Berita Maspro
Gubernur Sumsel Curhat Permasalahan Pangan di Sumsel
Masyarakat Profesional Sumatera Bagian Selatan (Maspro Sumbagsel) menggelar seminar nasional. Kegiatan ini digelar di Ballroom Novotel.
TRIBUNSUMSEL.COM,PALEMBANG- Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) menjadi provinsi yang pertama diadakannya seminar nasional "Membangun Aglomerasi Sumbagsel Tingkat Provinsi untuk Nusantara-untuk Indonesia" yang diadakan Masyarakat Profesional Sumatera Bagian Selatan (Maspro Sumbagsel).
Seminar Jilid 3 ini diadakan di Sumsel, dikarenakan di Sumsel ada program Sumsel Mandiri Pangan yang digalakkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan atas gagasan Gubernur Sumsel, Herman Deru.
"Anugerah besar bagi Sumsel, karena dikaruniai sumber daya alam (SDM) yang berlimpah," kata Deru saat di
Seminar Jilid 3 dengan tema Komitmen "Dulur Kito" dalam Mendukung Ketahanan Pangan melalui Optimalisasi Keberadaan Ekosistem BUMN bersinergi dengan Program Sumsel Mandiri Pangan Pemprov Sumatera Selatan guna Semakin Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumatera Selatan di Ballroom Novotel Palembang, Minggu (19/6/2022).
Namun Deru juga curhat, kalau bicara ekosistem tidak sedikit permasalahan yang ada.
Terkait lahan memang tidak ada masalah di Sumsel, tapi permasalannya ada pada bibit dan pupuk.
Terlebih bibit unggul harus dilakukan di penangkaran yang baik, sedangkan untuk pupuk alokasinya terbatas.
"Sudah ada penangkar di masyarakat, tapi permasalahannya dibutuhkan sertifikasi. Bagaimana kalau dibuat binaan yang kongkrit dan buat demplot untuk pendidikan saja," sarannya
Lalu terkait pupuk subsidi, gubernur, bupati dan walikota itu hanya mengusulkan. Kuota tetap nasional, dan menurutnya inilah ada cikal bakal penyimpangan karena ada juga yang tidak berhak menggunakan pupuk subsidi tapi tetap memakainya.
Baca juga: Herman Deru Gandeng Maspro Sumbagsel Suarakan Gerakan Sumsel Mandiri Pangan
Sebab apa perbedaan yang jauh antara harga pupuk subsidi dan non subsidi.
"Saya punya idenya soal pupuk, kenapa harga harus ada yang disubsidi dan tidak disubsidi? Bahkan untuk subsidi ini dibutuhkan triliunan. Sarannya naikan saja Harga Pokok Penjualan (HPP) dari hasil pertanian seperti jagung dan padai," kata Deru
Menurutnya, kalau HPP nya naik maka pupuknya bisa menggunakan jenis apa saja.
Namun ini perlu peran dari BUMN seperti Bulog. Ia ini namanya usulan, yang menentukan tetap pusat.
"Kalau bicara ekosistem juga berhubungan dengan jaringan seperti Telkom. Sebab informasi harga komoditas didapat dari internet ataupun telepon, namun sayangnya masih ada terkendala signal," cetusnya.
Menurut Deru, signal yang rata baru di Kota, tapi di desa? Itu belum imbang karena masih adanya blank spot.
Tadi kata Dirut Telkom, ada kemungkinan dibuat satelit yang agak rendah dari yang lama.
"Lalu karena adanya perang Ukraina juga berdampak. Padahal kita punya 1,3 juta hektare sawit, tapi rakyat Sumsel masih sulit mendapatkan minyak goreng. Malu kita, minyak goreng jadi masalah," katanya
Kemudian, untuk PLN di Sumsel termasuk lumbung energi.
Namun masih ada daerah yang belum teraliri listrik. Kalau yang belum ada dan tidak bisa dijangkau infrastrukturnya, sarannya bisa pakai pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) saja.
"Di sini kita bicara apa yang bisa dikerjasamakan dengan daerah, jadi tidak hanya bicara CSR saja tapi program. Apa ekosistem yang bisa dikaitkan dari BUMN, BUMD, dan masyarakat khususnya terkait pangan.
Semua terkait, bahkan Telkom dan listrik juga saling berkaitan," ungkapnya
Sementara itu Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, terimakasi Maspro Sumbagsel yang terus merajut dan mengadakan kegiatan seperti ini.
"Kepada BUMN kita harus menjadi ekosistem bersama-sama tidak berdiri sendiri, tetapi tentunya dengan pemerintah daerah, swasta dan siapapun yang ingin memastikan kedaulatan Indonesia," katanya
Erick Thohir mengimbau, sebagai bangsa yang besar jangan terus menerus selalu jadi penonton dari perekonomian dunia.
Dengan situasi dunia yang tidak pasti, terlebih pangan sebuah keharusan.
"273 juta penduduk Indonesia perlu makan. Tanah yang subur, laut yang besar, sumber daya alam yang luar biasa ini anugerah yang sayang kalau panas-panas tidak sejuk-sejukan," katanya.
Berdasarkan data-data yang ada, setelah situasi global naiknya luar biasa. Seperti pupuk naik 156 persen, karena bahan bakunya masih impor seperti P (fosfat) dan K dari KCL.
Pupuk bisa digunakan pupuk jenis lain tanpa P dan K memang tidak mudah tapi harus dicari.
Lalu biji-bijian naik 111 persen, minyak nabati naik 91 persen.
Tentu ini menyeramkan, lalu pertanyaannya kapan turun? Bahkan ada 14 Negera sudah mendaftar, dan ingin menyetop hasil pangan mereka.
"Kalau bicara tentang Sumsel Mandiri Pangan, kami di BUMN bicara kedaulatan pangan, sama artinya. Tetapi kita harus bicara yang benar-benar terdata bukan hanya wacana tanpa implementasi," cetusnya.
Menurut Erick Thohir yang merupakan dulur kito Wong Sumbagsel, asal Gunung Sugih Lampung Tengah,
yang harus dibicara ekosistem pangan yang terintegrasi. Sapa yang produksi dan siapa yang offtaker.
"Pengembangan teknologi pertanian harus terjadi, apalagi sekarang ini petani sulit mencari SDM yang muda.
Generasi muda kita tidak mau jadi pentani karena dilihat sudah miskin, tanahnya hilang terus dan masa depannya tidak ada," ungkapnya
Bahkan menurutnya, generasi muda saat ini suka main game, jadi YouTuber yang bisa dapat uang, ngapain panas-panasan.
Artinya teknologi pertanian harus ditingkatkan, karena SDM semakin berkurang.
"Sebelumnya kita sudah membahas dan duduk bersama Menteri Pertanian, saya dan lain-lain, kita sedang mereview pangan secara ekosistem. Apakah Bulog bisa menjalankan perannya sebagai stabilisator pangan?," katanya.
Menurutnya, pemerintah pusat sedang berusaha merubah sistem yang ada.
Ada ID Food yang juga berusaha memperbaiki ekonomi secara masal, dengan menampung hasil panen dan logistik.
Namun tidak bisa seperti Bulog.
"Kita ada program MAKMUR, memang kita fokus baru di padi, jagung dan tebu. Ini terobosan luar biasa, dengan luasan lahan lebih 200 rb. Kalau mau lebih dari itu perlu keterlibatan pihak lain," katanya
Menurut Erick Thohir, untk PTPN sudah mulai membuka bibit. Lalu untuk pupuk berusaha jangan menggunakan bahan baku impor.
Kini sudah ada mobil uji tanah, tujuannya untuk mengecek tanahnya dan mendapatkan rekomendasi pupuk yang sesuai dengan jenis tanah yang ada.
Ada juga aplikasi rekan (RMS) untuk digitalisasi penyaluran pupuk bagi petani.
"Harus kerjasama, saya sangat terbuka maka diundang direksi BUMN disini. Telkom punya satelit yang terbang rendah dengan teknologi canggih. Sudah diuji cobakan di Kalimantan dan InsaAllah selesai. Lalu 2023 di Indonesia timur dan 2024 di Jawa dan Sumatera. Jadi ini wifi yang bisa langsung digunakan," katanya
Sebagai informasi Seminar Jilid 3 ini juga dihadiri secara langsung oleh Dewan Pembina Maspro Fahmi Idris, Ketua Maspro Sumbagsel Mahatma Gandhi, Bupati/Walikota di Sumsel dan dimoderatori Helmy Yahya.
Selain itu hadir juga tujuh BUMN yaitu Direktur Utama (Dirut) PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang Tri Wahyudi Saleh, Dirut Bank Mandiri Darmawan Junaidi, Dirut PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Frans Marganda Tambunan, Dirut Asuransi Jasindo Andy Samuel, Dirut PTPN VII Ryanto Wisnuardhy, Dirut PT PLN Darmawan Prasodjo yang diwakilkan Direktur Perencanaan Korporat PT PLN Evy Haryadi dan Dirut PT Telkom Ririek Adriansyah.
Baca berita lainnya langsung dari google news