TRIBUNSUMSEL.COM - Presiden Sriwijaya FC, Dodi Reza akhirnya bicara soal kondisi yang terjadi terhadap Sriwijaya FC beberapa waktu terakhir.
Hal ini tak lepas dari puncak kekesalan para suporter Sriwijaya FC yang melampiaskan kemarahannya akibat terjadinya kerusuhan di stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring (GSJ).
Kerusuhan ini terjadi akibat kekalahan beruntun Sriwijaya FC setelah adanya evaluasi yang dilakukan manajemen.
Eksklusif kepada Tribunsumsel.com presiden Sriwijaya FC akhirnya memberikan pernyataan menanggapi usai kekalahan telak dari Arema.
Hingga memunculkan permintaan agar Dodi Reza Mundur dari jabatannya.
Menurutnya, sudah sejak dua tahun terakhir ia menawarkan posisinya tersebut.
Namun, tak ada orang yang mau berkorban finansial maupun uang, waktlu, dan pikiran.
"Saya tidak perlu diturun-turunkan, kalau pemegang saham mengizinkan saya istirahat setelah 10 tahun berkorban utk SFC, alhamdulillah."
"Tapi saya tegaskan jangan cuma ngomong doang, yang pegang SFC harus punya uang, waktu dan pikiran yang harus dikorbankan." tegas Dodi saat dikonfirmasi Tribunsumsel.com.
Dodi menyebutkan, kondisi yang terjadi saat ini berbeda dengan 10 tahun yang lalu saat ia memulai menangani SFC.
Menurutnya, saat itu hutang SFC mencapai Rp 12 miliar dan gaji telat tujuh bulan.
Hal itu ditambah dengan manajemen yang amburadul.
Namun, hal tersebut dapat ditolong oleh pemborosan APBD.
"Klasemen urutan buncit. Tanya saja sama RD (Rahmad Darmawan) yang waktu itu memelas-melas minta SFC diselamatkan."
"Saya diminta tolong waktu itu oleh Baryadi untuk membenahi, bukan saya yang mau jabatan tersebut."
"Kalau sekarang kita banyak sponsor, tanpa APBD , pembayar pajak terbesar. Prestasi juga membanggakan. Jadi harus punya uang pribadi kalo sponsor tidak cukup," terangnya. (goeh)