G30S PKI 2022

5 Puisi Tentang G30S PKI 30 September 2022, Puisi Populer 'Mata Luka Sengkon Karta' Karya Peri Sandi

Berikut adalah puisi tentang G30S PKI 30 September 2022 Mengenang peristiwa kelam di Indonesia

Penulis: Abu Hurairah | Editor: Abu Hurairah
Tribunsumsel
Puisi Tentang G30S PKI 30 September 2022, Puisi Populer 'Mata Luka Sengkon Karta' Karya Peri Sandi 

TRIBUNSUMSEL.COM - Berikut adalah puisi tentang G30S PKI 30 September 2022 Mengenang peristiwa kelam di Indonesia

Gerakan 30 September atau G30S PKI merupakan peristiwa atau catatan kelam yang menggugurkan nyawa para Pahlawan Revolusi tanah air.

Untuk mengenang dan mengingat jasa para pahlawan yang gugur, tak ada salahnya menggunakan puisi untuk ajakan persatuan bangsa.

Adapun puisi yang pernah populer dan viral di berbagai media sosial yaitu berjudul Mata Luka Sengkon Karta karya dari Peri Sandi Huizche

Adapun puisi ini tentu bisa kamu bagikan melalui media sosial pada 30 September 2022 yang menjadi tanggal perayaan mengenang peristiwa G30S PKI.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut kumpulan teks puisi memperingati peristiwa G30S PKI dan Hari Kesaktian Pancasila untuk dijadikan caption di media sosial.

Monumen Pahlawan Revolusi di Jakarta.
Monumen Pahlawan Revolusi di Jakarta. (Kemendikbud)

Baca juga: Profil Larasati Wira Mantan Kekasih Thariq Halilintar Diancam Diduga dari Fans Fuji, Atlet Berkuda

Baca juga: Profil Permesta Dhyaz Anak Farida Nurhan Umumkan Kehamilan, Cerita Menikah di KUA

"Mata Luka Sengkon Karta" (Peri Sandi Huizche)

Aku seorang petani bojongsari.
menghidupi mimpi dari padi yang ditanam sendiri.
Kesederhanaan panutan hidup.
Dapat untung dilipat dan ditabung.
1974 tanah air yang kucinta berumur dua puluh sembilan tahun.
waktu yang muda bagi berdirinya sebuah negara.

Lambang garuda dasarnya pancasila.
Undang-undang empat lima merajut banyak peristiwa.
peralihan kepemimpinan yang mendesak.
Bung karno diganti pak harto dengan dalih keamanan negara.

Pembantaian enam jenderal satu perwira.
Enam jam dalam satu malam.
Mati di lubang tak berguna.
Tak ada dalam perang mahabarata bahkan di sejarah dunia.
Hanya di sejarah indonesia

Puisi:Bangga dengan Pahlawan

Aku bangga dengan para pahlawan
Gagah berani dalam berjuang
Revolusi tergaung hingga ke awan
Berani mati; tidak sebagai pecundang

Aku bangga dengan para pahlawan
Berguling mereka berjuang di kubangan
Lubang buaya jadi saksi pertumpahan
Sungguh tiga puluh September berlumur kepedihan

Aku bangga dengan para pahlawan
Yang tidak gentar atas segala ancaman
Meski komunis menuntut penggulingan
Persatuan dan kesatuan tetap dipertahankan

Aku bangga dengan para pahlawan
Sebagaimana aku bangga kepada diriku sendiri
Bangga dengan tulusnya mereka atas pengorbanan
Dan bangga telah menjadi bagian dari negeri

Kebanggaan ini tidak cukup dengan kata-kata
Aku harus terus belajar dan senantiasa berdoa
Berjuang untuk kebahagiaan keluarga
Juga tulus mengabdi untuk kejayaan negara

Karya: Ozy V. Alandika

Puisi Bulan Merah

Matanya memerah
apakah ini angkara
ia dibakar matahari siang tadi
teriknya jelasnya membuatnya perih
Di selimut bergulung kepekatan malam
ia menimbun dendam
siang nanti
saat kau terlena wahai mentari
kan kuajak mendung mengkerudungi
hingga tuhanmu bersembunyi
ya, sekelumit kisah tersiksa
saat itu warnanya hanya darah
30 S PKI menyilat negeri
jelas genangnya masih kurasa hingga kini

Tapi, seperti bola salju
salah dan benar ada di abu-abu
politik senjata tanpa sekutu
jenderal-jenderal tenggelam di sumur kemudian
kaku

Lantas secuil hati resah
apakah ini karenamu pki
atau deret sejarah di kebiri
belokan dan turunannya tajam sekali
salah membaca
masuk jurang terhempas opini

Hanya doa dan pasrah kezdat tertinggi
ya robbi akhirkan segala trauma ini
berhentilah tuk saling menyalahkan
bulan merah nampak masih menari indah
dalam sinarannya
walau di tengah malam

Aku berkaca padamu
bulan merah yang tak pernah jemu
aku rindu pelukan mesra saudaraku

BKA
Batavia, 01 Oktober 2015

Puisi Revolusi

Tetesan air mataku sebening zam-zam
Mengalir bagai air terjun sigura-gura
Di kala jasad bersemayam di lubang buaya
Tak akan terhindarkan, para pahlawan gugur di medan perang
membela tanah air atas kekejaman para pengkhianat bangsa, Kᥱparat...

Darah-darah mengalir
tercecer di tanah kering

Seiring jiwa tak akan sirna sepajang perjuangan para pahlawan ...revolusi demi bangsa
Meskipun tulang belulang merapuh di tanah tak bersuluh
Aku tetap berjuang...

Sepanjang napas mendengung di udara Tuhan
Jika Tuhan sudah mulai bosan atas kekejaman dunia menguasai ...tahta kerajaan

Negaraku tak akan bergulir sampai akhir zaman
Akan kupertahankan, kuperjuangkan...
Gerakanmu akan kuhapuskan di bumi Indonesia pertiwi kucinta
Keguguran jasad membahana pada setiap jiwa
Menyiksa lara...

Membawa bara api dalam kemakmuran
mengapa di kau kejam?
Tak akan bersyukur dengan perjuangan 1945
Sungguh tercela...
Wahai anak bangsa...
Sadarlah sebelum napas terhempas di tanah diam tak berpilar
Dosa-dosa tak akan mengalir dalam tetesan darah para pahlawan
Seiring singa-singa meraung menerkam para pengkhianat bangsa
Tak akan kubiarkan dan tak akan kumaafkan,
Pengkhianat bangsa dan negara...

Keluar dari bumi ini...
Jangan sentuh tanah airku
Pergilah dari bumi pertiwi kucinta
Moga Tuhan melihat penyaksi sampai akhir zaman
oleh: Siamir Marulafau

PUISI G-30S PKI

Angin mengaumkan bisikan dengan lantang
Sangkakalana menyambar dengan rentetan cahaya
Ancaman bagi mereka yang kokoh berdiri
Mencatat setiap momen berlangsung

Setiap pasang mata yang kupandang
melirik takut dalam balutan kain lusuh

Sarat simbol serta keperkasaan dibuktikan
Bergolak dalam jeritan nafsu hingar bingar
Menodai nusantara dengan kasut kemelut

Berdiri di atas tubuh mereka sendiri
Gegap gempita ramai para massa
Perubahan dimulai..

Waktu yang memilih siapa selanjutnya
Nampak tilas sebuah tragedi
Sisa kebiadaban kaum revolusi
Menggugah mendobrak sejarah bangsa ini.

Oleh: Lupita

Baca berita lain di Google News Tribun Sumsel

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved