Berita Internasional

Inggris Sebut Vladimir Putin Sedang Tutupi Kekalahan Usai Rusia Tarik Pasukannya dari Ukraina

Kini yang terbaru Rusia mengumumkan akan menarik pasukan militernya dari Ukraina, pada Selasa (29/3/2022).

Editor: Slamet Teguh
(AFP)
Tentara Ukraina mencari mayat di puing-puing di sekolah militer yang terkena roket Rusia sehari sebelumnya, di Mykolaiv, Ukraina selatan, pada 19 Maret 2022. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Situasi panas masih tengah terjadi di Rusia.

Hal tersebut tak lepas karena invasi Rusia ke Ukraina.

Kini yang terbaru Rusia mengumumkan akan menarik pasukan militernya dari Ukraina, pada Selasa (29/3/2022).

Pengumuman ini disampaikan bersamaan dengan terjadinya perundingan damai antara Rusia dan Ukraina di Istanbul, Turki.

Namun niat Rusia ini justru menuai sindiran dari negara-negara barat, satu di antaranya adalah Inggris.

Dikutip TribunWow.com, media inggris Thesun.co.uk menyampaikan, para ahli melihat Rusia telah kalah dalam konflik ini sehingga setuju untuk melakukan diskusi damai di Turki bersama Ukraina.

Sementara itu Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace menyindir rencana Rusia untuk menarik pasukan militer mereka.

"Rusia pasti berpikir bahwa kita baru lahir kemarin. Putin ingin menghancurkan Ukraina. Itu adalah yang dia katakan," jelas Wallace.

Wallace menjelaskan, saat ini Putin harus menghadapi realita pasukan militer Rusia kalah dari Ukraina.

Kemudian Wallace mmeminta agar publik menilai Rusia jangan dari perkataan melainkan dari kenyataan di lapangan.

Rusia menyampaikan, pengurangan aktivitas militer ini dilakukan demi kelancaran negosiasi antara Rusia dan Turki.

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, informasi ini disampaikan oleh Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin, pada Selasa (29/3/2022).

Fomin menyampaikan, dirinya juga turut berharap pihak Ukraina melakukan hal serupa.

"Mematuhi konvensi Jeneva, termasuk memperlakukan penjahat perang secara manusiawi," ujar Fomin.

Fomin menjelaskan, pertimbangan diambilnya keputusan ini di antaranya karena pemerintah Ukraina bersedia untuk tetap netral.

Pengurangan aktivitas militer juga diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan antara Rusia dan Ukraina.

"Membuat kondisi yang diperlukan untuk perkembangan negosiasi lebih lanjut dan meraih tujuan utama saling sepakat dan menandatangani perjanjian," papar Fomin.

Kecurigaan Inggris dan Negara Barat Lain

Sementara itu para pemimpin Barat diperingatkan agar tidak lengah meski Rusia telah mengumumkan akan mengurangi aktivitas militer di sekitar ibu kota Ukraina.

Pasalnya, pihak Barat masih sangsi dengan rencana Presiden Rusia Vladimir Putin yang kini tampaknya melunak.

Banyak spekulasi menilai hal tersebut hanya akal-akalan semata atau merupakan cara pengalih perhatian.

Dilansir TribunWow.com dari Sky News, Rabu (30/3/2022), Wakil Menteri Pertahanan Kremlin Alexander Fomin mengatakan adanya perubahan di medan perang.

Ia menjelaskan penarikan pasukan dari sekitar Kiev tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kepercayaan pada upaya perundingan damai.

Atasannya Sergey Shoigu sementara itu mengatakan pasukan Rusia sekarang akan berkonsentrasi pada pembebasan wilayah Donbass timur daripada menyerang kota-kota besar Ukraina.

Keputusan ini merupakan perubahan taktis besar dalam menghadapi perlawanan sengit tentara Ukraina.

Namun pengumuman itu disambut dengan skeptisisme dari Eropa dan AS.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson hari ini menyatakan Putin masih bisa berusaha untuk 'memutar pisau' saat perang memasuki fase baru.

Para pejabat Barat tetap curiga terhadap niat sebenarnya Rusia, dengan alasan bahwa serangan Rusia terus berlanjut meskipun Kremlin berjanji untuk mengurangi pasukan di pusat-pusat kota besar.

"Tidak ada yang telah kita lihat sejauh ini yang menunjukkan kepada kita bahwa Presiden Putin dan rekan-rekannya sangat serius tentang (mengurangi pasukan). Ini lebih merupakan latihan taktis bermain untuk waktu," kata seorang pejabat Barat.

"Bahkan jika mereka melakukan apa yang mereka katakan, itu bukan dalam maksud untuk menghentikan permusuhan. Saya pikir kita dapat terus melihat kematian dan kehancuran yang berkelanjutan (di Donbass)."

Hasil pembicaraan tatap muka di Istanbul, di mana Fomin sendiri hadir, meningkatkan harapan bahwa konflik di Ukraina dapat segera diakhiri.

Sementara staf umum militer Ukraina mengatakan sebelumnya telah mencatat penarikan pasukan di sekitar dua kota yang bersangkutan.

Tapi London dan Washington segera meragukan kata-kata Rusia sementara Ukraina mengatakan tujuh orang tewas oleh serangan Rusia di gedung pemerintah di kota Mykolaiv.

Penarikan mundur Rusia dianggap sebagai taktik niat baik, tetapi ada kecurigaan bahwa itu hanyalah cara untuk menyelamatkan muka Rusia.

Mengingat kerugian besar yang diderita atas kehilangan pasukan, tank, dan kendaraan penyerang lapis baja.

Seorang juru bicara Inggris menambahkan bahwa pihaknya tak akan serta merta percaya dengan janji Rusia.

"Kami akan menilai Putin dan rezimnya dengan tindakannya dan bukan dengan kata-katanya," ujarnya.

Meskipun ada hal positif seputar pembicaraan damai di Istanbul, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan tidak melihat bahwa negosiasi itu berlangsung dengan cara yang konstruktif.

Ia berspekulasi bahwa mundurnya Rusia kemungkinan merupakan upaya untuk menipu orang dan mengalihkan perhatian.

"Ada 'Apa yang Rusia katakan' dan ada 'Apa yang dilakukan Rusia', dan kami fokus pada yang terakhir," kata Blinken di Maroko.

"Dan apa yang dilakukan Rusia adalah kebrutalan yang terus berlanjut di Ukraina."

Baca juga: Rusia dan Ukraina Damai, Ukraina Melembek Siap Jadi Negara Netral Demi Hentikan Serangan Rusia

Baca juga: Beredar Video Tank Pasukan Rusia Mundur dari Perbatasan Ukraina, Rusia dan Ukraina Berdamai?

Hasil Perundingan di Istanbul

Pertemuan pihak Ukraina dan Rusia di Istanbul, Turki Selasa (29/3/2021), berlangsung dengan lancar.

Tak seperti sebelumnya, pembicaraan kali ini telah menghasilkan perkembangan signifikan.

Terutama terkait rencana pertemuan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Dilansir TribunWow.com dari media Rusia TASS, Selasa (29/3/2022), kepala delegasi Rusia, Ajudan Presiden Vladimir Medinsky menilai pembicaraan Rusia-Ukraina bersifat konstruktif

Dia mengatakan Moskow akan membuat dua langkah de-eskalasi.

Satu diantaranya menawarkan untuk mengadakan pertemuan antara Putin dan Zelensky.

Pertemuan itu digelar bersamaan dengan penandatanganan perjanjian damai oleh Kementerian Luar Negeri mereka.

Pada langkah lain, pasukan Rusia akan secara drastis mengurangi aktivitas mereka di sekitar Kiev dan Chernigov.

Adapun pembicaraan itu seharusnya berlangsung dua hari yakni pada tanggal 29 dan 30 Maret.

Namun, sumber-sumber di delegasi Rusia dan Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan sesi itu telah berakhir dan pertemuan pada hari Rabu dibatalkan.

Berikut rangkuman poin-poin penting dalam perundingan damai tersebut.

Dua Langkah De-eskalator

Medinsky mengaku telah menerima dari perwakilan Zelensky tentang kejelasan posisi Ukraina.

Proposal dari Kiev, akan dipelajari dalam waktu dekat dan dilaporkan kepada presiden, dan kemudian Moskow akan kembali dengan tanggapan.

Selain itu, Rusia akan mengalah dan melakukan dua langkah di bidang politik dan militer untuk mengurangi konflik.

Langkah pertama adalah Rusia menawarkan untuk memajukan kemungkinan pertemuan antara para pemimpin negara.

Awalnya Putin dan Zelensky seharusnya bertemu setelah Kementerian Luar Negeri mereka menandatangani perjanjian damai, sekarang kedua acara ini diusulkan untuk diadakan secara bersamaan.

Langkah kedua diumumkan oleh Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin.

"Seiring pembicaraan beralih ke persyaratan praktis, Kementerian Pertahanan Rusia telah memutuskan untuk secara drastis mengurangi aktivitas militer menuju Kiev dan Chernigov," kata Fomin.

Proposal Ukraina

Medinsky mengatakan proposal tertulis Ukraina berisi larangan produksi dan penyebaran senjata pemusnah massal, serta larangan penyebaran pangkalan militer asing di Ukraina.

Dia kemudian mengatakan bahwa Kiev juga menyiratkan penolakan untuk mengejar kembalinya Krimea dan Sevastopol ke Ukraina dengan kekuatan militer.

Alexander Chaly, anggota delegasi Kiev, mengatakan bahwa Ukraina setuju untuk mengadopsi status netral dan non-nuklir jika diberikan jaminan keamanan.

Isi dan bentuk kesepakatan tersebut dituntut harus serupa dengan Pasal 5 dari Perjanjian Atlantik Utara.

Jaminan tersebut harus mencakup bantuan militer dan penetapan daerah larangan terbang setelah tiga hari konsultasi untuk mencari solusi diplomatik.

Para penjamin, dapat mencakup anggota tetap Dewan Keamanan PBB (termasuk Rusia), serta Jerman, Israel, Italia, Kanada, Polandia, dan Turki.

Menurut kepala faksi parlemen dari partai Hamba Rakyat yang berkuasa di Ukraina, David Arakhamiya, jaminan mereka tidak akan mencakup Krimea dan Donbass.

Kiev juga menuntut agar negara-negara penjamin membantu Ukraina bergabung dengan Uni Eropa sesegera mungkin. (TribunWow.com/Anung/Via)

Artikel ini telah tayang di TribunPalu.com dengan judul Rusia Tarik Pasukannya dari Ukraina, Inggris Sebut Putin Sedang Lakukan Trik untuk Tutupi Kekalahan

Sumber: Tribun Palu
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved