Pembacokan di Palembang

Cerita Orang Tua Korban Pembacokan, Anak Terluka Kini Pusing Biaya tak Ditanggung BPJS

Cerita orang tua korban pembacokan. Rajab (44) tak menyangka anaknya menjadi korban pembacokan disertai penyiraman air keras yang diduga salah sasaran

TRIBUN SUMSEL/SHINTA DWI ANGGRAINI
Rajab (44) orang tua Wahyu Saputra (20) korban pembacokan di Palembang diduga salah sasaran kini kebingungan biaya pengobatan yang tak ditanggung BPJS. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Cerita orang tua korban pembacokan. Rajab (44) tak menyangka anaknya akan menjadi korban pembacokan disertai penyiraman air keras yang diduga salah sasaran.

Apalagi dia juga terpaksa mengambil keputusan dengan cepat membawa pulang anaknya, Wahyu Saputra (20) yang baru satu hari mendapat perawatan medis di RSUP Mohammad Hoesin Palembang.

Bukan tanpa alasan, Rajab tak kuat menanggung biaya berobat sang anak yang sama sekali tidak ditanggung oleh BPJS.

"Biayanya saya tidak sanggup," ucap warga Jalan Binjai Kecamatan IB II Palembang ini saat ditemui di kediamannya, Kamis (28/4/2022).

Bekerja dengan membuat bawang goreng lalu menjualnya, Rajab mengaku penghasilan saat ini sudah turun drastis sejak persoalan minyak goreng beberapa waktu lalu.

Meski sudah tidak lagi terjadi kelangkaan, namun dia terkadang dia masih harus menghadapi ribetnya proses membeli minyak goreng curah.

Seperti harus menggunakan KTP serta jumlah pembelian yang dibatasi menjadi persoalan tersendiri yang dihadapinya.

Kondisi itu membuat Rajab dan istri harus ekstra keras dalam mengatur keuangan agar cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Belum sudah persoalan itu, nyatanya Rajab dan istri kini harus menghadapi musibah yang menimpa anaknya.

Selain tak tega melihat anaknya yang sudah diluki, mereka juga dipusingkan oleh biaya pengobatan.

"Kemarin untuk biaya sehari di rumah sakit sama tindakan operasi kecil saya habis uang sekitar Rp.1,8 juta," ungkapnya.

Dengan penghasilannya saat ini, Rajab merasa jumlah tersebut sudah cukup besar baginya.

Itulah mengapa Rajab tidak sanggup bila harus menanggung biaya lebih dari itu.

Kondisi tersebut membuat Rajab terpaksa mengambil langkah tegas dengan membawa pulang anaknya meski baru sehari di rumah sakit.

"Saya sudah tanya sama pihak RS, katanya memang tidak dicover BPJS," ucap dia.

Sebenarnya, kata Rajab, masih ada sejumlah tindakan operasi yang semestinya dilakukan terhadap sang anak.

Sebagai orang tua, tentu dia sangat ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya.

Dia juga tidak ingin bila anaknya kelak akan mengalami luka permanen.

Namun apadaya, operasi lanjut yang diperkirakan memakan biaya sekitar Rp.30 juta membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ya harapannya, anak saya bisa dioperasi lanjut. Dipasang pen di kakinya. Tapi gimana, saya tidak punya biaya," ucapnya.

Baca juga: Cerita Wahyu, Korban Pembacokan dan Penyiraman Air Keras di Jalan Sudirman Dekat Pasar Cinde

Diberitakan sebelumnya, Wahyu Saputra (20) menjadi korban pembacokan disertai penyiraman air keras oleh rombongan tak dikenal saat melintas di Jalan Jenderal Sudirman dekat Pasar Cinde Palembang, Rabu (27/4/2022) malam.

Akibat peristiwa itu, warga Jalan Binjai Kecamatan Ilir Barat II Palembang tersebut mengalami sejumlah luka parah ditubuhnya.

"Jari kelingking sama manis sebelah kiri putus. Terus lengan kiri parah. Sama tempurung paha kanan pecah, sebelah kanan juga kena senjata," ucapnya memaparkan luka yang dia alami, Kamis (28/4/2022).

Ditemui di kediamannya, Wahyu kini hanya bisa terbaring lemas di kasur tipis yang berada di ruang tamu.

Nampak beberapa bagian tubuhnya terutama tangan dan kaki masih diperban.

Tak hanya itu, terlihat pula bercak-bercak hitam dibanyak bagian wajah sebelah kirinya bahkan nyaris mengenai mata.

Bercak itu dia dapatkan dari siraman air keras yang dilakukan oleh pelaku.

"Pertama saya disabet dari belakang, jadinya saya terkapar. Terus pakai dia pakai senjatanya ke badan saya. Habis itu entah siapa, ada yang siram air keras juga," ucapnya.

Lanjut dikatakan, peristiwa itu terjadi ketika Wahyu sedang membonceng dua temannya mengendarai sepeda motor.

Mereka berbonceng tiga hendak membeli makanan sahur di kawasan Jendral Sudirman.

Namun ketika melintas di lokasi kejadian, tepatnya di dekat rumah makan sederhana dari arah simpang IP menuju pasar Cinde, tiba-tiba laju motor mereka dihentikan oleh sebuah mobil jenis Brio warna kuning.

Tak lama setelah itu, muncul rombongan puluhan orang mengendarai sepeda motor yang juga mendekati mereka.

"Orang yang dari mobil itu turun, dia tanya, kamu anak rusun bukan. Saya jawab, bukan. Ya memang saya bukan tinggal disana," ungkapnya.

Akan tetapi bantahan itu langsung direspon sabetan senjata tajam secara bertubi-tubi oleh pelaku.

Tak cukup sampai disitu, ada juga orang yang menyiram air keras ke wajah pemuda ini.

"Sudah, habis itu saya tidak tahu apa-apa lagi. Sakit semua rasanya," ungkapnya.

Diakui Wahyu, dirinya sama sekali tidak mengenal pelaku maupun rombongannya.

Beredar pula informasi bahwa Wahyu adalah korban salah sasaran.

Atas hal tersebut, Wahyu sangat tidak terima.

Sebab perbuatan pelaku beserta rombongannya sudah sangat keterlaluan karena bahkan membuatnya terancam cacat.

"Saya maunya orang-orang itu ditangkap terus dikasih hukuman berat. Keterlaluan mereka," ucapnya.

Baca berita lainnya langsung dari google news

 

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved