Berita Viral
Berani Debat dengan Dedi Mulyadi Soal Wisuda, Aura Cinta Disebut Bukan Anak-anak, Lulus Tahun Lalu
Dedi Mulyadi ungkap bahwa Aura Cinta bukan seorang remaja karena usianya hampir 20 tahun, frontal suarakan kritikannya minta acara perpisahan sekolah
Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Weni Wahyuny
TRIBUNSUMSEL.COM - Fakta sosok Aura Cinta, warga asal Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi yang berani debat dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, soal wisuda di sekolah.
Sebelumnya, Aura Cinta disebut merupakan seorang lulusan SMA di Kabupaten Bekasi yang ngotot meminta acara perpisahan di sekolah tetap diadakan.
Aura Cinta pun disebut Dedi Mulyadi terlalu frontal menyuarakan kritikannya yang dinilai tidak memiliki dasar yang kuat.
Baca juga: Pekerjaan Orang Tua AC Remaja Viral Ngotot ke Dedi Mulyadi Adakan Wisuda, Penjual Botol untuk Bensin
Setelah momen adu argumen Aura Cinta dengan Gubernur Jawa Barat itu viral, kini terungkap sosok Aura ternyata bukan anak-anak lagi.
Melalui unggahan Instagramnya, Dedi Mulyadi mengungkapkan bahwa Aura sudah bukan seorang remaja karena usianya hampir 20 tahun.
"Dialog saya dengan Aura itu adalah dialog yang ingin menggambarkan tentang masa depan anak-anak kita. Pertama, Aura bukanlah anak remaja, tapi menurut saya sudah dalam kategori dewasa, karena usianya sudah hampir 20 tahun," kata Dedi dalam video yang diunggah di akun Instagram, Selasa (29/4/2025).
Lebih lanjut, Dedi Mulyadi juga menyinggung soal pekerjaan Aura yang ternyata seorang bintang iklan dan talent di televisi, seperti yang ramai diperbincangkan warganet di media sosial.
“Dan dia lulus SMA setahun yang lalu, dan dia sudah menjadi bintang iklan, sudah bisa mencari uang oleh dirinya sendiri,” ujarnya.
"Jadi bukanlah kategori remaja apalagi anak-anak," sambung Dedi.
Baca juga: Kesan Dedi Mulyadi ke AC, Remaja Ngotot Minta Wisuda Diadakan: Cerdas, Berani Kemukakan Pendapat
Sebelumnya, Dedi Mulyadi juga menanggapi dirinya diisukan settingan setelah viral perdebatannya dengan seorang siswi SMA di Kabupaten Bekasi yang ngotot meminta acara perpisahan di sekolah tetap diadakan.
Perdebatan Dedi Mulyadi dan remaja itu memunculkan isu bahwa itu merupakan konten settingan, mengingat sosok AC pernah tampil sebagai bintang iklan dan juga seorang model.
AC terlihat berani mengkritik kebijakan Gubernur Jabar terkait penggusuran rumahnya dan rumah warga lainnya di bantaran sungai Bekasi.
Menanggapi hal tersebut, Dedi Mulyadi mengaku tidak mengetahui sosok Aura Cinta sebelumnya.
"Saya tidak tahu, saya menganggap anak itu ikhlas," ujar Dedi di Gedung Pusdai, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin (28/4/2025) dilansir dari Kompas.com.
Dia juga tidak berprasangka negatif kepada gadis remaja asal Kabupaten Bekasi itu. Dedi bahkan sampai memuji sikap Aura yang berani mengungkapkan aspirasinya di hadapan Gubernur Jabar.
"Saya tidak berprasangka buruk, saya berprasangka baik, anak itu pinter dan anak itu berani sehingga mau menyampaikan di depan gubernur," kata Dedi .
Dedi menegaskan bahwa dirinya tidak anti kritik.
Namun, apa yang disampaikan oleh AC tidak memiliki dasar yang kuat soal larangan acara perpisahan sekolah.
"Tugas gubernur adalah mengarahkan agar argumentasinya memiliki dasar hukum yang kuat," ucapnya.
"Pendapatnya bukan hanya dirinya sendiri, orang tuanya boleh wisuda, orang tuanya boleh perpisahan, cuma 1 juta doang itu bagi keluarga mereka, tapi keluarga yang lain itu sangat berat," pungkas Dedi.

Adapun momen tersebut terjadi saat Dedi bertemu dengan sejumlah warga Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi, yang menjadi korban penggusuran.
Remaja berinisial AC itu bersikuku meminta Dedi Mulyadi untuk tidak menghapuskan wisuda setelah kelulusan sekolah meski kondisi keuangan keluarganya tidak memadai.
Dedi menyebut bahwa AC sebagai anak terlalu memaksakan orang tuanya demi membiayai gaya hidupnya selangit.
Pasalnya, kedua orang tua AC hidup susah hanya tinggal di bantaran sungai Kali Cikarang Bekasi Laut yang kini telah menjadi korban penggusuran.
Dedi mengingatkan, selama ini pelaksanaan perpisahan di sekolah seringkali membebani orang tua murid, bahkan ada yang sampai harus berutang untuk menutupi biaya acara maupun study tour.
Baca juga: Pekerjaan Orang Tua AC Remaja Viral Ngotot ke Dedi Mulyadi Adakan Wisuda, Penjual Botol untuk Bensin
AC sendiri mengakui bahwa biaya perpisahan cukup memberatkan keluarganya, tapi tetap berpendapat acara itu penting agar semua siswa bisa merasakan momen kelulusan.
"Ngerasain perpisahan, duit dari siapa?" tanya Dedi. "Orang tua," jawab remaja tersebut.
"Membebani nggak?" lanjut Dedi.
"Iya membebani, Pak. (Tapi) kan ada juga yang cuma lulusan SD, SMP, atau SMA," jawabnya.
Namun, AC tetap kekeh bahwa perpisahan harus dilakukan
"Enggak gitu, Pak. kan saya waktu dibikin video Tiktok itu kan captionnya bukan untuk meminta kerohiman atau apa pun, saya cuma minta keadilan aja," ujar Aura.
"Waktu digusur itu gak ada musyawarah, cuma ada Satpol PP datang," ujar AC menjelaskan terkait rumahnya yang dirobohkan.
Dedi kemudian bertanya bagaimana jika negara meminta agar Aura membayar uang sewa di tanah yang mereka tempati.
"Saya balik, tinggal di tanah orang lain harus bayar gak sama yang punya tanah? Kalau saya balik nuntut, pemdanya nya minta tagihan dihitung beberapa tahun ke belakang bayar tiap tahun," ujar Dedi.
"Bapak kan bisa lihat dulu latar belakang saya, saya miskin atau gak, mampu bayar atau enggak," ujar Aura.
"Kamu miskin gak?" tanya Dedi.
"Iya, saya mengakui," ujar Aura.
"Kenapa miskin pengen hidup bergaya (selangit), sekolah harus ada perpisahan? kan kamu merasa miskin. kenapa orang miskin gak merasa prihatin?" ujar Dedi.
AC kembali menegaskan bahwa dia tidak menolak kebijakan melarang perpisahan, tapi dia ingin perpisahan tetap diperbolehkan asal dengan biaya yang kecil.
"Apa pun itu saya mendukung, cuma jangan dihapus, Pak, gak semuanya bisa terima. Terus kalau wisuda dihapus, dan bapak juga minta pajak saya, saya miskin," ujar AC.
"Bukan minta pajak, saya balik, Anda miskin, tapi jangan sok kaya. Orang miskin itu prihatin membangun masa depan. Seluruh pengeluaran ditekan, digunakan untuk masa depan, bisnis, pengembangan mandiri, lah ini rumah gak punya, tinggal di bantarang sungai," ujar Dedi.
Baca juga: Alasan Remaja Bekasi Ngotot ke Dedi Mulyadi Minta Wisuda Sekolah Padahal Tak Mampu Bayar Kontrakan
Saat Dedi meminta rincian biaya perpisahan saat SMP, si AC menyebut nominal sekitar Rp1 juta.
Padahal, dari pengakuan sang ibu yang duduk di sampingnya, kondisi ekonomi keluarga jauh dari kata mapan.
Ibunya hanya seorang ibu rumah tangga, sementara ayahnya berjualan botol kaca untuk bensin eceran.
"Waktu (SMP) itu (bayar sekitar) Rp1 juta doang, Rp1,2 juta," kata si gadis.
"Ibuknya kerja apa? Ayahnya kerja apa?" tanya Dedi.
"(Saya) ibu rumah tangga. (Ayahnya) wiraswasta, dagang. Dagang botol-botol (untuk) bensin (eceran)," jelas ibunya.
Meski penghasilan pas-pasan, sang ibu tetap rela mengeluarkan uang demi perpisahan agar anaknya punya kenangan bersama teman-temannya.
Ibunya mengaku setuju membayar demi membangun mental anak.
"Ibu lebih setuju mana? Perpisahan tapi bayar, atau perpisahan dilarang, nggak ngeluarin duit?" tanya Dedi.
"Kalau buat mental anak, setuju yang bayar. Kalau nggak ada kenangan, kan ini," sahut sang ibu.
Dedi yang mendengar jawaban itu langsung menyinggung pilihan hidup keluarga tersebut.
"Ibu rumah aja ga punya?" sindir Dedi.
"Iya, tapi kalau demi anak saya sih nggak apa-apa, Pak," jawab si ibu.
Dedi kemudian mengingatkan, sebagai orang tua, mestinya mereka lebih memprioritaskan kebutuhan dasar seperti tempat tinggal yang layak, ketimbang membiayai gaya hidup.
"Demi anak jangan tinggal di bantaran sungai. Ibu tinggal aja masih di bantaran sungai, kenapa gaya hidup begini (selangit)?" kata Dedi sambil mengangkat tangan ke atas.
"Ini kan harus diubah," tegasnya.
Dalam forum tersebut, mayoritas warga menyatakan setuju dengan kebijakan penghapusan acara wisuda dan study tour karena alasan keadilan dan keringanan biaya.
"Kritik gubernur karena membiarkan banjir, saya seneng. Ini kritik gubernur karena larang perpisahan, kok ngeri. Akhirnya dibully, karena logikanya gak tepat," terang Dedi.
"Jadi gubernur berusaha untuk menurunkan beban pembayaran orang tua karena sekolah sudah dibikin gratis, maka orang tua tidak boleh lagi ada pengeluaran untuk sekolah, bila perlu sekolah jalan kaki, sekolah naik sepeda pulang jualan agar anak sekolah Jawa Barat hebat.
Hingga akhrirnya, Dedi menyarankan agar remaja tersebut mengadakan perpisahan secara mandiri tanpa melibatkan sekolah.
"Ya sudah, perpisahan sendiri saja. Enggak bawa sekolah. Kumpul-kumpul bersama teman-teman, bikin perpisahan sendiri sok saja, tapi jangan melibatkan sekolah," tuturnya.
Dedi mengingatkan, jika menyelenggarakan secara mandiri lalu terjadi sesuatu, maka orang itu harus tanggung jawab.
"Kamu aja bikin, menjadi ketua panitia acara perpisahan nggak akan melibatkan sekolah. Kalau besok busnya terbalik tanggung jawab sendiri, orang mabuk-mabukan tanggung jawab sendiri, ada tawuran, tidak bawa institusi."
"Bagi saya biaya pendidikan harus murah tidak boleh ada beban bagi orang tua, jangan sampai BOS-nya dibayarin pemerintah tapi siswanya hura-hura," kata Dedi Mulyadi.
Di sisi lain, Dedi juga menyanggah kritik remaja yang berkeberatan rumahnya digusur.
Menurut Dedi, apa yang dilakukan warga di bantaran sungai itu sudah melanggar aturan.
"Kenapa saya melakukan ini? Kalau saya tidak melakukan ini, banjir parah lagi. Gubernur yang disalahin. Sekarang kan sudah agak lumayan," ucap Dedi.
(*)
Baca berita lainnya di google news
Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com
Beredar Foto Ahmad Sahroni Diduga Hendak ke Singapura, Youtuber Ferry Irwandi Sebut Pengecut |
![]() |
---|
PENGAKUAN Saksi Mata Lihat Mobil Rantis Brimob Lindas Ojol Saat Bubarkan Demonstran, Semua Dihajar |
![]() |
---|
MOBIL Baraccuda Brimob Lindas Driver Ojol di Pejompongan, Korban Dikabarkan Meninggal Dunia |
![]() |
---|
Leganya Ridwan Kamil Hasil Tes DNA Buktikan CA Bukan Anaknya, Fitnah Lisa Mariana Terpatahkan |
![]() |
---|
Ini Pekerjaan Sintya Cilla Buat Denny Sumargo Syok, Rela Berkorban Uang Demi Ketemu Dj Panda |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.