TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Agar usaha dapat bertahan di masa dan pasca "badai" pandemi Covid-19 saat ini, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk menciptakan inovasi baru, dan membaca situasi dan kondisi yang berkembang di masyarakat.
Hal ini diungkapkan GM Digital Ad Operation and Programmatic Kompas Gramedia Media, Kautsar Ikrami, saat menjadi narasumber Strategi UMKM Tahan banting di masa New Normal "Launching Program UMKM", di Mega Webinar HUT ke-8 Tribun Sumsel, Kamis (2/7/2020).
Menurut Kautsar, ini bisa dilihat dari perubahan kebiasaan hingga kebutuhan masyarakat itu sendiri.
Misalnya saat ini sektor-sektor yang bertahan bahkan melejit yakni ada sektor jasa, sektor kesehatan, maupun sektor pangan.
"Pertanyaannya, seberapa besar pasaran UMKM anda? Apakah jualan atau servis di regional wilayah atau nasional atau pemasarannya hingga luar negeri? Kemudian, dimana lokasi usaha UMKM anda? Apakah di online, offline atau keduanya," kata Kautsar.
Kautsar menjelaskan, jika seharusnya saat ini merasa bangga dengan perekonomian sekarang, karena ada sekitar 64 juta unit UMKM yang menyerap sekitar 117 juta tenaga kerja di Indonesia.
Di mana 60 persen PDB di Indonesia ditunjang oleh usaha kecil.
"Jadi UMKM motornya perekonomian selama ini, karena jika 50 persen saja sudah besar, tapi sekarang diangka 60 persen," jelasnya.
Ia pun menjelaskan akan dinamika UMKM yang ada, dari 1998 mulai berkembang di tengah sejumlah perusahaan atau perbankan gulung tikar.
Kemudian pada tahun 2008, atau 10 tahun dari massa reformasi ada krisis global, namun UMKM satu- satunya bisnis yang tidak terdampak.
"Tahun 2020 ada keunikan, karena ternyata pandemi covid-19 berhasil merobohkan pertahanan rezim UMKM, karena banyak pekerja di PHK dan penghentian usaha."
"Na, pasca covid-19 ini atau new normal, akan ada pertanyaan. Apakah akan bangkit?, na pertanyaan siapa, UMKM mana yang bisa bertahan dan bangkit, sebab bisa dipastikan di era new normal atau sekarang tidak semua UMKM bertahan dan bangkit," bebernya.
Ditambahkan Kautsar, jika pihak pemerintahan saat ini sudah banyak eksen yang direncanakan, dan yang diimplementasikan di masa pandemi saat ini.
Seperti mempermudah cicilan, bansos dan sebagainya untuk para UMKM, termasuk melakukan pembiayaan melalui KUR, hingga recovery, dimana pemerintah akan memprioritaskan belanja produk UMKM.
"Fase ketiga pasca pandemi, ini perjalanan panjang pemerintah tidak bisa sukses kalau pelaku UMKM tidak aktif bergerak, karena sejujurnya pesimistus jika melihat data yang ada angka perbulan Juni, jika baru 13 persen atau sekitar 8 juta UMKM yang sudah terhubung dengan marketplace masih sangat kecil kurang seper lima. Kenapa belum, kita harus ikut fase digitalisasi secepat mungkin," ucapnya.
Diakuinya, saat ini perusahaan atau UMKM dalam kondisi bertahan dengan efisiensi.
Tapi menurutnya, kunci efisiensi kembali ke satu kata digitalisasi, karena kalau sudah menjalankan digitalisi dijamin akan banyak hal secara otomatis, sadar atau tidak akan terefisiensi.
"Kunci bertahan, ya harus adaptasi UMKM, bagaimana memastikan lapak yang ada sudah terkondisi dengan suasana adapatasi new normal, tidak berinteraksi lagi melalui fisik tapi online dengan memiliki toko online."
"Tapi toko online juga tidak akan bisa bertahan, kalau tidak ada inovasinya, karena inovasi kunci salah satu untuk bisa berhasil dan bertahan," tuturnya.
Dimana, diterangkan Kautsar UMKM yang memiliki ilmu digital marketing, tidak akan merasakan dampak pandemi.
Hal ini sesuai data- data survei, dari 200 lebih UMKM, ternyata UMKM yang selamat tidak berdampak, dan itu pelakunya mayoritas dibawah usia 30 tahun.
"Itu artinya anak muda, milenial yang punya ilmu digital marketing lebih baik. Kemudian disusul pelaku UMKM diusia 30-40 tahun, dan sangat berdampak pelaku UMKM di usia 40 ke atas yang bisa dibilang inovasi kurang, atau kemampuan adaptasinya kurang. Jadi, kuncinya dua, adaptasi dan inovasi," tambahnya.
Selain itu, meski sudah digilisasi dan aktif di medsos tapi jika belum berhasil, ia melihat mungkin industrinya masih terpukul, maka harus cari yang lain.
"Seperti level kelaa atas Gojek, mau tidak mau mereka mengurangi usahanya seperti GoMassage karena siapa yang mau pakai lagi sekarang, Goclean dan sebagainya. Mau tidak mau mereka juga harus bertahan, kalau tidak mereka bangkrut. Termasuk bisnis travel, siapa yang mau liburan saat pandemi, dan mereka harus bertahan dengan melakukan inovasi," tandasnya.
Kautsar sendiri memiliki 4 poin resep untuk bertahan dan berhasil dalam usaha UMKM saat ini dalam bingkai piramida, yaitu harus Digital Presence yang kuat, dengan menerapkan transaksi yang mudah, mengingat kedepan orang tidak mau lagi bertransaksi dengan uang kertas, melainkan transfer digital seperti Gopay, Ovo dan sebagainya akan tetapi produk tetap harus relevan dan jelas secara detil.
Poin kedua, Service & Connectivity yang diartikan jika dihubungi cepat dan respon, serta bisa dijangkau.
Mengingat semua Sosmed tersedia dan service, di mana belanja online merupakan pengalaman baru.
Apabila banyak tanda tanya, ataupun dikomplain kabur, maka servicenya tidak berkesan.
"Poin ketiga Promotion, bagaimana produk itu perlu promosi, sebab jika dipikir- pikir brand terkenal pun masih melakukan promosi, apalagi pelaku UMKM, itu dilakukan diplafon digital," capnya.
Terakhir poin keempat harus asa Inovation, meski kecil dan berada dipiramid atas, tapi hal ini diungkapkan Kautsar tidak kalah penting.
Sebab, tanpa inovasi hal ini tidak berkembang, mengingat ilmu orang tidak berhenti .
"Jadi, intinya jangan lengah, kalau selamet hari ini mungkin tidak selamat kedepannya. Tapi yang penting what doesn't kill you makes you stranger, kalau anda bisa bertahan saat ini, artinya anda hebat, karena moment sekarang adalah yang sangat sulit. Jika bisa berhanan tanpa lengah disaat badai besar, saya rasa yang lain bisa survive," pungkasnya.