Corona di Sumsel

Tiga Dokter di Sumsel Positif Corona, 1 Meninggal, Ketiganya Dokter di Baturaja & Prabumulih

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kasus corona di Sumsel hingga Senin 6 April 2020 tercatat ada 16 kasus positif 1 dinyatakan sembuh dan 2 dinyatakan meninggal

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Tiga dokter yang berada di Sumatera Selatan dinyatakan positif corona (covid-19).

Satu diantara ketiga dokter tersebut yaitu pasien kasus 02 meninggal dunia berstatus corona.

Kemudian kasus ke-12 merupakan seorang dokter yang tercatat sebagai warga Palembang, tapi pernah merawat pasien kasus 02 di RSUD Prabumulih.

Kasus pasien ke-12 dan 02 merupakan kasus lokal atau ada kontak langsung.

"Ya pasien dari Prabumulih itu adalah tenaga kesehatan yang merawat awal almarhum pasien 02 di Prabumulih," ujar juru bicara covid-19 Sumsel, Yuwono.

Terakhir pasien kasus 16 diketahui juga seorang wanita yang berprofesi sebagai dokter di berbagai rumah sakit di Baturaja Kabupaten OKU.

Breaking News: Ibu di Muaraenim Bunuh Anak, Batita Itu Dipukul dengan Piring karena Tak Mau Makan

Gerindra Keluarkan SK Bagi Balonkada 4 Kabupaten di Sumsel, Ada Ofi di OI dan Syarif di Muratara

Juru bicara gugus tugas percepatan penanganan covid -19 OKU Rozali mengatakan, untuk kasus 16 karena pasiennya merupakan tenaga medis, maka tim sedang menelusuri tempat praktiknya.

"Pasien kasus 16 positif corona praktek seperti di Puskesmas, RSUD dr Ibnu Sutowo Baturaja, RS DKT Dr Noesmir (RS DKT) dan RS St Antonio Baturaja serta tempat praktek dokter tersebut yang di Baturaja," ungkapnya.

Menurut Rozali, belum bisa dipastikan dimana pasien kasus 16 pertama kali terpapar covid-19.

Karena yang bersangkutan sering bolak balik Palembang -Baturaja lantaran keluarganya di Palembang.

Menurut Jubir, pasien kasus 16 adalah dokter senior ini juga tergbung di Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan covid-19 di Kabupaten OKU.

 Masih 16 Kasus

Gugus tugas pencegahan dan penanggulangan Corona Sumsel kembali merilis data terbaru penyebaran covid-19.

Berdasarkan data yang dirilis Senin (6/4/2020), tidak ada penambahan jumlah warga positif corona di Sumsel.

Tepatnya sebanyak 16 kasus terkonfirmasi positif.

Dari jumlah tersebut, 2 orang meninggal dunia, 1 orang dinyatakan sembuh, sehingga dengan demikian ada 13 kasus positif covid-19 di Sumsel.

“Untuk kasus terkonfirmasi positif corona di sumsel hari ini tidak ada penambahan,”ujar juru bicara pencegahan dan penanggulangan corona Sumsel, Yusri.

Sementara pada data terbaru, jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) di Sumsel berjumlah 1.686 orang.

Sebanyak 661 orang telah selesai melewati masa pemantauan dan menyisakan 1.020 ODP yang masih dipantau.

Sedangkan jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) di Sumsel berjumlah 47 pasien.

Dari jumlah tersebut 31 pasien telah dinyatakan negatif terjangkit covid-19 sehingga diperbolehkan pulang dan 16 pasien masih menjalani masa pengawasan.

“Kasus PDP di Sumsel hari ini bertambah 3 orang,”ucap Yusri.

Lanjutnya. Jumlah sampel yang diuji saat ini berjumlah 113.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 16 sampel telah dinyatakan positif, 70 sampel negatif dan 27 lagi masih menunggu hasil.

Terkait upaya pencegahan penularan virus corona, Yusri mengimbau agar masyarakat mengikuti arahan pemerintah untuk mererapak physical distancing (jaga jarak fisik), selalu menggunakan masker terutama saat beraktivitas di luar ruangan serta rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

“Karena dengan mencuci tangan dapat mengurangi penyebaran bakteri dan virus melalui sentuhan. Kita tahu bahwa pintu masuk utama bakteri dan virus di tubuh adalah melalui mulut, hidung dan mata,”ujarnya.

Curhat Dokter

Wakil Ketua Tim Penyakit Infeksi Emerging (PIE) RSMH Palembang, dr Harun Hudari mengaku hingga kini RSMH telah merawat total 26 orang pasien dalam pengawasan (PDP).

"Total hingga hari ini ada 26 orang. 14 orang yang sehat, dua yang wafat. Dan ada 10 orang yang masih dirawat," ungkapnya dijumpai Tribunsumsel.com.

Ia mengaku 10 orang yang masih dirawat di ruang Ogan dan Borang saat ini dalam kondisi yang cukup baik. Mereka tidak lagi membutuhkan alat bantu pernafasan bahkan ada yang segera dipulangkan.

"Ada sebagian dari mereka yang kemungkinan dalam waktu dekat akan segera dipulangkan tentu apabila dari hasil tes ulangnya negatif," katanya

Harun menyebut sejumlah tantangan yang dihadapi dalam penanggulangan Covid- 19 di Sumsel. Pertama, Harun menyebut sistem rujukan pasien Positif Covid- 19.

RSMH sebagai RS Rujukan Utama Covid- 19 di Sumsel seharusnya hanya menerima pasien Positif Covid- 19, PDP dengan Pnomenia.

"Jadi jika ada PDP tanpa Pnomenia harusnya dirawat dirumah sakit lain. Karena ini terkait RS lain, mereka banyak mengaku belum siap, belum lengkap fasilitasnya," katanya.

Harun menegaskan diperlukan sistem yang mengatur seluruh rumah sakit rujukan, jadi RS yang mau merujuk tahu kemana mereka akan merujuk karena tidak bisa seluruhnya ke RSMH.

RS Rujukan lain diharapkan segera bersiap diri, paling tidak mereka bisa merawat PDP tanpa Pnomenia. Karena PDP kan sekarang ada tiga, ringan, sedang dan berat.

" Yang berat mungkin dirujuk ke RSMH, tapi yang sedang diharapkan dirawat dirumah sakit lainnya. Sementara yang ringan peraturan dari pusat bisa dirawat dirumah saja," katanya.

Kedua, Harun menyoroti ketersediaan alat pelindung diri (APD) yang diperuntukkan bagi paramedis. Ketersediaan APD diperlukan demi keselamatan seluruh petugas medis yang merawat pasien.

"Kita tidak tahu sampai kapan wabah ini akan ada, jadi perlu diperhatikan ketersediaan APD. Pasien ini dirawat di zona merah. Seorang petugas perlu menggunakan APD lengkap untuk antisipasi penularan," tegasnya.

Ketiga, seiring bertambahnya jumlah pasien sangat penting jika ketersediaan sumber daya manusia yang terampil di bidangnya untuk menghadapi kondisi kedepan.

Harun mengakui menjadi garda terdepan Covid- 19 bukan hal yang mudah. Karena ada resiko besar yang dapat alami saat bertugas merawat pasien.

"Tentu yang paling berat bagi kami adalah, kita betemu dengan kasus yang beresiko nyawa. Di Indonesia saja hampir 30 orang dokter wafat, jumlah itu belum ditambah perawat," katanya.

Hal itu menunjukkan betapa besarnya perjuangan rekan rekan di garda terdepan untuk menanggulangi penyakit ini. Harun berharap dukungan penuh dari seluruh pihak kepada tim paramedis.

Harun mengakui hal yang paling sulit bagi petugas medis adalah mengatur energi untuk mempertahankan daya tahan tubuh. Karena jika sampai terkuras maka tenaga medis akan beresiko tertular penyakit ini.

"Kami sangat sedih sudah ada dua orang yang wafat. Satu saja kami sudah sangat bersedih. Karena wafatnya kedua pasien itu tidak diinginkan. Tapi ada penyakit tambahan yang membuat kondisi mereka semakin buruk, semoga tidak ada lagi " katanya.

Berita Terkini