"Ical Seharusnya Bisa Seperti Akbar Tandjung dan Jusuf Kalla"

Editor: Weni Wahyuny
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Golkar hasil musyawarah nasional di Bali Aburizal Bakrie selesai imengikuti sidang pertama di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Selasa (31/3/2015). Kubu Aburizal mengajukan gugatan terhadap tiga pihak atas kepengurusan Golkar pimpinan Agung Laksono yang dianggap tidak sah. WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN

TRIBUNSUMSEL.COM, JAKARTA – Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Bali Aburizal Bakrie (Ical) diminta untuk bersikap legowo demi menyelamatkan eksistensi partai berlambang pohon beringin tersebut.

"Akbar Tandjung, Jusuf Kalla, bisa bersikap legawa, sehingga Golkar terus berkembang. Ical seharusnya bisa seperti mereka," kata pakar politik Universitas Padjajaran Muradi kepada wartawan, Jumat (8/5/2015).

Dirinya menyayangkan kondisi Golkar yang mengalami perpecahan. Menurutnya, hal ini berdampak negatif bagi perkembangan demokrasi di Indonesia.

Muradi mengatakan, Golkar yang bukan partai baru tentu memiliki sistem regenerasi dan kaderisasi yang baik.

Namun karena adanya kepentingan individual Ical, Golkar akhirnya mengalami keterpurukan.

Lebih lanjut dirinya menilai terpuruknya Golkar disebabkan sikap ngotot Ical untuk kembali memimpin Golkar.

Dasarnya dinilai bukan karena ingin membangun aspirasi rakyat, tetapi lebih karena adanya keinginan personal terkait korporasi yang dibesarkannya. Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Bali Aburizal Bakrie (Ical) diminta untuk bersikap legowo demi menyelamatkan eksistensi partai berlambang pohon beringin tersebut.

"Akbar Tandjung, Jusuf Kalla, bisa bersikap legawa, sehingga Golkar terus berkembang. Ical seharusnya bisa seperti mereka," kata pakar politik Universitas Padjajaran Muradi kepada wartawan, Jumat (8/5/2015).

Dirinya menyayangkan kondisi Golkar yang mengalami perpecahan. Menurutnya, hal ini berdampak negatif bagi perkembangan demokrasi di Indonesia.

Muradi mengatakan, Golkar yang bukan partai baru tentu memiliki sistem regenerasi dan kaderisasi yang baik.

Namun karena adanya kepentingan individual Ical, Golkar akhirnya mengalami keterpurukan.

Lebih lanjut dirinya menilai terpuruknya Golkar disebabkan sikap ngotot Ical untuk kembali memimpin Golkar.

Dasarnya dinilai bukan karena ingin membangun aspirasi rakyat, tetapi lebih karena adanya keinginan personal terkait korporasi yang dibesarkannya.

Berita Terkini