku pembunuhan atas wartawan Tabloid Charlile Habdo telah menempatkan Macron sebagai pemimpin Eropa yang menduiung tumbuh suburnya gerakan Islamophobia," ujar Muhyiddin melalui keterangan tertulis, Senin (26/10/2020).

Menurut Muhyiddin, Macron harus belajar banyak tentang toleransi beragama kepada Islam.

Dirinya menilai kebebasan tanpa batas dan melawan norma justru akan mengakibatkan kegaduhan dan kekacauan.

"MUI meminta kepada Menlu agar segera memanggil Dubes Prancis untuk Indonesia guna mendapatkan klarifikasi dan penjelasan komprehensif terkait sikap Pernyataan Presiden Emmanuel Macron," tegas Muhyiddin.

Muhyiddin mengatakan masyarakat muslim dunia sangat geram dan menyesalkan sikap Emmanuel Macron. Apalagi pengungkitan kasus Charlie Hebdo di tengah Pandemic Covid-19.

Menurut Muhyiddin Prancis harusnya belajar banyak dari negara Jerman.

Kanselir Jerman Angela Merkel dinilainya cukup dewasa dalam bersikap dan menghargai perbedaan sudut pandang di negara yang heterogen.

"Ternyata pernyataan Macron tentang Islam dan umat Islam sebagai main trigger di banyak kasus kekerasan di dunia, terutama jika umat islam mayoritas"

"Ini sangat berbahaya seakan menyamakan Islam agama kekerasan dan intoleran," kata Muhyiddin.

Padahal, menurut Muhyiddin, pertumbuhan Muslim di kalangan warga Prancis terus bertambah tiap tahunnya.

Menurutnya, muslim Prancis punya andil besar dalam membangun negara tersebut.

"Para pemain sepak bola muslim Prancis telah berkontribusi besar kepada bangsa dan negara Prancis," pungkas Muhyiddin.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Presiden PKS Kirim Surat Terbuka untuk Presiden Prancis Emmanuel Macron dan tribun-timur.com dengan judul "Ini Pernyataan Kontroversial Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang Disebut Serang Islam, Dikecam"

Berita Terkini