Berita Selebriti
Beda Azka, Deddy Corbuzier Tak Mungkin Kalahkan Vicky Prasetyo Karena Faktor Ini, Bahaya Dilakukan
Laga seharusnya berlangsung dalam 3 ronde haru terhenti di ronde ke 2 setelah Vicky Prasetyo menyerah.
TRIBUNSUMSEL.COM -- Adu jotos antara Vicky Prasetyo dengan Azka Corbuzier dihelat kamis lalu berujung kepada kemenangan putra Deddy Corbuzier.
Laga seharusnya berlangsung dalam 3 ronde haru terhenti di ronde ke 2 setelah Vicky Prasetyo menyerah.
Vicky Prasetyo menyerah lantaran mengalami cedera di lutut membuat tak bisa melanjutkan pertandingan.
Bak sesumbar, kini Vicky Prasetyo menantang Deddy Corbuzier ayah dari Azka.
Namun tantangan Vicky Prasetyo sulit terjadi lantaran Deddy Cozbuzier tak mungkin melakukan pertandingan tinju tersebut.
Jika pun bertanding, Deddy Corbuzier bisa kalah dan membahayakan kesehatanya.
Mengapa demikian? ternyata fakta kesehatan Deddy Corbuzier jadi alasannya.

Ya sang master ternyata mengidap masalah saraf kejepit.
Hal ini membuat tubuh Deddy Corbuzier tak bisa terlalu banyak gerak.
Deddy Corbuzier mengatakan bahwa penyakit yang diidapnya ini tidak bisa pulih melainkan seumur hidup.
"Kayaknya gak bisa pulih ini, soalnya semur hidup," terangnya.
"Kalo saya kalah ya sudah, karena anak saya menang kita bangga ya, cuman dia durhaka," sambungnya
Ayah Azka menceritakan penyakit yang dirasanya kesemutan dari mulai pergelangan tangan hingga ke kepala sehingga membuatnya susah untuk menoleh kekanan dan kekiri.
"Saya gak ada rasa ini, ini kesemutan sampai sini dan saya gak bisa negok kanan," ungkapnya
"Kalau saya nengok ke kanan narik sarafnya," sambungnya.

"Udah di MRI, udah semua dan kata dokternya dar Medistra kena saraf kejepit dari sini sampai sini," sambungnya
Tak hanya itu, Deddy Corbuzier yang alami saraf kejepit ini lantaran faktor usia sehingga tidak bisa pulih kembali.
"Kalau kata dokternya karena usia," terangnya.
Bahaya Cedera Tulang Belakang
Dilansir Spinal cord injury atau cedera tulang belakang bisa memengaruhi bagian saraf dan menyebabkan cacat permanen sampai kematian.
Penyebab spinal cord injury biasanya karena kecelakaan, jatuh, cedera, atau infeksi bakteri dan virus. Ketua Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Jakarta Dr. dr. Wawan Mulyawan, SpBS(K) menyampaikan, kasus cedera saraf tulang belakang relatif lebih jarang jika dibandingkan dengan cedera otak. Namun, dampaknya cukup serius.
Baca juga: Kenali Apa itu Spinal Cord Injury, Gejala, dan Penyebabnya “Kasus cedera saraf tulang belakang jumlahnya tidak sebanyak cedera pada otak,” jelas dia
Menurut perkiraan secara global, dari 1.000.000 penduduk terdapat 300-1.300 orang yang mengidap cedera saraf tulang belakang. Dengan asumsi tersebut, diperkirakan di Indonesia ada sekitar 200.000 orang yang menderita cedera saraf tulang belakang. Apa akibat spinal cord injury?
Sumsum tulang belakang adalah salah satu bagian penting dari jaringan sistem saraf pusat.
Terdapat sekitar 20 juta akson atau taji sel saraf yang tersusun di jalur sumsum tulang belakang dari bagian leher sampai ke panggul.
Sistem saraf ini berfungsi untuk mengirimkan perintah dari otak ke tubuh, seperti mengendalikan otot gerak, mengontrol kinerja jantung, usus, dan organ lain. Selain itu, sistem saraf tulang belakang juga menjalankan fungsi sensorik atau mengirimkan sinyal dari kulit, otot, atau organ tubuh ke otak.
Wawan menjelaskan, spinal cord injury bisa menyebabkan kerusakan langsung (primer) dan kerusakan tidak langsung (sekunder) pada saraf tulang belakang.
Kerusakan langsung saraf tulang belakang umumnya terjadi akibat trauma pada tulang belakang. “Tulang yang retak atau patah dapat menekan sampai merobek saraf sumsum tulang belakang. Berat ringannya kerusakan saraf tergantung tekanan pada saraf, berat ringannya hantaman, lamanya tekanan, dan pertolongan medis,” kata dia.
Cedera tulang belakang atau spinal cord injury yang lengkap bisa menyebabkan kelumpuhan permanen. Namun, jika saraf tidak banyak yang rusak dan penderita segera diberikan pertolongan medis tepat, ada kemungkinan kondisi penderita membaik.
Konsultan Bedah Saraf Tulang Belakang RSU Bunda ini juga menyebutkan, saraf tulang belakang bisa mengalami kerusakan sekunder akibat penderita terlambat mendapatkan ditangani tim medis atau penanganan medis tidak tepat.
Akibatnya, kerusakan saraf yang semestinya ringan menjadi lebih berat dan dampak kerusakannya bisa permanen.
“Dalam beberapa menit setelah kecelakaaan atau cedera, jika penderita tidak segera ditangani, pengiriman nutrisi dan oksigen ke sel saraf terhambat. Akibatnya, sel saraf akhirnya mati permanen,” jelas dia.
Selain itu, spinal cord injury yang tidak segera mendapatkan penanganan medis tepat dan cepat bisa menyebabkan sel saraf rusak sendiri. Kondisi ini disebabkan kerusakan saraf memantik produksi bahan kimia beracun yang disebut zat radikal bebas.
Wawan menyampaikan sel saraf pusat, termasuk yang terdapat di sumsum tulang belakang, ketika sudah mati tidak dapat digantikan sel baru yang sehat. Ketika sel saraf tulang belakang rusak, penderita bisa mengalami gangguan fungsi sensorik (mati rasa) dan gangguan fungsi motorik (gerak).
Berikut beberapa imbasnya:
Lengan, tangan, tungkai, atau kaki melemah sampai lumpuh Gangguan buang air kecil atau besar Suhu tubuh Tekanan darah Gangguan sirkulasi darah, sampai susah ereksi pada pria Gangguan pernapasan, apabila spinal cord injury terjadi di tulang leher atas Tak hanya terdampak langsung kerusakan saraf tulang belakang, penderita spinal cord injury juga bisa mengalami luka akibat tubuh terlalu lama berbaring (decubitus).
Bahaya spinal cord injury lainnya yakni penderita rawan terkena infeksi karena daya tahan tubuhnya melemah dan tekanan darah rawan melonjak. Kondisi ini apabila tidak dikontrol dapat mengancam jiwa.
(*)