Hari Anak Nasional

15 Puisi Hari Anak Nasional 2024 Menyentuh dan Berkesan, Jadi Referensi Lomba di Sekolah SD/SMP

TRIBUNSUMSEL.COM - Sambut Hari Anak Nasional 2024 dengan serangkaian puisi menyentuh dan paling berkesan untuk dibagikan. Berikut akan disajikan seran

Tribunsumsel.com
15 Puisi Hari Anak Nasional 2024 Menyentuh dan Berkesan, Jadi Referensi Lomba di Sekolah SD/SMP 

TRIBUNSUMSEL.COM - Sambut Hari Anak Nasional 2024 dengan serangkaian puisi menyentuh dan paling berkesan untuk dibagikan.

Saat menyambut Hari Anak Nasional setiap tanggal 23 Juli, umumnya akan diadakan berbagai kegiatan yang seru dan edukatif di sekolah, salah satunya lomba membaca puisi.

Berikut akan disajikan serangkaian puisi Hari Anak Nasional 2024 yang bisa digunakan sebagai referensi untuk lomba di tingkat SD/SMP.

Kumpulan Puisi Hari Anak Nasional

1. Aku Anak Hebat
Karya: Amalia Najichah

Aku anak hebat
Generasi penerus bangsa yang sehat
Karena tubuhku menyimpan beragam vitamin
Hasil kekayaan tanah yang subur dan air yang murni
Tanah air Indonesia

Aku anak hebat
Generasi penerus bangsa yang cerdas
Karena aku dididik dan dibina
oleh bapak dan ibu guru para insan cendekia
Titisan Ki Hajar Dewantara

Aku anak hebat
Generasi penerus bangsa yang pemberani
Karena jiwaku adalah jiwa dari para pahlawan
yang tak pernah gentar berjuang demi bangsa ini
bangsa Indonesia

Aku anak hebat
Generasi penerus bangsa yang istimewa
Karena di dalam dadaku terukir Pancasila
sebagai pedoman hidup dalam menghadapi dunia
Menjunjung tinggi martabat negaraku, Indonesia

2. Menjemput Mimpi
Karya: Sri Penny Alifiyah Habiba

Selamat pagi dunia
Hari ini
Kusambut pagi dengan harapan
Kuambil tas ranselku
Aku bergegas menuju sekolah
Mencari bekal unttik masa depan
Dengan segudang mimpi

Mimpiku suatu saat aku akan terbang bersama pesawat
Mimpiku suatu saat aku akan mengenakan baju loreng
berselempang senapan

Mimpiku suatu saat aku akan mengenakan seragam polisi dengan peluit melingkar di tangan kananku
Mimpiku suatu saat aku akan membantu saudara-saudaraku
yang kepayahan menahan sakit dari ujung kaki sampai ujimg
rambut

Dan masih banyak mimpi-mimpiku yang tak bisa aku lurai di
sini
Ayo kawan belajar yang tekun agar kelak kita bisa mewujudkan
mimpi-mimpi indah kita
Jangan hanya bermain saja tanpa arah
Mari kita belajar dengan sungguh agar terwujud mimpi dan cita
kita

3. Merindu Ibu
Karya: Budi Wahyono

Tertidur di karpet biru lantai perpustakaan
aku dikepungi rak-rak buku - dan sesegera kuingat ibu
anak-anak seusiaku dibelai dongeng ibu, dari bagaimana cara
bahagia hingga
kalimat panjang yang menghela dongeng bahaya perang
kelaparan, kemiskinan yang sulit pupus
di bongkahan negeri tandus

dari lubang jendela sebelah aku mendengar ibu mendongeng
kepul kopi
sagu, padi, singkong dan panen tak henti di sebuah negeri
semua bisa kita miliki ketika kita terus semangat memeras
keringat
kita baru bisa panen raya seperti mereka

ketika malam merambat tiba, diam-diam aku menyimpulkan
hidup harus terus bekerja. Seperti ibu yang kurindu
yang masih mengembara di negeri seberang
ibu yang kurindu - pasti akan segera pulang,

4. Aku Anak Pintar

Kubangun pagi terus mandi
Aku memakai baju sendiri
Tak lupa sarapan pagi
Masakan ibu penuh gizi

Aku adalah anak pintar
Ke sekolah tidak diantar
Berjalan di sebelah kiri
Menyeberang berhati-hati

5. Kami Punya Mimpi

Perkenalkanlah
Aku ini seorang anak kecil
Badanku memang tidak besar
Apalagi tenagaku yang belum begitu kuat

Tapi aku berani
Punya cita-cita yang tinggi
Semangatku seperti api
Dan jangan rusak kami

Ayah dan bundaku
Bukannya ku tak mau
Tapi aku punya pilihanku

Kakak-kakakku di luar sana
Tolong jaga aku
Aku tak mau diperlakukan seperi itu

Wariskan bumi ini kepada kami
Dengan mimpi yang kami miliki

6. Andai Aku Rajin Belajar

Andai saja aku rajin belajar
Aku tidak akan mengecewakan ibu dan bapak guruku
Serta juga orang tua ku

Andai saja aku rajin belajar
Aku tak akan kalah dengan teman sebayaku
Banyak sekali alasanku untuk tak belajar seperti teman-temanku

Jarang sekali aku dengarkan akan perintah itu
Kini aku menyadarinya, jika aku membutuhkan tuntunan itu

Sering sekali aku membentak jika di suruh belajar
Dan kini aku merasakan betapa aku butuh untuk belajar

7. Kisah Masa Kecilku yang Indah

Pagi ini ku mengenang kembali
Sebuah kisah di masa kecil
yang menyenangkan hati

Berjalan kaki saat pergi
dan pulang sekolah
Dan, Berjanji bermain bersama
setelah sampai di rumah

Kisah masa kecil yang indah tetap kuingat
Belajar, bermain, dan berpetualang
bersama teman dan kerabat

Hingga banyak pengalaman yang kudapat
Sebagai bekal berharga tuk meniti masa depan
Penuh percaya diri rai semua harapan

Mengapakah mereka mengingat dan
memperingati Hari Anak Sedunia
Namun tak dari dulu aku mengetahui berita

Mungkin aku bisa merayakannya
lebih seru bersama kawan
masa kecil di waktu itu

8. Katanya Tanah

Tanah mati
Matinya tanah
Hujan mengguyur
Nasib meluncur

Kapal-kapal berlayar
Sejenak berhenti di tepi selokan
Dari sudut kutemukan mata yang hilang

Semua serba hilang
Hilang semua
Serba

Anak-anak berdesis
Mendongak ke atas
Melihat musuh berbaju hitam
Di manakah malaikat berbaju putih

Lalu anak itu berdongeng
“Siapa menyulap tanah kami jadi kota
Tempat kami berlayar mencari kata
Tempat kami mengirim surat pada Sang Maha Kuasa”

Dari ujung kutemukan suara
Suara-suara demokrasi
Menjunjung martabat dan putih gigi
Ini adalah bukti

Hujan adalah saksi
Tanah kota
Kotanya tanah

9. Anak Hebat Sepanjang Zaman

Dalam gerak ada diam
Dalam diam ada gerak
Seperti kehidupan ini berjalan
Anak hebat sepanjang zaman
Anak hebat peduli zaman

Zaman sudah berubah
Sekarang zaman kids now
Tingkah laku berubah
Sopan santun sudah berubah

Tak ada yang di anggap hebat
Anak hebat sepanjang zaman
Itu mitos belaka
Bukan fakta, namun opini semata

Oh anak bangsa...
Apa nasibmu ?
Apa cita-citamu ?
Semoga kau jadi orang baik dan sukses.

10. Belajarlah Wahai Anak-anakku

Wahai generasi bangsa…
Teruslah belajar walau lelah
Karena kami para guru pun sama
Belajar terus agar ilmu bertambah

Sungguh sia-sia jika hanya
guru yang ingin berubah
Karena sesungguhnya siswalah ujung tombaknya
Belajarlah meski kau resah, muak dan lelah
Belajarlah agar tercapai cita-cita

Wahai anak-anakku yang masih belia
Belajar memang terasa bosan dan lama
Tapi percayalah waktu sangat cepat berlalu
Saat kau sadar kau sudah meraih mimpimu

11. Cahaya Masa Depan

Di hari cerah, kita merayakan
Anak-anak, cahaya harapan
Di mata mereka, dunia bersinar
Dengan impian dan cita yang menawar

Kecil tangan, namun besar harapan
Mereka adalah masa depan bangsa
Mari kita jaga, cintai, dan ajarkan
Agar jadi penerus penuh cemerlang

12. Pelangi Harapan

Anak-anak adalah pelangi
Dalam hujan kehidupan, mereka berkilau
Dengan warna-warni impian
Menghiasi langit masa depan

Setiap langkah mereka, adalah harapan
Setiap tawa mereka, adalah kebahagiaan
Mari kita jaga, lindungi, dan cintai
Agar mereka tumbuh, menjadi bintang yang bersinar terang

13. Untukmu, Anak Indonesia

Ada banyak hal yang akan aku gambarkan tentang anak Indonesia
Generasi yang akan menjadi penerus bangsa
Selalu menjadi pribadi yang ceria di setiap langkahnya
Dengan disertai canda dan tawanya

Wahai anak Indonesia
Jadilah kebanggaan demi negara
Demi tercapainya sebuah cita-cita

Untukmu anak Indonesia
Tetaplah memiliki karakter yang unik di setiap perjalanan hidupnya
Selalu tebar kebaikan yang akan membuat bangga
Belajar dengan tekun dan rajin demi meraih impian
Karena kuyakin dirimu akan menggapai itu semua

Sertakan doa di setiap perjuanganmu
Agar kelak selalu diberi keberkahan dari sang Maha Kuasa
Untukmu, anak Indonesia

14. Anak Gembala

Pakaian lusuh, kaki tak beralas
Menyusuri padang rumput dan pinggir sungai
Berlari, berteriak dan sesekali menyanyi
Tak henti mengibaskan pecut dalam genggamannya

Hari-hari penuh kedamaian
Dikelilingi alam dan binatang
Hanya makanan yang dicari
Demi isi perut binatang yang disayangi

Ada secercah harapan dalam binar matanya
Jika pulang nanti bisa membawa berkah
Untuk mencapai cita-cita di masa depan
Agar menjadi orang lebih berguna demi keluarga

Oh anak gembala
Sungguh mulia pekerjaan dan cita-citamu
Tidak goyah walau ditelan waktu
Asa itu selalu mewarna

15. Anak Berbakti

Aku berjalan menggunakan kaki
Kedua orang tuaku selalu menemani
Saat lelahku mulai menghampiri
Mereka tetap ada di samping diri ini

Ibu... kau selalu hangat kepadaku
Ayah... kau selalu ada untuk menjagaku
Kedua orang tua yang amat aku sayangi
Aku berjanji, akan menjadi mandiri

Jika sudah besar nanti
Aku berjanji di dalam diri
Untuk selalu melindungi dan menyayangi kedua orang tuaku ini
Ayah... Ibu... terima kasih untuk waktunya selama ini.

**

Artikel lainnya di google news.

Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved