TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Tidak dikenal sebagai pribadi ternyata tidak jadi masalah bagi calon legislatif asal Sumsel untuk lolos ke Senayan. Faktor kekerabatan terbukti mampu mengatrol perolehan suara. Bahkan meski mereka tidak menetap di Sumsel.
Ada 11 wakil rakyat yang tercatat berdomisili di luar Sumsel. Mereka adalah Erwin Singajuru (PDIP) menetap di Tanggerang, Bobby Adhityo (Golkar) di Jakarta Selatan, Sri Meliyana (Gerindra) di Jakarta Selatan, Irma Suryani (Nasdem) di Jakarta Timur, Hanna Gayatri (PAN) di Jakarta Barat, Dodi Reza (Golkar) di Jakarta Selatan, Nazarudin Kiemas (PDIP) di Jakarta Timur, Edhy Prabowo (Gerindra) di Jakarta Selatan, Kahar Muzakir (Golkar) di Jakarta Selatan, Hafisz Tohir (PAN) di Tanggerang Selatan, dan Mustafa Kamal (PKS) di Jakarta Timur.
Sedangkan bakal wakil rakyat yang berdomisili di Palembang enam orang. Mereka adalah Wahyu Sanjaya (Demokrat), Bertu Merlas (PKB), Yulian Gunhar (PDIP), Iqbal Romzi (PKS), Sofwatilah Mohzaib (Demokrat), dan Fauzih H Amro (Hanura).
Hubungan kekerabatan mereka seperti Bertu Merlas dari Partai Kebangkitan Bangsa yang merupakan saudara Bupati OKUT, Herman Deru. Lalu Wahyu Sanjaya (Demokrat) yang merupakan putra Kahar Muzakir (anggota DPR asal Golkar). Sementara Irma Suryani (Nasdem) kelahiran Metro Lampung menetap di Jakarta Timur.
Caleg PAN Hanna Gayatri, kelahiran Palembang menetap di Jakarta Barat dan Hafisz Thohir. Kedua caleg ini saudara Menko Perekonomian Hatta Rajasa. Sedangkan Sri Meliyana kelahiran Lahat menetap di Jakarta Selatan. Perempuan ini istrinya Bursah Sarnubi yang juga masih kerabat Bupati Lahat Saifudin Aswari. Sementara Dodi Reza sudah dikenal putra Gubernur Alex Noerdin.
Tribun berusaha menemui dan mewawancarai beberapa caleg yang berdomisili di luar Sumsel itu. Mereka tak berada di Sumsel, sehingga proses wawancara dilakukan hanya melalui telepon. Bahkan, ada seorang asisten pribadi caleg minta dikirimkan daftar pertanyaan melalui email. Namun balasan email yang diharapkan cepat tidak bisa dipenuhi.
Berbekal informasi dari pengurus Partai Nasdem di Palembang, Tribun memperoleh nomor telepon Irma Suryani. Caleg nomor urut 1 dari Dapil Sumsel II ini langsung menelepon balik tak lama setelah menerima pesan singkat berisi permintaan wawancara.
Wanita yang menamatkan SMP dan SMA di Palembang ini membantah apabila ada anggapan perbedaan domisili caleg dan daerah pemilihan bakal menghambat aspirasi dan masyarakat. Meski tak tinggal di Palembang, ia mengaku memiliki usaha di Palembang. Keluarganya juga banyak di Palembang dan rencananya hendak mendirikan rumah di kota pempek ini.
Menurut Irma, Anggota DPR RI memang berkedudukan di Jakarta dan wajar tinggal di Jakarta. Lagian, untuk membangun Sumsel tidak harus setiap hari ada di daerah pemilihan (Empat Lawang, Lahat, Muara Enim, Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ulu Selatan, Ogan Komering Ulu Timur, Kota Pagar Alam, dan Kota Prabumulih).
Untuk mengoptimalkan peran wakil rakyat dari Partai Nasdem, jelasnya, akan dibuat rumah aspirasi. Untuk di dapil Sumsel II, akan dibangun di tiga tempat yakni Prabumulih, Muaraenim, dan Baturaja. Tiga kabupaten/kota itu dianggap lokasi yang tepat untuk menghubungkan daerah di sekitarnya.
“Rumah aspirasi itu juga akan dibuat usaha untuk membantu perekonomian masyarakat sekitar. Sedangkan modalnya diberikan oleh Caleg Partai Nasdem. Rumah aspirasi ini dijalankan oleh semua Caleg Nasdem di DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi, dan DPR RI,” kata aktivis buruh ini.
Meski tinggal di Jakarta, Irma tetap tak bisa melupakan Sumsel. Ibu dari dua anak ini mengaku lahir di Palembang dan memiliki banyak keluarga di Prabumulih, Muaradua, dan Muaraenim. Nenek dan kakaknya tinggal di Palembang.
Irma melihat Sumsel sebagai provinsi yang kaya. Tetapi kemajuannya hingga kini tidak bisa menyamai perkembangan provinsi di Pulau Jawa. Lambatnya pembangunan tidak lepas dari faktor buruknya infrastruktur sehingga tingginya biaya produksi.
Tak hanya itu, ia menemukan banyak pabrik beroperasi di Sumsel tak menggunakan tenaga kerja asal Sumsel. Walau sekedar jadi petugas sekuriti, perusahaan malah harus mengambil tenaga kerja dari luar Sumsel.
Rendahnya kepedulian perusahaan pada lingkungan juga menjadi perhatian penggagas berdirinya Ormas Nasdem di Sumsel ini. Padahal, perusahaan-perusahaan itu memiliki dana corporate social responsibility (CSR). Belum lagi masalah sengketa lahan yang sampai sekarang tak kunjung tuntas.
“Saya yakin bisa dilakukan pembenahan. Kuncinya komunikasi dan komitmen yang baik. Bukan hanya dengan pemerintah, juga menuntut peran masyarakat, perusahaan, dan wakil rakyat,” ungkap wanita yang menamatkan strata satu di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Jakarta.
Jarak tak Menganggu
Jarak daerah pemilihan (Dapil) dengan domisili, bagi Edhy Prabowo tak begitu menjadi masalah. Pengurus DPP Gerindra ini tinggal di Jakarta Selatan sedangkan dapilnya berada di Sumatera Selatan (Kabupaten Banyuasin, Musi Banyuasin, Musi Rawas, Kota Lubuklinggau, dan Palembang).
Toh, pria asli Tanjung Enim ini terpilih sebagai wakil rakyat DPR RI 2014. Bahkan juga, menurut dia, dari sisi perolehan suara malah naik dua kali lipat di dapil yang sama bila dibandingkan pemilihan legislatif 2009 lalu.
Menurut dia, jarak Sumsel dan Jakarta Selatan belum terlalu jauh. Apalagi, dengan canggihnya alat komunikasi dan transportasi, jarak tak menjadi kendala untuk mengabdi bagi rakyat.
Komunikasi selalu intens terus dilakukan baik secara tatap langsung maupun melalui alat komunikasi. Selain itu, bila terdapat masyarakat yang hendak ke Jakarta, ia tak sungkan selalu menawarkan berkunjung di kediamannya. Dengan demikian, soal komunikasi dan sebagainya bisa diatasi.
"Tak kalah penting pula, saya selalu mengunjungi dapilku. Jadi setiap permasalahan bisa dipahami. Sebelum tenar mengenai "blusukan", saya sudah lebih dulu sering melakukan hal itu," ujarnya ketika dihubungi Tribun Sumsel.
Menurut dia, seorang pemimpin memang harus turun dan bertemu langsung dengan masyarakat di dapilnya masing-masing. Dengan begitu, masyarakat merasakan ada yang memperhatikan kehidupan serta permasalahan yang dihadapi.
"Saya kerap berbicara dan berlobi-lobi di warung kopi dengan masyarakat, main volly bareng dan lain-lain. Karena masyarakat itu butuh kehadiran pemimpin," kata pria asli Tanjung Enim.
Dia sangat menampik keras dan tidak setuju, apabila menjadi anggota DPR RI hanya sebagai ajang numpang status. Terlebih lagi apabila hal itu didasarkan pada domisili saat ini yang tidak berada pada dapilnya.
"Mas boleh tanya ke masyarakat, bagaimana di Dapil saya. Untuk penghitungan suara DPR RI, perolehan di saya itu meningkat dua kali lipat. Dari situ jelas sudah bagaimana tanggapan masyarakat terhadap saya," katanya yang menganggap perjuangan menuju ke Senayan sangat berat tapi lebih berat lagi yakni tanggung jawabnya.
Edhy Prabowo merupakan pria kelahiran Tanjung Enim tahun 1972. Ia pindah dan berdomisili di Jakarta Selatan sejak tahun 2003. Pada pemilihan legislatif tahun 2009 lalu, ia terpilih menjadi wakil rakyat asal Sumsel.
Bahasa Dusun
Sementara Ir Sri Meliyana, anggota DPR-RI terpilih dari Partai Gerindra mengatakan, untuk mewakili suara dapilnya di pusat sudah seharusnya ia berdomisili di Jakarta. Tujuannya untuk memudahkan menyampaikan semua aspirasi-aspirasi yang diserap dari konstituen.
"Pertanyaan itu masih awam sekali. Fungsi DPR RI untuk mewakili suara dapil di pusat," ujarnya saat diwawancarai Tribun Sumsel.
Sri yang merupakan warga asli Kabupaten Lahat ini mengaku telah berdomisili di Jakarta sejak tahun 1986, waktu lulus kuliah hingga sekarang. Meskipun begitu, saat Tribun Sumsel mengajaknya berbicara dengan bahasa daerah Lahat disambut antusias. Bahkan dengan lancarnya ia berbicara menggunakan bahasa daerah.
"Pacak dide kamu base dusun. Iluklah amu pacak. Lemak amu pacak base dusun. Walaupun kite tinggal di bada jeme. Kalu betemu nga jeme dusun, lemaklah kite base dusun. (Kamu bisa berbahasa daerah. Baguslah kalau bisa. Biarpun kita tinggal di kota orang tapi kalau kita ketemu orang yang satu dusun, lebih enak pakai bahasa daerah-red)," ujarnya berbahasa Lahat.
Meskipun sudah merantau ke Jakarta sejak menyelesaikan kuliahnya di Unsri. Bukan berarti dia melupakan kota kelahiran. Bisa terpilih menjadi anggota DPR RI dari dapil tempatnya dibesarkan menandakan bahwa ia tetap dikenal warga.
Dikatakannya, anggapan oknum masyarakat bahwa anggota DPR RI lebih memilih tinggal di Jakarta dan tidak kembali ke dapilnya, merupakan anggapan wajar. Ini menandakan bahwa masih ada masyarakat belum mengetahui fungsi anggota DPR-RI.
"Anggota DPRD kota atau kabupaten masa harus tinggal di Jakarta, padahal tugasnya di daerah. Masa anggota DPR RI tinggalnya di daerah padahal tugasnya mewakili dapil di tingkat pusat," jelasnya.
Menurutnya, anggapan seperti itu telah sering ia jelaskan saat kampanye.
"Mulut kita sudah berbuih menjelaskan kepada masyarakat bahwa fungsi DPR RI itu seperti ini. Kenapa ada tiga surat suara saat pencoblosan. Semuanya sudah dijelaskan kepada masyarakat," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, untuk turun ke dapil saat telah menjadi anggota DPR RI semuanya telah diatur oleh DPR. Ada waktunya kapan anggota dewan akan reses. Untuk turun ke dapil itu tidak bisa dikurangi dari ketentuan DPR, namun bisa ditambahi. Karena itulah untuk memperbanyak turun ke dapil harus pintar-pintar memanajemen waktu.
"Misal ada kejadian yang urgent di dapil. Ya harus turun," tegas kakak kandung Bupati Lahat ini.
Permasalahan yang sedang dirasakan konsituen tidak akan pernah lepas dari pantauannya sekali pun ia berada di Jakarta. Sistem birokrasi partai memudahkannya untuk mendapatkan informasi.
"Untuk memantaunya bisa diatur. Sistem kepengurusan partai mulai dari ranting, DPC, DPD akan mempermudah komunikasi. Hubungan antar caleg juga bersinergi. Sama-sama memelihara konsituen," ujarnya.
"Memelihara konstituen sama seperti memenej keluarga besar. Jika demi kepentingan bersama akan banyak cara yang bisa dilakukan," tambahnya.
Sri Meliyana sendiri saat ini memiliki rumah di Jakarta Selatan tepatnya di Pancoran. Ia telah menetap di Jakarta bersama suami dan anak-anaknya. Sri kini menjadi wakil rakyat di DPR RI setelah meraih suara terbanyak pada Pileg 9 April lalu.