Rusia Serang Ukraina

Bungkam Klaim Ukraina, Rusia Beberkan Jumlah Pasukan Tewas Dalam Invasi, Kemajuan Operasi Khusus

Sedangkan ada 1.597 prajurit Rusia yang menderita luka-luka dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda selama operasi tersebut.

Editor: Moch Krisna
Reuters/dailymail.co.uk
Perang Rusia vs Ukraina 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Total 498 Orang tentara rusia yang tewas dalam invasi ke Ukraina.

Data tersebut diungkap Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia.

Sedangkan ada 1.597 prajurit Rusia yang menderita luka-luka dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda selama operasi tersebut.

Tentunya hal ini membungkam pernyataan Ukraina mengklaim 4300 tentara rusia tewas.

Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (3/3/2022), kementerian tersebut juga menekankan bahwa laporan kerugian 'tak terhitung' diantara militer Rusia yang disebarkan media adalah palsu.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov mengatakan laporan bahwa Rusia telah menggunakan wajib militer dan taruna dari institusi militer dalam operasi itu juga merupakan hal yang salah.

Kemajuan Operasi Khusus

Konashenkov juga berbagi informasi terbaru tentang korban diantara prajurit Ukraina dan batalion nasionalis.

Ia mengklaim bahwa ada sekitar 2.870 yang tewas dan 3.700 yang terluka.

Kemhan Rusia dan Presiden Vladimir Putin sebelumnya berulang kali berbicara kepada militer Ukraina dan meminta mereka untuk mengabaikan perintah kriminal dari otoritas nasionalis.

Konashenkov menambahkan bahwa batalion nasionalis sedang mempersiapkan 'provokasi' dan menggunakan penduduk sipil kota-kota di Ukraina sebagai tameng manusia.

Selain itu, kementerian tersebut juga melaporkan perkembangan operasi khusus itu, dengan mengklaim bahwa pasukan Rusia telah menguasai kota Krasny Liman, Torskoye, Kremnenaya, Varvarovka dan Borovenki.

Sementara itu, kata Konashenkov, koridor kemanusiaan telah dibuat di barat daya Kharkov.

Ia menambahkan bahwa pasukan Republik Rakyat Donetsk (DPR) telah mengepung kota Mariupol yang dikendalikan oleh pasukan Ukraina.

Perlu diketahui, Mariupol berada di pantai utara Laut Azov.

Konashenkov mencatat bahwa militer Rusia sedang melakukan operasi untuk meredakan ancaman Ukraina yang ingin mendapatkan senjata nuklir dan memiliki pangkalan militer NATO di wilayahnya.

Sebelum dimulainya operasi khusus ini, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berulang kali mengancam akan menarik diri dari Perjanjian Budapest, di mana Ukraina yang baru dibentuk menyerahkan persenjataan nuklir yang diwarisinya dari Uni Soviet dengan imbalan jaminan keamanan.

Zelenskyy mengklaim bahwa jaminan itu telah dilanggar, sedankan Putin mencatat bahwa Ukraina tidak akan membutuhkan banyak waktu dalam menciptakan kembali teknologi untuk membuat senjata nuklir dan memperingatkan bahwa Rusia melihat potensi ini sebagai risiko eksistensial untuk dirinya sendiri.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam pidatonya yang disiarkan televisi nasional pada Kamis pagi waktu setempat bahwa sebagai tanggapan atas permintaan para Kepala Republik Donbass, ia telah membuat keputusan untuk melakukan operasi militer khusus.

Langkah ini diklaim untuk melindungi orang-orang 'yang telah mengalami pelecehan dan genosida selama 8 tahun oleh rezim Ukraina'.

Kendati demikian, pemimpin Rusia itu menekankan bahwa negaranya tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina.

Saat mengklarifikasi perkembangan yang sedang berlangsung, Kementerian Pertahanan Rusia juga meyakinkan bahwa pasukannya tidak menargetkan kota-kota di Ukraina.

Namun hanya terbatas pada penyerangan dan pelumpuhan infrastruktur militer Ukraina saja.

Negara itu mengklaim tidak ada ancaman apapun yang ditujukan terhadap penduduk sipil.

Berita ini sudah tayang di Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved