Baca tanpa iklan
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Ajay (10) bocah yang masih duduk di kelas 5SD ini rela menghabiskan masa kecilnya untuk berjualan kemplang keliling.
Hal itu dilakukan untuk membantu keuangan orangtuanya, ayahnya yang keseharian mencari barang bekas (pemulung) dan ibunya tak memiliki pekerjaan tetap.
Disela sidang suap Muba, Kamis (14/4/2016) Tribunsumsel.com melihat bocah berkulit kuning langsat dan berperawak gemuk itu terus menawarkan jualannya kepada khalayak ramai.
Setiap hari dia berkeliling menjual kemplang milik orang lain, terkadang di pengadilan negeri klas 1 Palembang maupun di instansi lainnya, kadang juga dia berjualan di lampu merah.
Meski teman-temannya sekolah, dia mengaku berjualan setiap hari libur. Entah kenapa, Ajay lebih memilih berjualan ketimbang bersekolah demi masa depan dia nanti.
Keuntungan hanya Rp 2.000 setiap laku satu bungkusnya yang dihargai Rp 10 ribu, setiap hari kemplang yang dijual tak lebih dari 10 bungkus, namun dia tetap berusaha mendapat pundi-pundi uang dari usahanya ketimbang mengemis.
Ajay memiliki cita-cita menjadi seorang polisi, dia pun tak malu mengais rupiah ataupun iri meski teman seusianya lebih memilih menghabiskan waktu dengan bermain gadget.
Tidak sedikit potret Ajay menghiasi wajah kota Internasional (Palembang), bocah berusianya yang seharusnya beranjak remaja dengan bersekolah ataupun bermain harus digadaikan dengan mencari uang.
Eksploitasi oleh keluarga tidak sepenuhnya disalahkan kepada orangtua, mereka beralasan membantu keluarga untuk menyambung hidup.
Namun, dengan banyaknya bocah berusia dibawah 17 tahun yang lebih memilih bekerja, seharusnya menjadi perhatian pemerintah untuk menanggulangi tingkat kemiskinan.
Bagi Ajay, uang yang terkumpul menjadi berkah bagi keluarganya, bayangkan anak seusia Ajay sudah memikirkan nasib keluarganya, mungkin Ajay berpikir kalau bukan dia siapa lagi yang akan membantu perekonomian rumah tangga orangtuanya.