Berita Nasional
Anggota DPR Kritik Pemerintah Agar Bisa Kendalikan Harga Ayam dan Telur
Kenaikan harga BBM otomatis membuat biaya transportasi baik pada rantai pemasaran telur maupun pakan ayam juga naik.
TRIBUNSUMSEL.COM - Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKS, Amin Ak mengimbau agar pemerintah tidak menaikan BBM.
Kenaikan harga BBM otomatis membuat biaya transportasi baik pada rantai pemasaran telur maupun pakan ayam juga naik.
Amin Ak juga memberi solusi ke pemerintah untuk memperbaiki tata niaga telur, misalnya dengan memperpendek rantai pemasaran telur.
Hal itu dilakukan untuk mengendalikan harga telur yang terus melambung.
Selain itu, tata niaga pakan seperti jagung juga harus dibenahi agar rantai pemasaran lebih pendek sehingga harga lebih murah.
“Ini momentum membenahi tata niaga pakan dan telur,” kata Amin, Minggu (28/8/2022).
Pemerintah harus memberikan insentif bagi pelaku usaha peternakan kecil dan menengah yang tahun lalu sempat dihantam pandemi sehingga bisa bangkit dan kembali memulai usahanya, misalnya dengan menggenjot kredit usaha rakyat (KUR) untuk peternakan.
Amin juga mengingatkan pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM di saat seperti ini karena itu bisa memicu inflasi naik lebih tinggi.
Lebih lanjut dia meminta, pemerintah juga harus lebih serius membangun kemandirian industri pakan dengan memperkuat produksi bahan baku pakan seperti jagung, kedelai (bungkil kedelai), menggantikan gandum dengan sorgum, dan mendorong peningkatan produksi tepung ikan dan tepung tulang.
“Sebagai negeri maritim, masak iya kita tidak sanggup mandiri untuk produksi tepung ikan,” katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan, sejumlah penyebab kenaikan harga telur diantaranya, adalah meningkatnya permintaan (demand) atau konsumsi telur di masyarakat.
Konsumsi telur sudah meningkat ke level permintaan seperti sebelum pandemi Covid-19.
Persoalannya, di sisi lain, pasokan atau produksi telur, terutama di sentra-sentra produksi belum pulih setelah dihantam pandemi.
Pada September 2021 lalu, harga telur ayam sempat anjlok hingga menyentuh Rp 14.000 per kg, bahkan di Blitar yang merupakan sentra produsen telur mencapai Rp 13.000 per kg.
"Kondisi tersebut menyebabkan banyak peternak mandiri yang menutup usahanya karena mengalami kerugian besar. Saat ini belum semua peternak mandiri bangkit dan kembali memproduksi telur ayam. Akibatnya terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan saat ini." jelas dia.