Bocah Operasi Usus Bantu Meninggal
MKEK IDI Palembang Sidangkan Kasus Bocah Meninggal Gagal Operasi Usus Buntu, Oknum Dokter B Hadir
MKEK IDI Cabang Palembang akan menyinangkan kasus bocah meninggal setelah gagal operasi usus buntu. Sidang akan menghadirkan oknum dokter B.
Penulis: Fransiska Kristela | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Palembang akan menyidangkan kasus bocah meninggal setelah gagal operasi usus buntu.
Dalam sidang tersebut oknum dokter B yang mengoperasi korban Desfa Anjani di RS Bari Palembang akan hadir.
Desfa Anjani bocah 7 tahun menjalani tiga kali operasi akibat sakit usus buntu.
Sebelum meninggal, Desfa menjalani operasi keempat kalinya setelah dirujuk ke RSMH Palembang.
Oknum dokter B yang melakukan operasi terhadap almarhumah Desfa Anjani (7) yang sakit usus buntu dan dilakukan operasi sebanyak 3 kali, akan ikut rapat bersama dengan pihak IDI.
Hal ini diungkapkan Ketua MKEK IDI Cabang Palembang, Dr dr Anang Tribowo Sp.M(K) saat dikonfirmasi.
"Rencananya hari Jumat kita rapat MKEK di ruang Komite Medik RSMH jamnya belum ditentukan," ujarnya.
Baca juga: Syarat Pembuatan SIM D Untuk Disabilitas di Polrestabes Palembang, Biaya Lebih Kecil Dari SIM Umum
Tak hanya itu diungkapkannya bahwa dokter B juga akan ikut dalam rapat tersebut. Namun pada saat tribunsumsel ingin meminta kontak yang bersangkutan, ia enggan memberikan.
Lebih lanjut ia katakan mereka sudah menerima pertanyaan-pertanyaan dari anggota kepolisian terkait kasus yang menyebabkan Desfa meninggal dunia.
"Dan barusan saya juga dapat WA dari kepolisian menanyakan kasus yg sama," tutupnya.
Diberitakan sebelumnya Ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran IDI Cabang Palembang, Dr dr. Anang Tribowo Sp.M(K) mengungkap berdasarkan kronologis kasus usus buntu dialami Desfa Anjani (7) belum masuk ke dalam dugaan malpraktik.
"Saya kemarin sudah bertemu dan sudah tahu alur kronologisnya itu sebetulnya tidak ada kesalahan pelanggaran etik dari dokter B," ujarnya saat dikonfirmasi, Selasa (21/3/2023).
Menurutnya hal yang membuat luka operasi usus buntu tersebut menjadi lebih parah lantaran adanya komplikasi Peritonitis yang merupakan peradangan yang terjadi pada peritoneum yaitu lapisan tipis yang terletak di antara dinding perut bagian dalam dan organ-organ perut.
Peradangan ini sering kali disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur.
Menurutnya dari adanya komplikasi ini bisa menimbulkan Sepsis yang merupakan respon mematikan dari sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi atau cedera.
Sepsis dimulai ketika kuman penyebab infeksi telanjur masuk ke dalam aliran darah.
Racun dari bakteri tersebut kemudian menyerang fungsi berbagaiorgan vital, seperti mengubah suhu tubuh, denyut jantung, serta tekanan darah.
"Nah si dokter ini buka lukanya dan dilakukan pembersihan, dan disarankan untuk operasi yang ketiga kalinya namun si pasien menunda-nunda hingga pada akhirnya pasien dirujuk ke Rumah Sakit Hermina," tambahnya.
Menurutnya berdasarkan historis, kronologis dan pengalamanya mengatakan bahwa hal itu merupakan progres dari penyakitnya itu sendiri.
"Setiap kuman yang membentuk nanah maka nanah itu akan dilapisi oleh suatu jaringan dan sifatnya nanah itu akan mencari jalan keluar. Jika nanah tersebut keluar di dalam akan menginfeksi organ-organ yang ada di dalam seperti usus," tambahnya.
Lebih lanjut dikatakannya sebenarnya dokter B ini sudah merujuk pasien tersebut dan hal itu merupakan suatu tanggung jawab profesional dari seorang dokter.

Sebelumnya, oknum dokter RS Bari inisial B tidak datang untuk memenuhi panggilan polisi, kasus operasi usus buntu sebabkan bocah meninggal.
Oknum dokter RS Bari inisial B dilaporkan oleh Herman ayah Desfa belum bisa datang.
"Kami sudah lakukan pemanggilan pertama terhadap terlapor dan dokter tersebut belum bisa datang dan meminta tambahan waktu untuk datang, dan kami akan lakukan pemanggilan untuk yang ke dua kalinya," kata Dirkrimsus Polda Sumsel Kombes Pol Agung Marlianto SIK.
Pihaknya juga berharap dalam pemanggilan ke dua ini pihak dari rumah sakit Bari dan juga dokter yang dilaporkan bisa hadir.
Tak hanya itu, pihak Ditreskrimsus juga akan lakukan koordinasi dan bekerjasama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang bisa menentukan apakah memang terjadi malpraktik melalui mekanisme pemeriksaan dari dewan melalui kode etik profesi kedokteran.
"Apabila ada pelanggaran SOP atau hal lainnya ini tentu menjadi dasar bagi pihak kepolisian untuk meningkatkan kasusnya dari penyelidikan ke penyidikan," tutupnya.
Sebelumnya, hari ini, Senin (20/3/2023), empat orang medis dan paramedis berasal dari Rumah Sakit Hermina untuk dimintai keterangan terkait kasus operasi usus buntu yang dijalani oleh Desfa Anjani (7) sebanyak tiga kali dan gagal, Senin (20/03/2023)
Ia mengatakan empat orang tersebut merupakan karyawan Rumah Sakit Hermina.
"Sebanyak tiga orang dokter dan satu orang perawat hari ini sudah kita periksa untuk dimintai keterangan," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya bahwa Desfa sempat diberikan perawatan intensif di rumah sakit Umum Muhammad Hoesin (RSMH) dan dilakukan operasi usus buntu untuk ke empat kalinya.
Sebelumnya Desfa menjalani operasi usus buntu sebanyak tiga kali di rumah sakit Bari namun gagal dan justru mengeluarkan cairan yang keluar dari luka operasi.
Namun malang, pada Minggu malam Desfa dinyatakan meninggal dunia.
Bahkan dikatakan oleh sang Ayah Herman juga sempat mengatakan bahwa sebelum anaknya meninggal kondisi anaknya Kritis.
Kondisi Kritis yang dijalani oleh anaknya ini ia ungkapkan telat sehari sebelum anaknya meninggal.
"Saat ini kondisi adik itu kritis, tadi saya minta izin sama dokter sebentar untuk lihat kondisi anak saya itu dan anak saya juga tidak ada responnya," ujar Herman, Sabtu (18/03/2023).

Desfa Anjani (7) bocah perempuan yang menderita sakit usus buntu dan gagal menjalani operasi sebanyak 3 kali di RSUD Bari Palembang kini meninggal dunia tadi malam, Minggu (19/3/2023).
Desfa meninggal sekitar pukul 22:00 WIB malam di Rumah Sakit Dr Muhammad Hoesin.
Kabar tersebut dibenarkan Herman, ayah Desfa.
"Anak kami malam tadi meninggal dunia di RSMH, " ujar Herman, Senin (20/3/2023).
Kini jenazah Desfa sudah dibawa ke rumah duka di Jalan Faqih Usman, Lorong Sintren, Kelurahan 2 Ulu, Palembang.
Keluarga akan memakamkan bocah itu haru ini usai Zuhur di pemakaman keluarga di Desa Talang Peramuan, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir.
Sebelumnya diketahui Desfa menjalani operasi pemotongan usus di RSMH yang menjadi penyebab keluar cairan kuning dari bekas operasinya yang lama di RSUD Bari.
Operasi tersebut berhasil, namun Desfa tak kunjung sadar ketika dokter memberikan obat tidur pasca operasi.
Herman mengatakan bahkan detak jantung sang anak bahkan menghilang selama beberapa menit.
Hal itu pun membuat Herman dan istrinya Yani panik.
"Lima hari semenjak selesai operasi adek tidak sadar. Detak Jantung nya tidak ada, namun dokter langsung menangani hal itu dengan memompa jantung secara manual menggunakan tangan. Detak jantungnya ada lagi, tapi adek masih tidak sadar, " katanya.
Siswa Cepat Belajar
Desfa Anjani (7) bocah perempuan di Palembang yang meninggal dunia karena infeksi pada organ hati pasca operasi usus buntu dikenal sebagai siswa yang pintar oleh wali Kelas-nya.
Wali kelas, guru dan teman-teman sekelas Desfa terlihat mengunjungi kediaman orangtua Desfa di Jalan Faqih Usman, Kelurahan 2 Ulu.
Wati, wali kelas Desfa di SDN 70 Palembang mengatakan anak muridnya itu termasuk sebagai siswa yang pintar dan cepat belajar.
Desfa masih duduk di bangku kelas 1 SD dan meraih peringkat 6.
"Desfa anaknya cepat nangkap kalau belajar baca pun dia tidak mengeja lagi, lancar membaca anaknya nulis juga lancar, " kata Wati dengan mata berkaca-kaca, Senin (20/3/2023).
Bukti Desfa adalah anak yang cukup cepat belajar, yakni peringkat kelas yang diterima oleh Desfa. Pada semester ganjil Desfa menerima peringkat 6.
"Dak banyak ulah anaknya, bisa belajar cepat. Semester ganjil dapat peringkat 6 di kelas, " katanya.
Wati dan teman-teman kelas Desfa merasa kehilangan dengan meninggalnya Desfa.https://chat.whatsapp.com/JV97LxZTGvvJwk93WTWnJP
"Semuanya merasa kehilangan, kami dapat kabar jam 11 malam tadi. Jadi pagi tadi belajar di kelas sebentar, kemudian saya ajak murid-murid ke rumah Desfa, " ujarnya.
Baca berita lainnya langsung dari google news
Silakan gabung di Grup WA TribunSumsel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.