Idul Fitri

Arti Halal Bihalal, Ternyata Bukan Berasal dari Bahasa Arab, Sejarah Asal-Usul dan Cara Memaknainya

KH Wahab memperkenalkan istilah Halalbihalal pada Bung Karno sebagai bentuk cara silaturahmi antar-pemimpin politik yang pada saat itu masih konflik.

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
GRAFIS TRIBUNSUMSEL/LISMA
Arti Halal Bihalal, ternyata bukan berasal dari bahasa Arab, sejarah asal-usul dan cara memaknainya.  

KH Wahab merupakan seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama. KH Wahab memperkenalkan istilah Halalbihalal pada Bung Karno sebagai bentuk cara silaturahmi antar-pemimpin politik yang pada saat itu masih memiliki konflik.

Atas saran KH Wahab, pada Hari Raya Idul Fitri di tahun 1948, Bung Karno mengundang seluruh tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturahim yang diberi judul 'Halalbihalal.' Para tokoh politik akhirnya duduk satu meja.

Mereka mulai menyusun kekuatan dan persatuan bangsa ke depan. Sejak saat itu, berbagai instansi pemerintah di masa pemerintahan Bung Karno menyelenggarakan halalbihalal.

Halalbihalal kemudian diikuti masyarakat Indonesia secara luas, terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai pengikut para ulama. Hingga kini Halalbihalal menjadi tradis di Indonesia.


Makna Halal Bihalal

Masih dari tulisan Prof Ahad Rusdianan. Makna halal bihalal:

Pertama, dari aspek hukum fikih.

Halal bihalal menurut tinjauan hukum fikih menjadikan sikap yang tadinya haram atau yang tadinya berdosa menjadi halal atau tidak berdosa lagi. Ini tentu baru tercapai apabila persyaratan lain yang ditetapkan oleh hukum terpenuhi oleh pelaku halal bihalal, seperti secara lapang dada saling maaf-memaafkan.

Kedua, dari aspek bahasa atau linguistik.

Mememahami kata halal bihalal dari tinjauan kebahasaan ini, seorang akan memahami tujuan menyambung apa-apa yang tadinya putus menjadi tersambung kembali. Hal ini dimungkinkan jika para pelaku menginginkan halal bihalal sebagai instrumen silaturahim untuk saling maaf-memaafkan sehingga seseorang menemukan hakikat Idul Fitri.

Ketiga, dari aspek tinjauan Qur’ani.

Halal yang dituntut adalah halal yang thayyib, yang baik lagi menyenangkan. Dengan kata lain, Al-Qur’an menuntut agar setiap aktivitas yang dilakukan oleh setiap Muslim merupakan sesuatu yang baik dan menyenangkan bagi semua pihak. Inilah yang menjadi sebab mengapa Al-Qur’an tidak hanya menuntut seseorang untuk memaafkan orang lain, tetapi juga lebih dari itu yakni berbuat baik terhadap orang yang pernah melakukan kesalahan kepadanya.

Itulah arti Halal Bihalal, ternyata bukan berasal dari bahasa Arab, sejarah asal-usul dan cara memaknainya. 

(tribunsumsel.com/lismanoviani)

Baca juga: Kapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H/Lebaran 2024 Tanggal 10 atau 11 April?, Ini Link Live Sidang Isbat

Baca juga: Hadits tentang Keutamaan Silaturahmi, Arab, Latin dan Arti, Memperpanjang Umur Membuka Pintu Rezeki

Baca juga: 32 Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 2024 Untuk Calon Mertua, Sopan dan Penuh Kasih Sayang

Baca juga: Taqabbalallahu Minna Wa Minkum Taqabbal Ya Karim, Ucapan Idul Fitri Lengkap Arti dan Jawabannya

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved