Berita Palembang
Sehari Harga Kedelai Berubah Dua Kali, Pengrajin Tempe: Sampai Kapan Kita Impor
Siswa Waluya (59) Ketua dari Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) Palembang mengeluhkan harga kedelai yang terus berubah.
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Harga kedelai semakin hari semakin tak menentu bahkan dalam satu hari harga kedelai dapat berubah dua kali.
Siswa Waluya (59) pengrajin tahu tempe sekaligus ketua dari Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) menjelaskan dalam sehari perubahan harga bahan baku tahu tempe kedelai dapat berubah sebanyak dua kali.
Harga Kedelai pada Minggu, (20/2/2022) senilai Rp 12.500 per Kg.
"Tidak ada kestabilan harga bahan baku kedelai, sejak tahun 2008 harga kedelai selalu berubah-rubah. Hal inilah yang menyebabkan kami sebagai para pengrajin tahu tempe semakin tidak bersemangat untuk produksi. Namun jika tidak produksi tahu tempe, maka banyak kalangan yang akan kesulitan," jelas Siswa.
Akibat dari tidak stabilnya harga bahan baku kedelai, Siswa terkadang mendapat kerugian sebesar 200.000 rupiah.
Untuk mensiasati hal tersebut, Siswa melakukan pengurangan produksi, yang biasanya dapat menggunakan 150Kg bahan baku, saat ini hanya menggunakan 90 Kg saja.
Tidak hanya itu, ukuran tahu dan tempe juga diperkecil dan harga satu potong tempe dari 5000 rupiah menjadi 6000 rupiah.
Siswa sangat menyayangkan belum ada langkah yang dikeluarkan oleh para pembuat kebijakan, ia sangat berharap bahwa pemerintah dapat memperjuangkan bahan baku utama para pengrajin tahu tempe.
"Seharusnya pemerintah melakukan pembenahan terhadap tata niaganya, jangan diberikan kepada pasar bebas. Jika dilihat dari undang-undang, kedelai masuk ke dalam bahan baku pokok impor, dan tidak seharusnya menjadi komoditi pasar bebas. Karena, harga kedelai akan mengikuti pasar di luar negeri jika menjadi komoditi pasar bebas. Negara kita adalah negara agraris, sampai kapan kita akan terus impor bahan baku? Padahal negeri kita sendiri harusnya dapat menghasilkan bahan baku kedelai tersebut," papar Siswa dengan nada yang tinggi.
Sementara, Win, pedagang gorengan di daerah Parameswara mengaku bahwa tempe memang mengalami kenaikan harga, biasanya 5000 rupiah perpotong, saat ini menjadi 6000 rupiah.
"Meskipun harga tempe naik, kami tetap membuat tempe goreng sebanyak 3 potong setiap harinya. Kami tidak menaikkan harga, kami tetap menjual gorengan 1000 rupiah per potong," kata Win.
Langkah Win dan istri tetap menjual gorengan tempe dengan ukuran dan harga yang sama agar dapat mempertahankan pelanggan.
Dirinya khawatir jika harga dinaikkan dan ukuran gorengan menjadi lebih kecil, maka pelanggan akan lari.
"Gapapa untung semakin sedikit, yang penting jualan lancar, dan pelanggan tidak lari," tutup Win. (TS/Annisa Ayu)