Berita Viral

Menguak Kisah Ali Mohamed Zaki Dokter Arab Saudi Dipecat Setelah Menemukan Virus Corona Pertama Kali

Editor: Moch Krisna
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dokter Ali Mohamed Zaki Penemu Virus Corona Pertama Kali

TRIBUNSUMSEL.COM -- Menguak Kisah Ali Mohamed Zaki Dokter Arab Saudi Dipecat Setelah Menemukan Virus Corona Pertama Kali.

Dunia saat ini tengah dihebohkan dengan kemunculan Virus Corona di Wuhan, China. 

Sampai berita ini ditayangkan, sudah ada 18 negara yang tertular virus Corona Wuhan.

Virus Corona di Wuhan dikenal dengan nama Novel Coronavirus (2019-nCov), karena teridentifikasi pertama kali pada tahun 2019.

Dikutip dari Kompas.com, Novel coronavirus (2019-nCov) merupakan virus penyebab penyakit saluran pernapasan. Virus ini masih satu keluarga dengan virus SARS dan MERS.

Berdasarkan artikel yang ditulis Ian Sample yang terbit di The Guardian pada 15 Maret 2013, dengan judul Coronavirus: is this the next pandemic? Virus Corona ditemukan oleh ahli virologi Mesir Dr. Ali Mohamed Zaki pada tahun 2012.

Saat itu ia mengisolasi dan mengidentifikasi virus corona yang sebelumnya tidak diketahui dari paru - paru seorang pria. 

Dr. Zaki kemudian memposting temuannya pada 24 September 2012 di ProMED-mail .

Dari hasil penelitiannya, sel-sel yang diisolasi menunjukkan efek sitopatik (CPE), dalam bentuk pembulatan dan pembentukan syncytia.

Kasus kedua ditemukan pada September 2012, seorang pria berusia 49 tahun yang tinggal di Qatar mengalami gejala flu yang serupa, dan urutan virus hampir identik dengan kasus pertama.

Pada November 2012, kasus serupa muncul di Qatar dan Arab Saudi.

Awal Penemuan

Masih mengutip The Guardian, penemuan Ali ini bermula pada pertengahan Juni 2012, saat itu Ali Mohamed Zaki, yang bekerja sebagai ahli virus di Rumah Sakit Dr Soliman Fakeeh di Jeddah, Arab Saudi, menerima telepon dari seorang dokter yang khawatir tentang seorang pasien.

Pasien tersebut adalah seorang pria berusia 60 tahun, dan telah dirawat di rumah sakit karena pneumonia virus yang parah dan dokter ingin Zaki mengidentifikasi virus itu.

Selanjutnya, Zaki mengirim sampel ke laboratorium virologi terkemuka di Erasmus Medical Centre di Rotterdam. Sambil menunggu tim Belanda memeriksa virus yang tengah ditelitinya itu.

Zaki mencoba satu tes lagi. Kali ini ia mendapat hasil positif, bahwa ini coronavirus yang belum pernah dilihat sebelumnya.

Sepekan kemudian, Zaki kembali ke Mesir, kampung halamannya. Dia mendapati kontraknya terhenti karena desakan Kementerian Kesehatan Arab Saudi.

"Mereka tidak suka ini (virus) muncul di proMED. Mereka memaksa rumah sakit untuk mengakhiri kontrak saya," kata Zaki kepada The Guardian, pada 2013.

"Saya terpaksa meninggalkan pekerjaan saya karena ini, tetapi itu adalah tugas saya. Ini adalah virus yang serius," ujar dia.

Betapa seriusnya masalah tersebut saat itu. Sementara Zaki telah bekerja untuk mengidentifikasi virus, kesehatan pasien telah menurun.

Pneumonianya memburuk; napasnya semakin pendek. Ginjal dan organ lainnya mulai goyah dan gagal. Terlepas dari semua obat-obatan dan dialisis, dan ventilasi mekanis untuk membantunya bernafas, pria itu meninggal 11 hari setelah ia tiba di rumah sakit.

Jenis-jenis Virus Corona

Sementara itu, mengutip Kompas.com, Salah satu dokter spesialis Mikrobiologi Klinik dari Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UGM, dr. R. Ludhang Pradipta R., M. Biotech, Sp.MK mengungkapkan, virus 2019-nCov saat ini masih dilakukan penelitian lebih lanjut untuk bahaya yang ditimbulkan.

"Sejauh ini untuk yang nCoV masih belum bisa dipastikan apakah ini berbahaya atau tidak, masih dalam penelitian lebih lanjut," ujarnya kepada Kompas.com, Minggu (26/1/2020).

Ciri Virus Corona seperti SARS, MERS, dan 2019-nCov

Berdasarkan jurnal pengobatan umum mingguan di Inggris, The Lancet, merilis penjelasan terkait tanda dan gejala dari ketiga jenis virus yang menyerang saluran pernapasan ini.

Berikut rinciannya:

2019-nCoV

Novel Coronavirus (2019-nCov) memang memiliki kesamaan dengan virus corona jenis lain, seperi MERS dan SARS.

Umumnya 2019-nCov memiliki gejala umum bagi orang yang terinfeksi, seperti demam, batuk, kelelahan, sakit tenggorokan, sakit kepala, hemoptisis, dan diare.

Hingga Minggu (26/1/2020) sebanyak 41 orang meninggal dunia akibat terjangkit 2019-nCov.

Adapun tindakan pencegahan melalui udara, seperti respirator N95 teruji efektif, dan peralatan pelindung pribadi lainnya sangat disarankan oleh petugas kesehatan.

SARS-CoV

Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus (SARAS-CoV) pertama kali ditemukan di China pada November 2002.

Diketahui, virus ini menyebabkan wabah mematikan di seluruh dunia pada kurun waktu 2002-2003.

Tercatat, sebanyak 777 penduduk meninggal dunia dari 8.098 kasus.

Meski begitu, para peneliti menyimpulkan, SARS-CoV memiliki tingkat kematian sebesar 10 persen.

Bagi pasien yang terjangkit SARS-CoV umumnya sebanyak 20-25 persen mengalami diare.

Sebuah studi awal menunjukkan bahwa peningkatan jumlah sitokin proinflamasi dalam serum tertentu dikaitkan dengan peradangan paru dan kerusakan paru-paru yang meluas pada pasien SARS.

Gejala SARS yang umumnya terjadi antara lain, menggigil, demam, batuk kering, dan sakit di bagian dada.

MERS-CoV

Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) diketahui pertama kali ditemukan di Timur Tengah pada 2012.

Saat itu ditemukan enam orang dengan gejala gagal pernapasan. Kemudian, dua orang di antaranya meninggal dunia.

MERS-CoV dilaporkan memiliki tingkat kematian lebih tinggi daripada SARS-CoV yakni sebesar 37 persen.

Kasus menjadi meluas, di Arab Saudi tercatat 22 orang meninggal dunia dari 44 kasus yang terjadi.

Seorang peneliti dari Erasmus Medical Center (EMC) di Belanda, Ron Fouchier mendunga MERS-CoV berasal dari kelelawar.

Pada 2013, penyakit ini mewabah ke negara-negara di Eropa, seperti Inggris, Perancis, Jerman, dan Italia.

WHO sempat mengeluarkan peringatan bahwa MERS-CoV dapat menjadi ancaman dunia.

Sementara itu, bagi orang yang terinfeksi MERS-CoV dilaporkan menginduksi peningkatan konsentrasi sitokin proinflamasi yang juga dikaitkan dengan peradangan paru dan kerusakan paru-paru yang luas.

Adapun MERS juga memiliki tanda dan gejala masalah pencernaan pada usus, misalnya diare.

Hingga saat ini belum ada pengobatan antivirus yang terbukti efektif untuk infeksi coronavirus. (*)


Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Tiga Jenis Coronavirus dan Awal Penemuan Dr. Ali Mohamed Zaki, https://manado.tribunnews.com/2020/01/29/tiga-jenis-coronavirus-dan-awal-penemuan-dr-ali-mohamed-zaki?page=all.

Editor: Rizali Posumah

Berita Terkini