Berita Nasional

MIRIS Kondisi Bocah Kelas 2 SD di Malang Korban Bully 7 Kakak Kelas, Korban Diseret Kepala Ditendang

Viral di sosial media seorang siswa kelas 2 SD di Kota Malang, Jawa Timur yang kritis di rumah sakit lantaran dianiaya oleh 7 kakak kelasnya.

Kolase Tribun Jakarta
MWF (7) siswa kelas 2 di Malang mengalami kritis di rumah sakit setelah menjadi korban bully oleh 7 kakak kelasnya. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Viral di sosial media seorang siswa kelas 2 SD di Kota Malang, Jawa Timur yang kritis di rumah sakit lantaran dianiaya oleh 7 kakak kelasnya.

Bocah tersebut berinisial MWF (7) yang hingga kini masih menjalani perawatan intensif atas tindak penganiayaan yang dialaminya.

Dalam video yang beredar, MWF nampak menggunakan alat bantu pernapasan dan terbaring di ranjang rumah sakit. 

Baca juga: Banyak yang Tak Sadar, Jaksa Lantang di Sidang Putri Candrawathi Tiba-tiba Diganti, Ada Apa ? 

Baca juga: Alasan Kejagung Tarik Jaksa Lantang di Sidang Putri Candrawathi : Ada Pekerjaan yang Lebih Penting

Meski begitu, napas MWF terlihat tersengal-sengal dengan mata terbuka dan tak merespon ucapan sang ibunda.

Dikutip TribunJakarta dari TribunJatim, MWF dibully atau dianiaya tujuh kakak kelasnya pada Jumat (11/11/2022) silam.

Kala itu MWF baru saja pulang sekolah.

MWF tiba-tiba didatangi kakak kelasnya, ia lalu diseret ke Bendungan Sengguruh yang lokasinya tak jauh dari sekolah.

"Pengakuan anak saya, dia dari parkiran diseret tiga atau empat anak, kurang jelas, diseret ke Bendungan," ucap Edi, ayah MWF.

Di bendungan MWF dianiaya dengan sadis.

Pelaku yang duduk di kelas 6 SD tersebut, menendang kepala, dan dada MWF dengan membabi buta.

"Dianiaya di situ. Ditendang kepalanya, dadanya, sempat sesak nafas," terang Edi.

MWF yang lemas tak berdaya, lalu ditinggal begitu saja oleh para pelaku.

Seorang kakek pencari rumput yang melihat MWF, mengantarkan bocah tersebut pulang ke rumahnya.

Setelah kejadian tersebut, pada Sabtu (12/11/2022) MFW tidak masuk sekolah karena muntah tidak berhenti-berhenti dan mengalami sakit kepala.

Selama beberapa hari kondisi korban semakin memburuk, mengalami kejang-kejang hingga sempat tak sadarkan diri (koma).

Korban pun dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani perawatan sampai saat ini.

Ternyata Tak Cuma Sekali

Perundungan terhadap korban ternyata sudah berulangkali terjadi.

Edimengatakan dari pengakuan anaknya, memang perundungan sudah terjadi berulang kali sejak MFW masih duduk di kelas 1 SD.

Pelaku awalnya meminta uang saku dan menghajar korban jika tak diberi. 

Baca juga: Sosok Erna Normawati, Jaksa Lantang Tak Lagi Pimpin Sidang Putri Candrawathi Usai Ditarik Kejagung

"Iya (bully) mulai kelas 1. Intinya pemalakan, uang sakunya Rp 6 ribu itu diminta. Kalau nggak setor dihajar. Dia ini kelas 2 lawannya kelas 6 kan nggak imbang," ujar Edi.

Meski begitu, lanjut Edi, anaknya tidak pernah melaporkan perundungan yang dialami selama ini orangtuanya.

Hingga kini orangtuanya mengaku tidak tahu alasan anaknya bungkam.

"Nggak pernah cerita, mungkin karena gengsi. Saya sendiri juga nggak tahu pastinya (Kenapa tidak pernah menceritakan kejadian perundungan tersebut)," kata dia.

Kasus perundungan ini telah dilaporkan polisi dan sedang dalam proses penyelidikan.

"Harapannya untuk proses (hukum) ya dilakukan sesuai hukum yang berlaku, biar jerah dan tidak timbul masalah seperti ini lagi," tandas Edi.

Kondisi Terkini Korban

MWF sampai saat ini masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Islam (RSI) Gondanglegi Kamis (24/11/2022).

MWF kini kondisinya sudah cukup membaik.   

Polisi masih mendalami kasus bully siswa kelas 2 SD di Malang yang jadi korban bully 7 kakak kelasnya di sekolah.
Polisi masih mendalami kasus bully siswa kelas 2 SD di Malang yang jadi korban bully 7 kakak kelasnya di sekolah. (TribunJatim.com/ Lu'lu'ul Isnainiyah)

"Kondisinya saat ini sudah cukup membaik dibanding sebelumnya saat masih koma," ujar Edi.

Edi menyebutkan, anaknya tersebut telah sadar dan pihak dokter usai melakukan CT Scan terhadap MWF.

"Kemarin dokter usai CT Scan, dan mengatakan jika di otak anak saya terdapat gumpalan. Belum jelas seperti apa, nanti mau menemui dokter lagi," tegasnya.

Ayah dari tiga anak ini juga menyebutkan, jika MFW mengatakan sudah tidak ingin sekolah di SD Kepanjen tersebut dikarenakan trauma.

MWF mengatakan kepada ayahnya yang berkeinginan untuk keluar dari sekolah tersebut.

"Anaknya bilang mau pindah saja, sudah tidak mau sekolah di situ lagi," tandasnya.

Edi menyebutkan, Kapolres Malang telah menjenguk anaknya dan berharap proses hukum tetap berlanjut.

Dimana pelaku dari 7 anak SD Kepanjen ini ia harapkan untuk mendapatkan sanksi di keluarkan dari sekolah.

"Maunya dikeluarkan dari sekolah saja, karena takutnya membuat yang mau sekolah di situ jadi takut setelah mendengar berita ini," imbuh ayah korban.

Respon Polisi

Kapolres Malang AKBP Putu Kholis Aryana telah melihat kondis MWF.

Menurut Kholis, korban kondisinya sudah membaik dan sudah bisa diajak untuk berinteraksi.

Mengenai proses hukum, Kholis mengatakan sudah melakukan pemeriksaan kepada 7 Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH).

"Nanti prosesnya akan kami lalukan sesuai mekanisme dan proses penanganan kepada tujuh ABH,"

"Ada upaya-upaya pendampingan ,mediasi dan melibatkan Bapas, kemudian orang tua, dan kepala sekolah,"

"Kami juga meminta pendampingan dari dinas pendidikan, dan pihak lain agar proses yg kami jalankan sesuai prosedur," ucapnya. 

Selain memeriksa ketujuh ABH, pihak kepolisian juga telah memeriksa 12 saksi terhadap kasus bullying ini.

Ke-12 saksi itu berasal dari orang-orang yang mengetahui kejadian secara langsung, dan pihak manajemen sekolah.(isn)

Artikel ini telah tayang di Tribun Jakarta

Baca berita menarik lainnya di Google News

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved