Idul Fitri

Arti Halal Bihalal, Ternyata Bukan Berasal dari Bahasa Arab, Sejarah Asal-Usul dan Cara Memaknainya

KH Wahab memperkenalkan istilah Halalbihalal pada Bung Karno sebagai bentuk cara silaturahmi antar-pemimpin politik yang pada saat itu masih konflik.

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
GRAFIS TRIBUNSUMSEL/LISMA
Arti Halal Bihalal, ternyata bukan berasal dari bahasa Arab, sejarah asal-usul dan cara memaknainya.  

TRIBUNSUMSEL.COM --Arti halal bihalal, ternyata bukan berasal dari bahasa Arab, sejarah asal-usul dan cara memaknainya. 

Istilah halal bihalal banyak digunakan masyarakat Indonesia saat berkumpul dengan sanak saudara dan kerabat dalam suasana Idul Fitri.

Ternyata walau mengandung unsur bahasa Arab, kata halal bihalal tidak ditemukan dalam kamus Arab modern maupun klasik. “Halal bihalal” hanya ada di Indonesia, sebagai istilah atau sebuah tradisi yang membudaya dari dulu hingga sekarang.

Halalbihalal sebenarnya berasal dari kata serapan bahasa Arab, 'halal' dengan sisipan 'bi' yang berarti 'dengan' (bahasa Arab) di antara 'halal'.

Kata Halal bihalal bahkan sudah dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Dalam KBBI, Halalbihalal berarti hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan, biasanya diadakan di sebuah tempat (auditorium, aula, dan sebagainya) oleh sekelompok orang. Halalbihalal juga diartikan sebagai bentuk silaturahmi.

Mengutip tulisan Prof. Ahmad Rusdiana, Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN SGD Bandung, kata halal bihalal bisa didasarkan pada asal bahasa halla-yahallu-hallan, dengan makna terurai atau terlepas.

Dengan arti, halal bihalal merupakan sebuah media untuk mengembalikan kekusutan hubungan persaudaraan dengan saling memaafkan pada saat dan atau setelah hari raya Idul Fitri. (Niamillah,2014).

Misal saja, selama setahun sebelum Idul Fitri di tengah-tengah kita terjadi kesalahpahaman, atau banyak kesalahan-kesalahan lain yang dilakukan secara sengaja maupun tidak di antara sesama, maka halal bihalal ini adalah waktu untuk menguraikan keruwetan yang tentu mengganjal hati tersebut. Dengan cara meminta maaf dan juga memaafkan,”.

Pertanyaannya mengapa istilah halal bihalal hanya berlaku setelah Idul Fitri?

Niamilah (dalam Sobih, 2014), menambahkan, hal tersebut juga karena memiliki hubungan kuat dengan makna lafal Idul Fitri, yakni perayaan kembalinya manusia pada kesucian.


“Idul berarti suatu perayaan yang diulang-ulang, sedangkan fitri bermakna suci. Maka Idul Fitri merupakan perayaan kembalinya manusia terhadap kesucian yang itu hanya bisa diraih dengan memperoleh ampunan dari Allah swt, dan mendapatkan maaf dari sesama manusia,”

Asal Usul Halal Bihalal

Ada beragam versi asal usul ungkapan halal bihalal menurut sumber yang tribunsumsel baca.

Salah satunya adalah, asal usul Halalbihalal berasal dari KH Abdul Wahab Hasbullah pada tahun 1948.

KH Wahab merupakan seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama. KH Wahab memperkenalkan istilah Halalbihalal pada Bung Karno sebagai bentuk cara silaturahmi antar-pemimpin politik yang pada saat itu masih memiliki konflik.

Atas saran KH Wahab, pada Hari Raya Idul Fitri di tahun 1948, Bung Karno mengundang seluruh tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturahim yang diberi judul 'Halalbihalal.' Para tokoh politik akhirnya duduk satu meja.

Mereka mulai menyusun kekuatan dan persatuan bangsa ke depan. Sejak saat itu, berbagai instansi pemerintah di masa pemerintahan Bung Karno menyelenggarakan halalbihalal.

Halalbihalal kemudian diikuti masyarakat Indonesia secara luas, terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai pengikut para ulama. Hingga kini Halalbihalal menjadi tradis di Indonesia.


Makna Halal Bihalal

Masih dari tulisan Prof Ahad Rusdianan. Makna halal bihalal:

Pertama, dari aspek hukum fikih.

Halal bihalal menurut tinjauan hukum fikih menjadikan sikap yang tadinya haram atau yang tadinya berdosa menjadi halal atau tidak berdosa lagi. Ini tentu baru tercapai apabila persyaratan lain yang ditetapkan oleh hukum terpenuhi oleh pelaku halal bihalal, seperti secara lapang dada saling maaf-memaafkan.

Kedua, dari aspek bahasa atau linguistik.

Mememahami kata halal bihalal dari tinjauan kebahasaan ini, seorang akan memahami tujuan menyambung apa-apa yang tadinya putus menjadi tersambung kembali. Hal ini dimungkinkan jika para pelaku menginginkan halal bihalal sebagai instrumen silaturahim untuk saling maaf-memaafkan sehingga seseorang menemukan hakikat Idul Fitri.

Ketiga, dari aspek tinjauan Qur’ani.

Halal yang dituntut adalah halal yang thayyib, yang baik lagi menyenangkan. Dengan kata lain, Al-Qur’an menuntut agar setiap aktivitas yang dilakukan oleh setiap Muslim merupakan sesuatu yang baik dan menyenangkan bagi semua pihak. Inilah yang menjadi sebab mengapa Al-Qur’an tidak hanya menuntut seseorang untuk memaafkan orang lain, tetapi juga lebih dari itu yakni berbuat baik terhadap orang yang pernah melakukan kesalahan kepadanya.

Itulah arti Halal Bihalal, ternyata bukan berasal dari bahasa Arab, sejarah asal-usul dan cara memaknainya. 

(tribunsumsel.com/lismanoviani)

Baca juga: Kapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/Lebaran 2024 Tanggal 10 atau 11 April?, Ini Link Live Sidang Isbat

Baca juga: Hadits tentang Keutamaan Silaturahmi, Arab, Latin dan Arti, Memperpanjang Umur Membuka Pintu Rezeki

Baca juga: 32 Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 2024 Untuk Calon Mertua, Sopan dan Penuh Kasih Sayang

Baca juga: Taqabbalallahu Minna Wa Minkum Taqabbal Ya Karim, Ucapan Idul Fitri Lengkap Arti dan Jawabannya

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved