Berita Lubuklinggau
Tampang Wanita Buronan Kasus Penipuan Rp 7,5 Miliar di Lubuklinggau, Korbannya 400 Orang Lebih
Polisi merilis tampang wanita buronan kasus penipuan mencapai Rp 7,5 miliar di Lubuklinggau yang korbannya 400 orang lebih.
Penulis: Eko Hepronis | Editor: Vanda Rosetiati
Sebelumnya, puluhan ibu-ibu mendatangi Polres Lubuklinggau untuk melaporkan Perumahan PT Buroq Nur Syariah (BNS) karena telah melakukan penipuan.
Venni Wulandari salah salah satu korban mengaku, tertarik mengambil perumahan syariah tersebut karena embel-embel yang ditawarkan tanpa riba dengan marketing bombastis.
"Awal tertarik karena berdasarkan slogan dan baner iklan pembangunannya tanpa riba dan bank, akhirnya saya tertarik, karena kalau pakai bank sangat ribet," ungkapnya pada wartawan di Polres Lubuklinggau, Rabu (3/2/2021).
Ditambah saat itu wali kota Lubuklinggau bersama forkopimda pernah berkunjung melihat progres pembangunannya, sehingga membuat mereka (konsumen) yakin bahwa perumahaan itu bukan berkedok penipuan.
"Wali kota juga pernah berkunjung kesana, yang paling membuat kami tertarik karena tidak melalui bank itu, karena pakai bank itu ribet, bahkan menurut Prita (pengembang perumahan) peroses izin IMB lagi di urus," ujarnya.
Akhirnya setelah satu bulan melakukan survei dan diyakinkan oleh pengembang Prita, Venni pun sepakat mengambil rumah tipe 48 dengan down payment (DP) sebesar Rp. 19 juta dengan sistem cicil sebanyak tiga kali.
"Awal sebesar Rp. 5 juta, lalu DP lagi Rp.5 Juta kemudian terakhir Rp 9 juta jadi total Rp. 19 juta ngambil tipe 48," ungkapnya.
Venni mengungkapkan, sejak melunasi DP awalnya tidak menaruh kecurigaan sama sekali, karena saat itu progres pembangunan sedang berjalan. Namun ternyata yang dibangun bukan blok yang Venni melainkan blok lain.
"Ternyata yang di bangun- bangun itu Pale, sedangkan kami itu blok Bilal dan saya C 12, ternyata setelah saya tanya baru tahap penggusuran, luas tanahnya saat itu mencapai 1 hektare," ujarnya.
Kemudian memasuki bulan Agustus tahun 2020 rumah yang Venni pilih pun mulai dibangun dan mulai memasang bata. Saat proses itu Venni sempat bertanya kepada Tia (marketing perumahan) kira-kira kapan selesai rumahnya dibangun.
"Katanya bulan 12 akhir tahun. setelah bulan 12, batanya naik (bangun). Tapi baru setengah, terus saya tanya, alasan Tia (Marketing) saat itu karena tutup buku akhirnya dipending bulan Januari," ungkapnya.
Ketika memasuki bulan 12 Venni bertanya kembali dengan Tia kira-kira lebaran 2021 mendatang apakah rumah yang Venni pesan selesai atau belum.
Namun saat itu Tia menjawab belum tahu. "Kemudian saya ngecek bulan kemaren ternyata saya kaget, belum ada pembangunan lanjutan sama sekali, rumahnya sudah tetegak dan pondasinya sudah ada tapi atap dengan lantainya belum," ujarnya.
Selanjutnya, karena melihat tidak ada progres ia mulai berpikir macam-macam dan merasa ada sesuatu yang tidak beres. Venni pun berencana melakukan cancel dan konsultasi dengan Nisa (marketingnya).
"Nisa mengatakan cancel bisa, akhirnya kami janjian hari Sabtu ternyata bohong, dia (Nisa) mengatakan kalau cancel harus bawa suami dan harus tanda tangan suami, ternyata sampai disana kantornya tutup," ungkapnya.
