TRIBUNSUMSEL.COM, JAKARTA - Suara gemuruh mendadak menggema dan mengejutkan orang-orang yang berada di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), kawasan Sudirman Central Bussines District (SCBD), Jakarta, sekira pukul 11.50 WIB, Senin (15/1).
Tak lama kemudian terdengar teriakan ketakutan dan kesakitan dari korban runtuhnya selasar lantai 1 Tower II Geung BEI.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio menyebut korban ambruknya selasar lantai Mezzanine Tower II tersebut berjumlah sekira 20 orang.
Kebanyakan korban adalah mahasiswi Universitas Bina Darma, Palembang, Sumatera Selatan, yang kebetulan sedang melakukan kunjungan di BEI.
"Yang luka nggak sampai 20 orang. Tadi saya bantu angkat, sebagian besar mahasiswa, rata-rata perempuan, berasal dari Palembang. Mereka lagi visit (berkunjung)," kata Tito Sulistio saat ditemui di Pacific Place, kawasan SCBD, Jakarta.
Menurutnya, korban paling berat mengalami patah tulang. "Saya pastikan tidak ada korban jiwa," tegasnya.
Tito memastikan seluruh biaya perawatan para korban di sejumlah rumah sakit akan ditanggung BEI.
Di antara korban Suci Maulidia Utami (20), mahasiswi UBD Jurusan Akutansi angkatan 2015.
Awalnya keluarga tenang karena dikabarkan hanya luka ringan.
Namun kemudian berita susulan menyebutkan Suci mengalami retak tulang pinggang sehingga harus dioperasi di RS Jakarta.
"Informasi terakhirnya seperti itu (mau dioperasi)," kata Candra, teman dekat Suci saat dikonfirmasi Tribunsumsel.
Meski bakal dioperasi, Candra belum tahu pasti rencana tersebut akan direalisasikan.
Bahkan, Candra berharap ada mukjizat, agar Suci urung dioperasi.
"Mudah-mudahan kalau bisa jangan dioperasi. Kalau bisa diterapi saja," katanya.
Candra mengatakan, orangtua Suci belum akan terbang ke Jakarta dan masih akan menunggu perkembangan anaknya.
Selain memang sudah ada kelurga yang tinggal di Jakarta, pihak keluarga masih menyerahkan semuanya kepada pihak Universitas.
"Suci itukan anak tunggal. Ibunya juga sendirian di rumah, susah juga kalau mau pergi. Mudah-mudahan dilancarkan jalannnya," harap Candra.
Candra awalnya mendapat informasi dari media kalau mahasiswi UBD jadi korban selasar BEI runtuh.
"Saya kaget juga saat mendapat kabar itu. Setelah mendapatkan kabar, Saya langsung pulang untuk memberi tahu ibunya," kata Candra.
Dia mengaku, tak ada firasat apapun yang dialaminya saat kepergian kekasihnya tersebut.
Menurutnya, Suci bersama rombongan dari kampus 93 mahasiswa dan 4 dosen berangkat naik dua bus, pada Minggu, dan tiba di Jakarta, Senin.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan korban sebanyak 72 orang, dirawat di Rumah Sakit Angkatan Laut Mintoharjo, Rumah Sakit Siloam Semanggi, Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), dan Rumah Sakit Jakarta.
"Di RSAL Mintoharjo 15 orang, RS Siloam 30 orang, RSPP 7 orang, dan RS Jakarta 20 orang," ujar Argo. Informasinya, tujuh orang akan menjalani tindakan lanjutan operasi.
Seorang pegawai BEI bernama Edi menceritakan kondisi korban ada yang memprihatinkan.
Ada yang patah tulang di bagian tangan dan kaki, beberapa di antaranya terlihat berdarah.
Suara tangis dan rintihan terdengar di penjuru tempat evakuasi.
"Saya tadi sempat bantu. Ada yang tangannya patah. Ada yang berdarah juga tangannya," kata Edi ketika ditemui di depan Gedung BEI.
Saksi mata lainnya, Issa Almawadi, mengaku mendengar suara keras ketika selasar runtuh ke bawah.
Karyawan PT Bareksa, pilang saham, itu mengatakan musibah terjadi menjelang penutupan sesi satu perdagangan saham.
Saat itu Issa sedang berada di dalam ruangan di lantai satu.
Sebelum selesar runtuh, ia masih mendengar canda tawa para mahasiswa Universitas Bina Darma.
"Sebelum runtuh saya dengar suara ketawa dari mahasiswa itu. Tak lama terdengar teriakan dari orang-orang," ujar Issa.
Kemudian Issa bergesar keluar ruangan dan melihat korban yang bajunya robek dan beberapa orang mengalami patah kaki.
Issa membantu mencarikan taksi untuk mengangkut para korban.
"Saya bawa sekitar lima orang ke taksi dan dibawa ke rumah sakit terdekat. Sedangkan korban yang mengalami patah kaki dan tangan nunggu tim evakuasi," ucap Issa.