TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Puluhan warga Suku Anak Dalam (SAD) Jambi rela meninggalkan kampung halamannya demi untuk menemui Jokowi di Istana Presiden. Di perjalanan setidaknya harus menghabiskan 3 buah sandal dalam seminggu untuk berjalan kaki menyusuri jalan aspal, Rabu (29/10/2014).
Berangkat dari Desa Buku Kecamatan Banyumang Kabupaten Batang Hari Jambi pada tanggal 15 Oktober 2014, para warga ini menyusuri jalan, hutan dan perkampungan penduduk hingga waktu mulai gelap. Ketika ditemui Tribun Sumsel di Masjid Bakti Talang Kelapa nampak semuanya kelelahan dan ada juga tertidur pulas.
Terlihat rombongan juga mengajak wanita dan anak-anak dalam rombongannya. " Total keseluruhan anggota kami 44 warga termasuklah wanita dan anak kami bawa menuju jakarta menemui Jokowi," ungkap Soleh ketua rombongan.
Aksi jalan kaki dilakukan untuk menuntut tanah adat warga yang telah diserobot dan dikuasai oleh PT Asiatic Persada perusahaan sawit dari Malaysia. "Kami telah bosan memperjuangkan tanah kami pada Bupati Batang hari Jambi dan Pemprov Jambi tetapi tidak pernah hak-hak kami didengarkan oleh Mereka. Padahal tanah itu jelas merupakan tanah adat dari jaman nenek moyang kami dahulu yang turun menurun diwariskan pada cucu-cucunya," ungkap perwakilan warga SAD itu.
Lebih lanjut hampir seluruh tanah adat yang selama ini dijadikan warga untuk bertani dengan tujuan memenuhi kebutuhan makan kini telah dikuasai oleh PT Asiatic Persada tanpa adanya ganti rugi dari perusahaan. "Ada sekitar 3,5 ribu hektar tanah kami diambil oleh pihak perusahaan tanpa ada ganti rugi, sedangkan kami memiliki surat menyuratnya. Selain itu kami menuntut pengukuran ulang tanah milik PT Asiatic Persada seluas 20 ribu hektar karena sebagian telah menyerobot tanah warga," tegasnya.
Selama perjalanan melewati hutan dan perkampungan penduduk warga suku anak tidur di sembarang tempat. Kadang dimasjid, pernah juga di perkampungan warga. "Selama di perjalanan belum pernah ketemu binatang buas karena kami berjalan siang hari. Yang kami takutkan cuma kendaraan mobil dan motor," katanya.
Selama diperjalanan banyak pengalaman didapat warga suku anak dalam ini. Pernah kehausan dikarenakan stok air habis, begitu juga keadaan cuaca jalanan aspal yang panas mengakibatkan mereka harus menyetok sandal hingga seminggu tiga sandal.
"Kami membawa sebuah mobil pick up untuk peralatan-peralatan memasak selama diperjalanan. Sebanyak 44 warga semuanya jalan kaki, mobil hanya untuk meletakan perlengkapan pribadi saja," bebernya.
Kendala lain dihadapi para warga SAD susahnya mandi. Pakaian tidak pernah ganti, mandi kadang seminggu dua kali, itupun jika ada masyarakat membantu memberikan air. (mg16)