Arti Kata Bahasa Arab

Arti La Adwa Wala Thiyarah Wala Haammah Wala Shafar, Hadits Nabi, Bulan Safar bukan Bulan Sial

Masyarakat Arab jahiliyyah dulu, mempercayai Safar sebagai bulan penuh kesialan, kemalangan dan hal-hal buruk lainnya.

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
tribunsumsel/lisma
Arti La Adwa Wala Thiyarah Wala Haammah Wala Shafar, Hadits Nabi, Bulan Safar bukan Bulan Sial. 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Kita baru saja memasuki bulan kedua dalam penanggalan kalender hijriyah 1446 Hijriyah. Tanggal 1 Safar 1446 Hijriyah jatuh pada Selasa Agustus 2024 lalu.

Safar adalah bulan kedua setelah bulan Muharram.

Safar sendiri dalam bahasa Arab berarti “kosong”, makna ini merujuk pada kebiasaan masyarakat Arab dulu yang terbiasa berpergian meninggalkan rumah untuk mengumpulkan makanan ataupun untuk keperluan perang.

Masyarakat Arab jahiliyyah dulu, mempercayai Safar sebagai bulan penuh kesialan, kemalangan dan hal-hal buruk lainnya. Mereka percaya bahwa pada bulan tersebut, akan datang berbagai kemalangan yang dapat menimpa siapa saja. Kepercayaan tersebut bahkan tetap ada sampai masa Rasulullah SAW.

Akan tetapi sebagian orang Arab dulu mengartikan Safar juga sebagai sejenis penyakit dalam perut, berbentuk ulat besar yang mematikan. Karena kepercayaan itu pulalah orang Arab dulu menganggap Safar sebagai bulan sial atau bulan nahas.

Dikutip dari nu.or.id, dalam buku karangan H A Zahri berjudul “Pokok-Pokok Akidah yang Benar”, kepercayaan bahwa Safar mendatangkan kesialan dapat disebut juga sebagai jenis khurafat atau mitos.

Yakni secara bahasa artinya cerita bohong dan secara istilah khurafat berarti cerita rekaan atau khayalan.

Kepercayaan tersebut bahkan dibantah langsung oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang berbunyi:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

لا عَدْوَى ولا طِيَرَةَ، ولا هامَةَ ولا صَفَرَ

Arab latin:

La Adwa Wala Thiyarah Wala Haammah Wala Shafar

Artinya:

Tidak ada kesialan karena ‘adwa (keyakinan adanya penularan penyakit), tidak ada thiyarah (menganggap sial sesuatu hingga tidak jadi beramal), tidak ada hammah (keyakinan jahiliyah tentang rengkarnasi) dan tidak pula Safar (menganggap bulan Safar sebagai bulan haram atau keramat).” (HR. Bukhari no. 5757, Muslim no.2220).

Muhammad Khoirul Huda dalam bukunya Ilmu Matan Hadis, menyitir Abu ‘Ubaid bahwa melalui hadits di atas, Rasulullah SAW sedang berupaya mengkritik keyakinan khurafat kaum jahiliyyah.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved