PPG
9 Contoh Studi Kasus PPG 2025 untuk Jenjang SD, Lengkap 500 Kata
Artikel ini berisi 9 contoh studi kasus pendidikan profesi guru (PPG) 2025 untuk jenjang SD, lengkap 500 kata.
TRIBUNSUMSEL.COM- Bagi Anda peserta pendidikan profesi guru (PPG) yang membutuhkan contoh studi kasus, bisa menggunakan rekomendasi berikut ini.
CONTOH STUDI KASUS 1
"Pengalaman Nyata Dalam Melaksanakan Pembelajaran Berdiferensiasi"
1. Permasalahan yang Pernah Saya Hadapi
Sebagai Seorang Guru, saya pernah menghadapi permasalahan dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi di kelas rendah.
Salah sa satu permasalahan utama adalah adanya perbedaan kemampuan yang signifikan di antara murid murid. Beberapa murid sangat cepat memahami materi, samentara yang lain memerlukan waktu lebih lama dan pendampingan lebih intensif.
Selain itu, ada murid yang cenderung pasif dan enggan berbicara atau kurang berpartisipasi dalam diskusi kelas, yang membuat saya kesulitan untuk menggali ide dan pendapat mereka.
2. Upaya Saya untuk Menyelesaikannya
Untuk mengatasi permasalahan ini saya melakukan beberapa upaya sebagai berikut:
Identifikasi Kebutuhan Murid, Saya melakukan asesmen awal untuk mengidentifikasi kemampuan dan kebutuhan setiap mund. Hal ini membantu saya memahami siapa saja yang memerlukan pendampingan lebih intensif dan siapa yang bisa diberikan tantangan tambahan.
Pendampingan Individu, Saya memberikan pendampingan individu kepada murid yang cenderung pasif dan enggan berbicara. Saya menggunakan pertanyaan pemantik untuk membantu mereka menyusun cerita atau pendapat yang akan disampaikan. Misalnya, saya bertanya tentang pengalaman menarik yang pemah mereka alami dan bagaimana perasaan mereka saat itu.
Diferensiasi Konten dan Proses Saya membagi murid menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat pemahaman mereka. Murid yang memerlukan bimbingan diberikan materi dasar dan pendampingan lebih intensif, sementara murid sudah mampu diberikan tugas tambahan seperti membuat gambar terkait dengan pengalaman menarik tentang pembelajaran pada hari tersebut.
Penggunaan Media Pembelajaran: Saya menggunakan media pembelajaran yang bervariasi, seperti gambar, video, dan alat peraga sederhana, untuk menarik minat murid dan memudahkan mereka memahami materi. Misalnya, saya meminta murid untuk menggambar pengalaman menarik mereka sebelum menceritakannya secara lisan.
3. Hasil dari Upaya yang telah Saya lakukan
Hasil dari upaya tersebut cukup memuaskan, murid yang sebelumnya pasif mulai menunjukkan peningkatan dalam partisipasi dan keberanian untuk berbicara. Mereka lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapat dan ide mereka. Murid yang memerlukan bimbingan juga menunjukkan peningkatan pemahaman terhadap materi yang diajarkan. Selain itu, murid yang sudah mampu merasa lebih tertantang dan termotivasi dengan tugas tambahan yang diberikan.
4. Pengalaman Berharga yang Bisa Saya Petik:
Pengalaman berharga yang bisa saya petik dari menyelesaikan permasalahan ini adalah pentingnya memahami kebutuhan individu setiap murid dan pendampingan yang sesuai pada setiap proses pembelajaran sehingga dapat menarik minat dan bakat peserta didik.
Pembelajaran berdiferensiasi membantu saya menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung perkembangan setiap murid sesuai dengan kemampuan mereka. Berdasarkan asesmen awal pembelajaran, saya memperoleh data karakteristik peserta didik untuk dijadikan dasar variasi aktivitas pembelajaran di kelas.
Saya menciptakan suasana belajar yang gembira, menarik, aman dan bebas dari perundungan, serta menggunakan berbagai variasi metode dengan mempertimbangkan aspirasi dari peserta didik, seperti menggunakan permainan atau game dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Selain itu, saya mengakomodasi keberagaman gender, budaya, bahasa daerah setempat, agama atau kepercayaan karakteristik, dan kebutuhan setiap peserta didik Misalnya, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, saya memberikan teks bacaan yang berbeda sesuai dengan kemampuan murid. Murid yang memahami teks lebih cepat diberikan tantangan tambahan dengan membaca teks lain, untuk murid yang memerlukan bimbingan, saya memberikan pendampingan lebih intensif.
Saya juga membuat suasana ruangan yang berbeda dan menanyakan perasaan peserta. didik di awal pembelajaran dengan menggunakan emoticon atau memilih respon yang diharapkan seperti tos, tangan semangat, atau salam. Dengan pendekatan ini, saya belajar bahwa penggunaan media pembelajaran yang bervariatif dapat meningkatkan minat dan motivasi murid dalam mengikuti pembelajaran. Murid yang cukup mampu dapat mengumpulkan hasil kerja mandiri, sementara murid yang sudah mampu dapat mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas dalam bentuk tulisan maupun gambar yang telah dibuatnya.
CONTOH STUDI KASUS 2
1. Permasalahan yang Dihadapi
Permasalahan yang Dihadapi Permasalahan pertama adalah kemampuan membaca yang masih kurang lancar. Peserta didik kesulitan mengenali huruf dan kata, sehingga mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk membaca kalimat sederhana. Hal ini tidak hanya mengganggu pemahaman mereka terhadap teks, tetapi juga mengurangi minat mereka dalam membaca.
Permasalahan kedua adalah kurangnya pemahaman dalam menghitung. Beberapa peserta didik sering membuat kesalahan dalam operasi penjumlahan dan pengurangan, bahkan pada soal-soal sederhana. Mereka kesulitan dalam memahami konsep angka dan bagaimana melakukan operasi hitung dasar dengan benar.
2. Upaya untuk Menyelesaikan Masalah
Untuk mengatasi masalah kemampuan membaca, guru melakukan beberapa langkah. Pertama, guru memberikan latihan membaca tambahan dengan menggunakan bahan bacaan yang sederhana dan menarik. Bahan bacaan ini disesuaikan dengan minat dan tingkat kemampuan peserta didik. Kedua, guru mengadakan sesi membaca berpasangan, di mana peserta didik yang lebih lancar membaca membantu teman sekelasnya yang masih kesulitan. Hal ini tidak hanya meningkatkan kemampuan membaca, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya diri dan kerjasama di antara peserta didik.
Dalam menyelesaikan masalah menghitung, guru menggunakan metode pembelajaran yang lebih interaktif dan menyenangkan. Misalnya, guru menggunakan permainan matematika yang melibatkan operasi hitung sederhana. Guru juga memberikan lebih banyak latihan soal dengan berbagai variasi untuk memastikan bahwa peserta didik benar-benar memahami konsep angka dan cara menghitung yang benar. Selain itu, guru sering memberikan umpan balik secara langsung saat peserta didik melakukan kesalahan, sehingga mereka bisa segera memperbaiki dan memahami kesalahan mereka.
3. Hasil dari Upaya yang Dilakukan
Setelah penerapan langkah-langkah tersebut, terdapat peningkatan yang signifikan dalam kemampuan membaca dan menghitung peserta didik. Peserta didik yang awalnya kesulitan membaca, kini mulai menunjukkan peningkatan dalam kelancaran membaca. Mereka menjadi lebih percaya diri dalam membaca di depan kelas dan lebih sering berpartisipasi dalam kegiatan membaca bersama.
Dalam hal menghitung. peserta didik yang sebelumnya sering melakukan kesalahan, sekarang lebih jarang melakukan kesalahan dalam operasi hitung dasar. Mereka mulai memahami konsep angka dengan lebih baik dan mampu menyelesaikan soal-soal penjumlahan dan pengurangan dengan lebih cepat dan tepat.
4. Pengalaman Berharga dari Penyelesaian Masalah
Pengalaman dalam menangani masalah ini memberikan beberapa pelajaran berharga. Pertama, pentingnya pendekatan yang personal dan disesuaikan dengan kebutuhan setiap peserta didik. Setiap anak memiliki kecepatan belajar yang berbeda, dan guru harus mampu menyesuaikan metode pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kedua, kolaborasi antara peserta didik ternyata sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan mereka. Melalui pembelajaran berpasangan, peserta didik tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari teman sebayanya. Ini menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kerjasama yang positif di antara mereka.
Ketiga, penggunaan media pembelajaran yang menarik dan interaktif dapat meningkatkan minat belajar peserta didik. Dengan permainan matematika dan bahan bacaan yang menarik, peserta didik lebih antusias dalam belajar dan lebih cepat memahami materi yang diajarkan.
Menangani masalah kemampuan membaca dan menghitung di kelas II/Fase B SDN Nusantara membutuhkan pendekatan yang kreatif dan fleksibel. Dengan memberikan perhatian lebılı pada kebutuhan individual peserta didik, melibatkan mereka
CONTOH STUDI KASUS 3
1. Permasalahan yang Dihadapi
Saya pernah menghadapi permasalahan dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi di kelas rendah. Salah satu permasalahan utama adalah adanya perbedaan kemampuan yang signifikan di antara murid-murid. Beberapa murid sangat cepat memahami materi, sementara yang lain memerlukan waktu lebih lama dan pendampingan lebih intensif.
Selain itu, ada murid yang cenderung pasif dan enggan berbicara atau berpartisipasi dalam diskusi kelas, yang membuat saya kesulitan untuk menggali ide dan pendapat mereka.
2. Upaya untuk Menyelesaikan Masalah
Identifikasi Kebutuhan Murid: Saya melakukan asesmen awal untuk mengidentifikasi kemampuan dan kebutuhan setiap murid. Hal ini membantu saya memahami siapa saja yang memerlukan pendampingan lebih intensif dan siapa yang bisa diberikan tantangan tambahan.
Pendampingan Individu: Saya memberikan pendampingan individu kepada murid yang cenderung pasif dan enggan berbicara. Saya menggunakan pertanyaan pemantik untuk membantu mereka menyusun cerita atau pendapat yang akan disampaikan. Misalnya, saya bertanya tentang pengalaman menarik yang pernah mereka alami dan bagaimana perasaan mereka saat itu.
Diferensiasi Konten dan Proses: Saya membagi murid menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat pemahaman mereka. Murid yang memerlukan bimbingan diberikan materi dasar dan pendampingan lebih intensif, sementara murid yang cukup mahir diberikan tugas mandiri yang lebih menantang. Murid yang sangat mahir diberikan tugas tambahan seperti membuat presentasi menggunakan PowerPoint.
Penggunaan Media Pembelajaran: Saya menggunakan media pembelajaran yang bervariasi, seperti gambar, video, dan alat peraga sederhana, untuk menarik minat murid dan memudahkan mereka memahami materi. Misalnya, saya meminta murid untuk menggambar pengalaman menarik mereka sebelum menceritakannya secara lisan.
3. Hasil dari Upaya yang Dilakukan
Hasil dari upaya tersebut cukup memuaskan. Murid yang sebelumnya pasif mulai menunjukkan peningkatan dalam partisipasi dan keberanian untuk berbicara. Mereka lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapat dan ide mereka.
Murid yang memerlukan bimbingan juga menunjukkan peningkatan pemahaman terhadap materi yang diajarkan. Selain itu, murid yang sudah mahir merasa lebih tertantang dan termotivasi dengan tugas tambahan yang diberikan.
4. Pengalaman Berharga dari Penyelesaian Masalah
Pengalaman berharga yang bisa saya petik dari menyelesaikan permasalahan ini adalah pentingnya memahami kebutuhan individu setiap murid dan memberikan pendampingan yang sesuai.
Pembelajaran berdiferensiasi membantu saya menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung perkembangan setiap murid sesuai dengan kemampuan mereka.
Dengan pendekatan yang dilakukan, saya belajar bahwa penggunaan media pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan minat dan motivasi murid dalam belajar.
Murid yang cukup mahir dapat mengumpulkan hasil kerja mandiri, sementara murid yang sudah mahir dapat mempresentasikan hasil kerja menggunakan PowerPoint yang dilengkapi gambar dan grafis.
CONTOH STUDI KASUS 4
1. Permasalahan yang Dihadapi
Di salah satu kelas yang saya ajar terdapat beberapa siswa menunjukkan ketertarikan yang sangat rendah terhadap pelajaran.
Mereka seringkiali tidak fokus Malas mengerjakan tugas dan cenderung pasif selama proses pembelajaran.
Hal ini berdampak pada hasil belajar mereka yang jauh di bawah rata-rata.
Selain itu saya juga menemukan bahwa apa siswa kesulitan dalam memahami materi terutama pada pembelajaran yang memerlukan pemahaman konsep yang lebih dalam seperti matematika dan sains.
2. Upaya untuk Menyelesaikan Masalah
Setelah menyadari permasalahan ini saya mencoba beberapa strategi untuk mengatasi hambatan tersebut.
a. Pendekatan diferensiasi pembelajaran: Saya mencoba menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan memberikan materi yang disesuaikan dengan kemampuan dan minat siswa.
Misalnya untuk siswa yang lebih visual saya menggunakan alat bantu visual seperti gambar dan video.
Sementara itu untuk siswa yang lebih kinestetik saya mengadakan kegiatan yang melibatkan gerakan atau praktik langsung.
b. Meningkatkan interaksi dan keterlibatan: Saya juga berusaha meningkatkan interaksi dengan siswa melalui diskusi kelompok dan permainan edukatif yang relevan dengan mata pelajaran.
Saya memanfaatkan teknologi seperti kuis interaktif dan aplikasi pembelajaran online untuk membuat proses belajar menjadi lebih menarik.
c. Pendampingan individual: Untuk siswa yang kesulitan memahami materi, saya memberikan pendampingan individual di luar jam pelajaran reguler.
Saya mencoba menjelaskan ulang konsep-konsep yang sulit dengan cara yang lebih sederhana dan memberikan latihan tambahan.
d. Membangun motivasi dan keterhubungan: Saya menyempatkan waktu untuk berbicara secara pribadi dengan siswa-siswa tersebut dan Mencoba memahami apa yang menyebabkan mereka kurang termotivasi dan cara mencari cara untuk membangkitkan minat mereka.
Saya juga melibatkan orang tua dalam proses ini dengan memberikan informasi tentang perkembangan anak mereka dan meminta dukungan di rumah.
3. Hasil dari Upaya yang Dilakukan
Setelah beberapa bulan menerapkan strategi ini, saya mulai melihat perubahan yang positif siswa.
Yang sebelumnya kurang termotivasi mulai menunjukkan peningkatan minat dalam belajar mereka lebih aktif bertanya dan terlibat dalam diskusi kelas.
Hasil belajar mereka pun mengalami peningkatan yang signifikan terlihat dari nilai ulangan yang semakin membaik.
Siswa yang kesulitan memahami materi juga menunjukkan peningkatan dalam pemahaman konsep.
Meskipun perbaikan ini tidak instan, namun kemajuan yang mereka tunjukkan sangat menggembirakan.
Dengan bantuan pendampingan individual dan metode pembelajaran yang disesuaikan, mereka dapat mengejar ketertinggalan mereka.
4. Pengalaman Berharga dari Penyelesaian Masalah
Pengalaman ini mengajarkan saya pentingnya fleksibilitas dalam mengajar dan perlunya menyesuaikan pendekatan berdasarkan kebutuhan siswa.
Setiap siswa adalah individu yang unik dengan cara belajar yang berbeda-beda.
Sebagai guru saya perlu terus beradaptasi dan mencari cara terbaik untuk membantu setiap siswa mencapai potensi maksimal mereka.
Selain itu, keterlibatan dan komunikasi dengan siswa dan orang tua sangat penting dalam mendukung proses belajar yang efektif.
CONTOH STUDI KASUS 5
Rendahnya Minat Membaca Siswa
1 Permasalahan apa yang pernah Anda hadapi?
Sebagai guru kelas 4 SD, saya menghadapi masalah rendahnya minat membaca siswa. Banyak siswa enggan membaca buku teks atau cerita, lebih memilih bermain gadget. Hal ini berdampak pada kemampuan memahami teks dan kosa kata yang terbatas.
2. Bagaimana upaya Anda untuk menyelesaikannya?
Saya menerapkan pendekatan "Sudut Baca Menarik" di kelas, menyediakan buku-buku cerita bergambar dan komik edukasi yang sesuai dengan usia siswa.
Saya juga mengadakan sesi "Membaca Bersama" setiap minggu, di mana siswa boleh memilih buku favorit mereka dan mendiskusikannya dalam kelompok kecil. Untuk meningkatkan motivasi, saya memberikan penghargaan berupa stiker untuk setiap buku yang selesai dibaca.
3. Apa hasil dari Upaya Anda tersebut?
Setelah dua bulan, minat membaca siswa meningkat. Sebanyak 80 persen siswa mulai rutin mengunjungi sudut baca, dan kemampuan memahami teks mereka meningkat, terlihat dari hasil tes membaca yang naik rata-rata 15 poin. Siswa juga lebih aktif berdiskusi tentang cerita yang mereka baca.
4. Pengalaman berharga apa yang bisa Anda petik ketika
menyelesaikan permasalahan tersebut?
Saya belajar bahwa menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan memberikan kebebasan memilih materi bacaan dapat memotivasi siswa. Pendekatan yang menyenangkan dan tidak memaksa sangat efektif untuk anak usia SD.
CONTOH STUDI KASUS 6
Kurangnya Partisipasi Saat Diskusi Kelas 4 SD
1.Permasalahan apa yang pernah Anda hadapi?
Sebagian besar siswa pasif saat diskusi kelompok. Hanya satu atau dua siswa yang aktif, sementara yang lain cenderung diam.
2. Bagaimana upaya Anda untuk menyelesaikannya?
Saya mengubah metode diskusi menjadi diskusi rotasi, di mana setiap anggota kelompok mendapat giliran menyampaikan pendapat. Saya juga memberikan panduan peran (penanya, pencatat, penyaji) kepada setiap siswa.
3. Apa hasil dari Upaya Anda tersebut?
Siswa menjadi lebih aktif karena merasa memiliki tanggung jawab. Semua siswa berpartisipasi sesuai peran masing-masing.
4. Pengalaman berharga apa yang bisa Anda petik ketika menyelesaikan permasalahan tersebut?
Saya belajar bahwa metode yang tepat dapat membangun kepercayaan diri siswa dan mendorong keterlibatan aktif dalam pembelajaran.
CONTOH STUDI KASUS 7
Mengatasi Perundungan Verbal dan Isolasi Sosial untuk Kelas 4 SD
1.Permasalahan yang Pernah Saya Hadapi:
Di kelas 4, saya mengidentifikasi Ani, seorang siswa pendiam dan berprestasi, menjadi target perundungan verbal oleh sekelompok kecil siswa populer. Mereka sering mengejek penampilan Ani, mengabaikannya dalam kegiatan kelompok, dan menyebarkan gosip kecil tentangnya.
Akibatnya, Ani menjadi semakin menarik diri, sering terlihat sedih, dan prestasi akademiknya mulai menurun. Situasi ini menciptakan ketidaknyamanan di kelas.
2. Bagaimana Upaya Saya untuk Menyelesaikannya?
Observasi dan Pendekatan Personal: Saya mengamati pola interaksi di kelas secara cermat dan berbicara secara pribadi dengan Ani untuk memahami perasaannya dan apa yang terjadi. Saya meyakinkannya bahwa sekolah adalah tempat yang aman.
Edukasi dan Kesadaran Kelas: Tanpa menunjuk individu, saya mengadakan diskusi kelas tentang pentingnya empati, menghargai perbedaan, dan dampak negatif perundungan. Kami bersama-sama membuat "Aturan Kelas Anti-Perundungan" yang menyoroti pentingnya kebaikan dan saling menghormati.
Intervensi Terbatas pada Pelaku: Saya memanggil siswa-siswa yang terlibat dalam perundungan secara terpisah, menjelaskan dampak perilaku mereka, dan membimbing mereka untuk meminta maaf serta mengubah sikap. Saya menekankan tanggung jawab mereka terhadap iklim kelas.
Meningkatkan Inklusi Ani: Saya melibatkan Ani dalam peran-peran kecil yang menuntut interaksi positif dengan teman (misalnya, menjadi ketua kelompok untuk tugas yang bersifat kolaboratif dan tidak kompetitif). Saya juga memastikan ia selalu memiliki kelompok saat kegiatan.
Kolaborasi dengan Guru BK dan Orang Tua: Saya berkoordinasi dengan guru Bimbingan Konseling (BK) untuk penanganan lebih lanjut dan berkomunikasi dengan orang tua Ani serta orang tua siswa pelaku untuk menciptakan dukungan yang konsisten.
3. Hasil dari Upaya Tersebut:
Perilaku perundungan verbal berkurang secara signifikan, dan suasana kelas menjadi lebih inklusif. Ani perlahan mulai berani berinteraksi dan menunjukkan kembali keceriaannya. Prestasinya kembali stabil. Siswa-siswa pelaku menunjukkan pemahaman yang lebih baik tentang konsekuensi tindakan mereka dan mulai mengubah perilaku.
4. Pengalaman Berharga yang Bisa Saya Petik:
Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa perundungan memerlukan intervensi yang cepat, terencana, dan menyeluruh, bukan hanya menghukum. Membangun kesadaran empati dan rasa aman di kelas adalah kunci. Guru harus menjadi fasilitator mediasi dan penanam nilai, tidak hanya pengajar. Kolaborasi dengan pihak lain (BK dan orang tua) sangat vital untuk penyelesaian yang efektif.
CONTOH STUDI KASUS 8
Mengatasi Kesulitan Memahami Materi IPAS untuk Kelas 4 SD
Permasalahan yang Pernah Saya Hadapi:
Ketika mengajar materi fotosintesis di kelas 4 SD dalam mata pelajaran IPAS, salah satu permasalahan yang saya hadapi adalah kesulitan siswa dalam memahami proses fotosintesis yang abstrak. Konsep seperti bagaimana tumbuhan mengubah cahaya matahari menjadi energi melalui klorofil, serta peran air dan karbon dioksida, sulit dipahami oleh siswa.
Terutama karena proses ini tidak dapat dilihat secara langsung. Banyak siswa juga bingung dengan istilah-istilah ilmiah yang baru mereka dengar, seperti "klorofil," "oksigen," dan "glukosa," yang membuat mereka merasa pelajaran ini rumit.
Upaya untuk Menyelesaikannya:
1. Penggunaan Media Visual:
Saya memutuskan untuk menggunakan alat bantu visual yang sederhana namun efektif. Saya membuat diagram proses fotosintesis yang berwarna dan jelas, lengkap dengan panah yang menunjukkan alur energi dari cahaya matahari hingga dihasilkan oksigen.
Saya juga menggunakan video pendek animasi yang menunjukkan proses fotosintesis dengan cara yang menarik dan mudah dimengerti. Melalui visualisasi ini, siswa dapat melihat gambaran besar tentang apa yang terjadi selama fotosintesis.
2. Pembelajaran Berbasis Eksperimen:
Saya juga merancang eksperimen sederhana untuk membantu siswa memahami konsep fotosintesis. Saya membawa beberapa tanaman kecil ke dalam kelas dan menempatkan sebagian di bawah sinar matahari dan sebagian lagi di tempat gelap.
Setiap hari, siswa diminta untuk mengamati perubahan yang terjadi pada tanaman tersebut. Dari sini, mereka bisa melihat perbedaan antara tanaman yang mendapatkan cahaya matahari dengan yang tidak, dan memahami pentingnya cahaya bagi proses fotosintesis.
3. Permainan Peran (Role Play):
Untuk membuat konsep fotosintesis lebih interaktif, saya menggunakan metode permainan peran di mana setiap siswa memerankan komponen yang berbeda dalam proses fotosintesis. Ada yang menjadi matahari, karbon dioksida, air, klorofil, dan glukosa. Dengan cara ini, mereka secara aktif terlibat dalam pembelajaran dan memahami bagaimana setiap elemen bekerja sama dalam proses fotosintesis.
4. Pendekatan Kontekstual:
Saya juga berusaha mengaitkan materi fotosintesis dengan lingkungan sekitar siswa. Saya mengajak mereka untuk berjalan-jalan di sekitar sekolah dan mengamati tumbuhan yang ada di sana. Saya menjelaskan bahwa proses fotosintesis yang mereka pelajari terjadi pada tumbuhan yang mereka lihat setiap hari, seperti pohon di halaman sekolah. Hal ini membantu siswa menghubungkan teori dengan praktik nyata yang dapat mereka lihat dan rasakan.
Hasil dari Upaya:
Setelah menggunakan metode visual, eksperimen, dan pendekatan interaktif, pemahaman siswa tentang fotosintesis meningkat. Mereka lebih antusias dalam mempelajari proses yang sebelumnya mereka anggap sulit.
Eksperimen sederhana yang dilakukan di kelas juga membantu mereka melihat bukti nyata tentang peran cahaya dalam pertumbuhan tanaman, sehingga mereka lebih mudah mengaitkan konsep fotosintesis dengan dunia nyata. Pada saat ulangan, banyak siswa mampu menjelaskan proses fotosintesis dengan lebih baik dan menggunakan istilah-istilah ilmiah yang tepat.
Pengalaman Berharga:
Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa dalam mengajarkan konsep yang abstrak, penting untuk melibatkan siswa secara aktif dan memberikan mereka pengalaman nyata yang bisa mereka lihat atau lakukan sendiri. Metode visual dan eksperimen memberikan dampak besar dalam membantu mereka memahami konsep yang sulit.
CONTOH STUDI KASUS 9
Mengatasi Masalah Konsentrasi pada Siswa dengan ADHD
A. Permasalahan yang Dihadapi
Seorang siswa di kelas saya memiliki Attention Deficit Hyperactivity Disorder yang membuatnya sulit untuk berkunsentrasi dalam pembelajaran.
Siswa ini sering kali kehilangan tokus, bergerak tanpa henti dan sulit mengikuti instruksi.
Hal ini menyebabkan keterlambatan dalam memahami materi dan menyelesaikan tagas.
B. Upaya untuk Menyelesaikan Permasalahan
Saya menerapkan strategi pembelajaran yang dirancang khusus untuk siswa dengan ADHD Salah satunya adalah memecah instruksi menjadi bagian-bagian kozil dan memberikan waktu istirahat singkat di antara sesi belajar.
Saya juga menyediakan fidget tool untuk membantu siswa ini mengalihkan energi tanpa mengganggu kele. Selain itu, saya duduk bersama siswa tersebut dan membuat jadwal belajar yang leksibel dan terstruktur.
C. Hasil dari Upaya
Dengan pendekatan yang lebih terstruktur dan interaktif, siswa tersebut mulai menunjukkan peningkatan dalan konsentrasi dan keterlibatannya di kelas. Ia menjadi lebih mampu mengikuti pelajaran dan menyelesaikan tugas dengan bantuan jadwal dan instruksi yang lebih lerurganisir. Hasil belajarnya pun mengalami peningkalan.
D. Pengalaman Berharga
Pengalaman ini mengajarkan saya pentingnya memahami kebutuhan khusus setiap siswa dan menyesuaikan metode pengajaran.
Setiap siswa memiliki cara belajar yang unik dan dengan strategi yang tepat sehingga mereka semua dapat mencapai hasil yang lebih baik.
Baca juga: Kunci Jawaban, Manakah Pernyataan yang Paling Tepat Mengenai Hubungan Antara Gaya Belajar, PPG 2025
Baca juga: Kunci Jawaban, Apakah Anda Sudah Memahami Experiential Learning dan Menerapkannya? Soal PPG 2025
Baca juga: 4 Pertanyaan Studi Kasus PPG Guru Tertentu 2025 Lengkap dengan Jawabannya
Baca berita dan artikel lainnya langsung dari google news
Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel
Jawaban Refleksi Jurnal: Perubahan yang Dirasakan Setelah Mengerjakan Tugas Aksi Nyata Terpilih |
![]() |
---|
15 Latihan Soal Post Test PPA Umum 1 PPG 2025 Beserta Kunci Jawabannya, Pembelajaran Mendalam |
![]() |
---|
Jawaban Soal: Urutan Fase untuk Merancang Perencanaan Pembelajaran Berbasis Pendekatan UbD |
![]() |
---|
Jawaban Refleksi: Apakah Anda Merasa Telah Menjadi Teladan yang Baik Bagi Peserta Didik? |
![]() |
---|
6 Jawaban Soal: Apa Motivasi Anda Mengikuti PPG Prajabatan 2025? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.