TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Pengamat politik Sumsel Bagindo Togar menilai, hasil quick count atau hitung cepat sementara, yang menunjukan persaingan ketat antara paslon nomor urut 1 Herman Deru- Mawardi Yahya dengan paslon nomor 4 Dodi Reza- Giri Ramanda.
"Ini sesuai prediksi yang kamk sampaikan dua hari lalu. Jika pertarungan di Pilkada Sumsel (Pilgub) akan sengit."
"Dimana paslon yang diunggulkan yakni nomor urut 1 dan 4. Dimana jarak yang terpaut juga tak lebih dari 4 persen," kata Bagindo, Rabu (27/6/2018).
Diterangkan Bagindo, prediksi itu mendekati Kebenaran, setelah hitung cepat paslon nomor urut 1 HD-MY mengungguli paslon lainnya.
Bila hingga akihir data yang masuk telah diatas 90 persen dan hasilnya tidak beruba, maka hanya dua paslomln itu yang berpeluang, dan akan melakukan gugatan.
Diungpkan Bagindo, ada beberapa penyebab atau faktor keunggulam HD-MY, yakni Herman Deru telah melakukan " Kerja politik kemasyarakatan " 1 Tahun pasca kegagalannya, dalam Pilkada 2013 lalu.
"Kedua, HD- MY cerdasnya dalam mengangkat isu kesenjangan dalam setiap kampanyenya."
"Misal, kesenjangan pembangunan antara Ibukota provinsi dengan daerah- daerah lainnya diwilayahnya Sumsel ( Palembang Sentris), kesenjangan kekuasaan dan kesenjangan ekonomi," bebernya.
Ketiga, cenderung efektifnya isu politik dinasti, yang dimana Dodi Reza tidak lain adalah putra Gubernur Sumsel petahana yang saat ini menjabat.
"Keempat, solid dan maksimalnya kerja mesin parpol p endukung( Nasdem, Hanura & PAN) dan influnsitas dukungan ketokohan dari Syahrial Oesman, Eddy Santana Putra dan tokoh- tokoh masyarakat lainnya," tandasnya.
Selain itu, adanya effect friksi di partai Golkar sebagai pendukung utama dari paslon nomor 4.
Sepertinya, kelak bila dilakukan real count oleh KPU Provinsi, tak jauh beda dengan tampilan hasil Quick count saat ini.
"Diharapkan semua paslon yang nelum sukses berjuang, untuk mencapai puncak karir politik di wilayah Sumsel untuk kali ini, dituntut juga diyakini mampu legowa dan bersikap satria dalam menghadapi realitas politik yang ada."
"Bila kalah bukan berakhir segalanya, kalau menang, bukan berarti bisa bersikap mentang- mentang," pungkas Bagindo.