TRIBUNSUMSEL.COM-Ilmuan Stephen Hawking meninggal di usia 76 tahun, ungkap keluarganya yang dilansir dari BBC.com.
Ahli teori fisika asal Inggris ini dikenal akan penemuan terobosannya tentang lubang hitam dan relativitas.
Ia pun menjadi penulis dari buki-buku ilmiah populer, di antaranya A Brief History of Time.
Anak-anaknya, Lucy, Robert dan Tim mengungkapkan:
"Kami sangat berduka kehilangan ayah kami hari ini.
Beliau merupakan ilmuan yang hebat yang meninggalkan hasil karya ilmiah serta penemuan akan terus hidup bertahun-tahun."
Mereka memuji keberanian dan ketekunan sang ayah, serta kecerdasan dan selera humor yang menginspirasi banyak orang.
"Kami akan merindukannya selamanya."
Diprediksi berumur pendek.
Tak banyak yang tahu, Stephen Hawking sudah berumur 76 tahun pada Senin, 8 Januari 2018.
Itu berarti, Hawking telah hidup 50 tahun lebih lama dari yang diperkirakan dokter sebelumnya.
Hawking benar-benar berhasil melampaui diagnosis dokter.
Baca: BREAKING NEWS: Fisikawan Stephen Hawking Meninggal Dunia
Baca: Raffi Pernah Sebut Velove Vexia Mantan Terbaik, Begini Ekspresi Nagita Slavina Saat Bertemu
Baca: Ajak Masyarakat Nabung Saham, BEI Palembang : Semudah Ini Caranya
Baca: Ujian Kompetensi Keahlian SMK PP Negeri Sembawa Diikuti 192 Siswa Berjalan Sukses
Bukan rahasia, Hawking menderita penyakit neurologis amyotrophic lateral sclerosis (ALS) pada usia 21 tahun, yakni di tahun 1963.
Saat itu pula, sang ahli fisika teoretis 'diramalkan' hanya punya waktu dua tahun untuk hidup.
Kini takdir berkata lain.
Hawking justru masih hidup sampai sekarang.
Walau demikian, Hawking harus berjuang dengan penyakit tersebut selama 50 tahun.
Penyakit saraf yang menimpa Hawking menyebabkan degenerasi progresif (sel dan jaringan mengalami penurunan fungsi) dan kematian sel saraf, yang mengendalikan gerakan otot, seperti mengunyah, berjalan, berbicara, dan bernapas, menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS).
Penyakit ini membunuh sebagian besar korbannya dalam lima tahun pertama.
Namun Hawking justru berhasil 'melawan' banyak prediksi dan terus bertahan hidup.
Pada tahun 1985, istrinya, Jane Wilde Hawking menolak permintaan dokter untuk mematikan mesin pendukung hidupnya saat dia terkena pneumonia.
Hawking dalam kondisi koma akibat obat di rumah sakit Jenewa pada saat itu dan dalam film dokumenter Hawking 2013, dia berkata:
"Para dokter mengira saya tak lama lagi akan meninggal, mereka menawari Jane untuk mematikan mesinnya. Jane menolak untuk mematikannya. Dia berkeras agar saya terbang kembali ke Cambridge."
"Minggu-minggu saat perawatan intensif adalah momen yang paling gelap dalam hidup saya, karena setiap hari bisa menjadi yang terakhir.
"Saya memiliki keinginan untuk memanfaatkan setiap momen."
Penyakit ini membuat Hawking tidak dapat berbicara dan membutuhkan perawatan terus-menerus.
Namun hal ini tidak mencegahnya melanjutkan karya ilmiahnya yang luar biasa.
Pada tahun 1988, ia merilis bukunya A Brief History of Time, yang sejak saat itu telah terjual 10 juta kopi.
Hawking juga terus menjadi pembicara di banyak kesempatan.
Sebagai revolusioner di dunia sains, Hawking adalah orang berkebutuhan khusus yang menjadi penutan banyak orang.
Ia menjadi pembicara pada upacara pembukaan Paralympic Games 2012 di London.