Bocah Tewas di Banyuwangi

Pilu Ibu CNA Bocah SD Ditemukan Tewas di Banyuwangi Kurung Diri Hamil 8 Bulan, Sering Panggil Anak

Sang ibunda yang dalam kondisi hamil 8 bulan masih terisak tangis ditinggal pergi CNA, bocah SD 7 tahun yang tewas di Banyuwangi, mengurung diri

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Kharisma Tri Saputra
TribunJatim.com/Aflahul Abidin
Tim P2TP2A Dinsos PPKB memberi pendampingan kepada orang tua korban. Sang ibunda yang dalam kondisi hamil 8 bulan masih terisak tangis ditinggal pergi CNA, bocah SD 7 tahun yang tewas di Banyuwangi, mengurung diri 

TRIBUNSUMSEL.COM - Kepergian CNA, bocah SD 7 tahun yang tewas di Banyuwangi masih menyisakan duka mendalam bagi keluarga.

Terutama sang ibunda yang dalam kondisi hamil 8 bulan masih terisak tangis ditinggal pergi untuk selama-lamanya oleh putri tercinta.

Ibu korban, Siti Aningsih, mengalami trauma mendalam setelah menemukan anaknya tewas.

Baca juga: Sempat Tanya Surga ke Kakek, 3 Hari Kemudian Bocah 7 Tahun di Banyuwangi Ditemukan Tewas di Kebun

Siti, yang sedang hamil, masih syok dan lebih memilih mengurung diri di kamar.

Kakek korban, Sutrisno, menyatakan bahwa Siti sangat terpukul dan sulit diajak berkomunikasi.

"Ibunya sampai belum mau makan," ungkapnya.

Sutrisno menjaskan, bukan hanya Siti yang sangat terpukul atas kepergian CNA.

Ayah CNA, Ahmad Doni Nur, juga merasakan hal yang sama.

Doni juga hanya menghabiskan waktu bersama istrinya di kamar.
 
Untuk memulihkan kondisi Siti, Pemkab Banyuwangi memberi pendamping khusus.

Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) Banyuwangi menerjunkan tim untuk mendampingi keluarga korban.

Alizha Amalia Rohmana, Pendamping Korban dari Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Dinsos PPKB Banyuwangi, mengatakan, ibu korban tengah mengandung 8 bulan.

Baca juga: Pilu Bocah 13 Tahun di Batam Lehernya Dirantai Ibu Kandung Hingga Kepala Bocor Gegara Sembunyikan HP

Pendamping, kata dia, penting agar psikologis sang ibu bisa lekas pulih dan janin yang di kandungnya terus sehat.

"Kami tadi mendampingi, dan alhamdulillah ibu korban mulai mau makan," kata Icha, sapaan akrab Alizha Amalia Rohmana.

Selain pendampingan psikis, pihaknya juga akan memberikan pendampingan-pendampingan lain bagi keluarga korban.

Termasuk, pendampingan untuk menanggung biaya autopsi korban, pendampingan kesehatan keluarga korban, hingga pendampingan hukum selama proses persidangan hingga putusan.

Icha telah bertemu dengan ibu dan ayah korban saat mendatangi rumah duka, Kamis (14/11/2024).

Saat itu, psikis keduanya masih terganggu pascakepergian korban.

Bahkan, sang ibu masih kerap mengigau memanggil-manggil nama anaknya.

Pun demikian dengan sang ayah.

Ia masih sulit untuk diajak berkomunikasi. Saat diajak berbicara, ia kerap menangis.

Selain korban, pasangan tersebut juga memiliki satu anak lain yang duduk di bangku kelas IV. Ia belajar di sekolah yang sama dengan korban.

Ayah Korban Ingin Bertemu Pelaku

AD, ayah DCNA (7), korban pembunuhan dan pemerkosaan di Kabupaten Banyuwangi, meminta kepada kepolisian agar ia dipertemukan dengan pelaku apabila telah tertangkap.

Permintaan itu AD sampaikan saat Kapolresta Banyuwangi Kombes Pol Rama Samtama Putra berkunjung ke rumah duka di Desa Kalibaru Manis, Kecamatan Kalibaru, Jumat (15/11/2024).

"Kalau (pelaku) sudah ketemu, saya hanya ingin bertemu. Hanya ingin menatapnya. Kok tega berbuat jahat seperti itu," kata AD.

AD mengatakan, apa yang dilakukan pelaku sangat menyakiti keluarga. Ia juga berharap, polisi bisa cepat mengungkap kasus tersebut.

Di hadapan Kapolresta, AD juga meminta agar kepolisian menerjunkan unit K-9 (anjing pelacak) untuk mengungkap pelaku kasus pembunuhan DCNA.

"Supaya bisa cepat terbuka (kasusnya)," harapnya.

Baca juga: Sosok Devi, Siswi SD di Palembang Bawa Pulang Makan Siang Gratis Demi Makan Bersama Sang Ibu

Kapolresta Banyuwangi Kombes Pol Rama Samtama Putra menyanggupi permintaan ayah korban untuk bertemu dengan pelaku apabila telah tertangkap.

Termasuk soal penerjunan unit K-9 untuk mengungkap perkara itu. Namun, Rama menyebut, proses penyelidikan saat ini yang menggunakan metode scientific investigation sudah mencukupi untuk proses penyidikan.

"Secara prinsip, dari inafis dan tim olah TKP sudah cukup sebenarnya. Tapi kalau ada permintaan dari orang tua korban, tidak apa-apa. Akan kami lihat apakah masih memungkinkan karena tiga hari dari perisiwa dan kemarin hujan di TKP," ujar Rama.
 
Korban Sempat Tanyakan Soal Surga Sebelum Ditemukan Tewas

Tiga hari sebelum peristiwa tragis yang merenggut nyawanya, siswi berinisial CNA itu bertanya kepada kakeknya tentang surga.

Kakek CNA, Sutrisno, mengenang cucunya sebagai anak yang sopan dan mandiri.

Meski baru berusia 7 tahun, bocah itu sudah terbiasa mencuci baju sendiri.

Bahkan sering membantu sang ibu memasang jemuran di teras rumah.

Selain itu, CNA juga anak penyayang keluarga.

"Saya juga sering dibikinkan kopi. Anak itu tidak pernah nakal. Tidak pernah aneh-aneh. Tiap hari dia main di rumah bersama kakaknya. Kalau sudah waktunya pulang sekolah, ya pulang. Tidak pernah mampir mampir," terang Sutrisno, di rumah duka, Kamis (14/11/2024).

Tiga hari sebelum cucunya meninggal, Sutrisno masih ingat ditanyai soal surga.

CNA: "Mbah, apa benar kata Bu Guru, kalau rajin salat, kalau nanti mati masuk surga?"

Kakek: "Iya."

CNA: "Mbah, apa benar di surga banyak taman-taman yang indah?

Kakek: "Waduh, Mbah tidak bisa menjelaskan. Kapan-kapan, ya."

Baca juga: Pilu 5 Anak Rouf Sopir Truk Nangis Panggil Ayah, Debar Jantung Kencang saat Kecelakaan di Cipularang

Hingga kemudian pada Kamis kemarin, ibu dan ayah CNA gelisah saat anaknya tak kunjung ke rumah meski waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 WIB, Rabu lalu.

Jam pulang sekolah untuk kelas I, yakni pukul 10.00 WIB. Biasanya paling lambat, bocah itu akan tiba di rumah sekitar setengah jam kemudian. Ia menaiki sepeda menempuh jarak sekitar 1 kilometer (km) melewati jalan perkebunan.

Tak kunjung pulangnya CNA membuat sang ibu, Siti Aningsih, langsung mengontak wali kelas. Wali kelas yang menyebut bahwa CNA telah pulang pada jam seperti biasanya membuat sang ibu terkejut.

Ia langsung mengajak suaminya, Ahmad Doni Nur, untuk mencari keberadaan anak.

"Saya di kebun di dihubungi juga. Langung saya ke sekolahnya. Karena tidak ada, saya langsung mencari ke jalan utama," terang Sutrisno.

Sementara sang ibu dan beberapa guru menyusuri jalur pulang CNA.

Tanpa di sangka, mereka melihat sepedanya di sungai kecil yang jaraknya sekitar 150 meter dari rumah mereka.

Setelah menyusuri area sekitar, CNA ditemukan dalam kondisi terlentang dengan kepala belakang berlumur darah. Ia tergeletak di tepian tanah berkontur. Meski berpakaian lengkap, celana dalamnya melorot dan acak-acakan.

Tubuh korban langsung dilarikan ke klinik terdekat. Namun, kondisinya tak tertolong. Ia dinyatakan telah tewas. 

Jenazah bocah tersebut kemudian dibawa ke RSUD Genteng untuk otopsi pada Kamis ini.

Diberitakan sebelumnya, seorang bocah di Banyuwangi berusia 7 tahun diduga menjadi korban kekerasan seksual dan penganiayaan hingga meninggal dunia.

Proses penyelidikan oleh Polresta Banyuwangi masih berlangsung, dengan fokus pada tempat kejadian perkara (TKP) dan pemeriksaan saksi-saksi.

Kapolresta Banyuwangi, Kombes Rama Samtama Putra, mengungkapkan bahwa sejumlah barang bukti milik korban, seperti permen, seragam, sepatu, liontin, dan sepeda, telah diamankan dari lokasi penemuan jasad.

"Barang bukti tersebut ditemukan di lokasi yang berbeda-beda. Jadi kami menemukannya tidak dalam satu tempat," ujarnya pada Jumat, 15 November 2024.

Penyidik saat ini menunggu hasil otopsi untuk mengetahui penyebab kematian korban.

Dugaan sementara menyatakan bahwa CNA mengalami kekerasan seksual sebelum dibunuh.

Kombes Rama menekankan pentingnya informasi dari masyarakat untuk mempercepat pengungkapan kasus ini.

Korban diketahui pulang ke rumah sendirian menggunakan sepeda pada Rabu, 13 November 2024.

Setelah tidak kunjung pulang, orang tua CNA mencarinya dan akhirnya jasadnya ditemukan oleh ibunya, Siti Aningsih, yang sedang hamil delapan bulan.

Kombes Rama menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk mengungkap kasus ini dan menangkap pelakunya.

"Secara prinsip, dari inafis dan tim olah TKP sudah cukup. Namun, jika ada permintaan dari orang tua korban, kami akan melihat kemungkinan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut," tambahnya.

Artikel telah tayang di Tribunbanyuwangi.com dengan judul Nelangsa Ibu di Banyuwangi Tahu Putrinya Tewas, Terus Panggil Nama sang Anak, Kondisi Hamil 8 Bulan

(*)

Baca berita lainnya di google news

Bergabung dan baca berita lainnya di saluran WhatsApp Tribunsumsel.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved