Berita Internasional

Waspada Bila Kelamin Mendadak Luka, WHO Resmi Tetapkan Cacar Monyet Sebagai Darurat Kesehatan Global

Saat ini, ada lebih dari 16.000 kasus cacar monyet yang dilaporkan dari 75 negara dengan lima kasus kematian di wilayah Afrika.

Editor: Slamet Teguh
(SPL via BBC INDONESIA)
Waspada Bila Kelamin Mendadak Luka, WHO Resmi Tetapkan Cacar Monyet Sebagai Darurat Kesehatan Global 

TRIBUNSUMSEL.COM - Belum selesai dengan pandemi Covid-19 yang terjadi di dunia.

Kini, giliran carar monyet yang kembali merebak.

Bahkan yang terbaru, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menetapkan cacar monyet sebagai public health emergency of international concern (PHEIC) atau darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.

Saat ini, ada lebih dari 16.000 kasus cacar monyet yang dilaporkan dari 75 negara dengan lima kasus kematian di wilayah Afrika.

PHEIC diketahui adalah level kewaspadaan tertinggi di bidang kesehatan yang ditetapkan WHO.

Itu menandakan, wabah penyakit tersebut dianggap memiliki ancaman signifikan terhadap kesehatan global.

Sementara itu menurut WHO, cacar monyet adalah wabah yang telah menyebar ke seluruh dunia dengan cepat, yang mana informasi penularannya masih sangat terbatas.

Penyakit ini memenuhi kriteria darurat berdasarkan Peraturan Kesehatan Internasional atau International Health Regulations.

“Untuk semua alasan ini, saya telah memutuskan bahwa wabah cacar monyet merupakan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian global,” ungkap Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Gebreyesus dalam konferensi pers dikutip dari laman UN News, Sabtu (23/7/2022).

WHO saat ini memiliki tiga wabah yang statusnya darurat kesehatan global antara lain Covid-19, polio, dan monkeypox atau cacar monyet.

Tedros menjelaskan, keputusan penetapan status PHEIC ini didapatkan dari rapat darurat yang digelar bersama komite WHO.

Adapun risiko cacar monyet sekarang adalah sedang secara global di semua wilayah, kecuali di kawasan Eropa karena risikonya tinggi.

“Ada juga risiko yang jelas dari penyebaran internasional lebih lanjut, meskipun risiko gangguan internasional tetap rendah untuk saat ini,"imbuhnya.

Baca juga: Pakar Sebut Cacar Monyet Bisa Masuk ke Indonesia, Ini Alasannya

Baca juga: Penjelasan WHO Soal Penyakit Cacar Monyet Hanya Serang Pria Gay Atau Biseksual, Ungkap Pencegahannya

Gejala cacar monyet

Tambahan informasi, cacar monyet adalah penyakit yang disebabkan oleh virus monkeypox. Ini adalah infeksi zoonosis virus, yang berarti dapat menyebar dari hewan ke manusia, dan dapat menyebar dari satu orang ke orang lainnya.

Penyakit cacar monyet bisa menyebabkan berbagai tanda dan gejala.

WHO menjelaskan, beberapa pasien dilaporkan memiliki gejala ringan sementara yang lainnya mengalami gejala lebih serius bahkan memerlukan perawatan di rumah sakit.

Mengutip laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Jumat (24/6/2022) masa inkubasi cacar monyet adalah lima sampai 13 hari atau lima sampai 21 hari. Terdapat dua periode inkubasi cacar monyet, yakni:

Pertama, masa invasi yang terjadi nol sampai 5 hari terjadi demam tinggi, sakit kepala yang berat, dan ada benjolan atau pembesaran kelenjar limfa di leher, kemudian di ketiak, atau selangkangan.
Kedua, masa erupsi, terjadi satu sampai tiga hari pasca demam, muncul ruam pada kulit, ruam pada wajah, telapak tangan, kaki, mukosa, alat kelamin, dan selaput lendir mata.

“Cacar monyet ini bisa sembuh sendiri setelah 2-4 minggu pasca masa inkubasinya selesai. Penyakit ini akan sembuh sendiri tidak terlalu berat.

Dari negara-negara yang melaporkan kasus monkeypox hanya sekitar 10 persen pasien dirawat di rumah sakit,” terang Juru Bicara Kemenkes, dr Mohammad Syahril, Sp.P, MPH.

Mereka yang berisiko lebih tinggi untuk penyakit parah atau komplikasi termasuk orang-orang yang sedang hamil, anak-anak, dan orang-orang yang dengan sistem kekebalan lemah.

"Siapa pun yang memiliki gejala cacar monyet atau yang telah melakukan kontak dengan seseorang yang menderita cacar monyet harus menghubungi atau mengunjungi pusat pelayanan kesehatan dan meminta arahan mereka (tenaga kesehatan)," tulis WHO.

Penularan cacar monyet dapat terjadi melalui kontak langsung dengan cairan dari lesi pasien.

Selain itu, virus cacar monyet juga dapat menular melalui kontak dengan material terkontaminasi, seperti seprai dan pakaian pasien yang sudah terpapar.

Apakah wabah cacar monyet bisa dihentikan?

Dalam kesempatan yang sama, Tedros menyampaikan meskipun dia menyatakan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global, untuk saat ini banyak kasus dilaporkan di antara pria yang berhubungan seks dengan pria, terutama mereka yang memiliki banyak pasangan seksual.

“Artinya ini wabah yang bisa dihentikan dengan strategi yang tepat di kelompok yang tepat," jelasnya.

Tedros menegaskan penting bagi semua negara untuk bekerja sama dengan komunitas tersebut dalam memberikan informasi maupun pelayanan kesehatan guna mencegah penularan, menegakkan hak asasi manusia dan martabatnya.

“Stigma dan diskriminasi bisa sama berbahayanya dengan virus apa pun. Dengan alat yang kita miliki saat ini, kita dapat menghentikan penularan dan mengendalikan wabah ini," kata Tedros.

Maka dalam memerangi wabah cacar monyet, WHO merekomendasikan pemerintah negara-negara untuk melakukan hal berikut:

Menerapkan respons terkoordinasi untuk menghentikan penularan dan melindungi kelompok rentan
Melibatkan dan melindungi komunitas yang terkena dampak
Mengintensifkan pengawasan dan tindakan kesehatan masyarakat
Memperkuat manajemen klinis dan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan klinik
Mempercepat penelitian tentang penggunaan vaksin, terapi, dan alat lainnya. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com

Sumber: Tribun Solo
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved