Jelang Pilpres 2024
Kini Giliran AHY yang Dipasangkan Dengan Anies Baswedan Untuk Maju di Pilpres 2024
Khoirul berpendapat bila keduanya melakukan duet maka bisa saja mereka mengklaim koalisinya sebagai 'duet perubahan'.
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNSUMSEL.COM, GAMBIR - Ajang pemilihan presiden (pilpres) baru akan digelar pada tahun 2024 mendatang.
Sejumlah tokoh disebut bakal maju pada pilpres ini.
Partai politikpun menyiapkan kader terbaiknya.
Pengamat politik dari Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam soroti hasil akhir bila Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berduet dalam Pilpres 2024 mendatang.
Khoirul berpendapat bila keduanya melakukan duet maka bisa saja mereka mengklaim koalisinya sebagai 'duet perubahan'.
"Duet Anies-AHY bisa menjadi duet yang mengusung antitesa kekuasaan saat ini (the ruling party). Anies-AHY bisa mengklaim koalisinya sebagai “Duet Perubahan”," katanya dalam keterangan tertulis yang dikutip TribunJakarta.com, Sabtu (5/2/2022).
Terlebih, beberapa waktu lalu berdasarkan data dari Lembaga Survei Indikator Politik, nama Anies dan AHY masuk dalam empat besar.
Di mana, Prabowo Subianto memperoleh suara teratas, disusul Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
Berikutnya, Agus Harimurti Yudhoyono dan Ridwan Kamil.
"Anies-AHY merupakan dua tokoh yang selama ini memiliki bekal elektabilitas memadai dengan posisi 1 hingga 6 besar. Peringakatan elektabilitas itu tercermin di hampir seluruh hasil survei lintas lembaga yang muncul belakangan ini. Keduanya konsisten berada di radar dan bukan kategori tokoh dengan elektabilitas 1 koma," lanjutnya.
Baca juga: Biasa Jadi Pesaing, Kini Muncul Deklarasi Dukungan Ganjar Pranowo-Puan Maharani Untuk Pilpres 2024
Baca juga: La Nyalla Jadi Calon Alternatif di Pilpres 2024 Ridwan Kamil Hingga Susi Pudjiastuti Jadi Pendamping
Selanjutnya, Khoirul menilai jika duet Anies-AHY dipromosikan tentunya Partai Demokrat satu diantara sponsor utama koalisi.
Menurutnya ini menjadi bekal awal yang baik lantaran tokoh partai politik yang memiliki elektabilitas dan mesin politik memadai hanya dua, yakni Prabowo (Gerindra) dan AHY (Partai Demokrat).
Sebab, PDIP yang bisa mengusung pasangan Capres-Cawapres sendiri.
"Dengan adanya Partai Demokrat sebagai sponsor koalisi dan juga duet , kemungkinan akan adanya partai politik lain dari garis ideologi nasionalis dan khususnya dari garis ideologi politik Islam yang akan merapat, untuk mendapatkan efek ekor jas (coat tail effect). Efek ekor jas itu terbentuk jika partai politik pengusung nama Capres-Cawapres memiliki chemistry dan paradigma yang sama, sehingga tidak ada kegamangan yang menjadi sumber slit ticket voting," ungkapnya.
Sikap Anies yang belum mendeklarasikan diri ke partai politik manapun kian dinilai Khoirul sebagai modal pemersatu bagi partai-partai pengusungnya.
Kendati begitu, Anies diketahui tengah eksis dan melakukan sowan ke beberapa parpol mulai dari PAN, Nasdem hingga PPP.
"Sebagaimana riset yang saat ini sedang dijalankan oleh Institute for Democracy & Strategic Affairs (IndoStrategic) tentang kekuatan politik yang dimunculkan oleh “Public Mood”, hipotesa kami menunjukkan “public mood” politik rakyat di 2024 mendatang mengharapkan perubahan."
"Dalam konteks ini, duet Anies-AHY bisa membangun gelombang kekuatan yang menjadi sisi beda dari pemerintahan sekarang, yang dinilai sejumlah kalangan sering meng-ignore suara rakyat," ungkapnya.
Sayangnya, bila para elit politik ataupun penguasa tak senang dengan bertemunya duet Anies-AHY maka akan menghambat bersatunya kedua tokoh ini.
"Tetapi perlu diingat, kekuatan “public mood” bisa mengubah segalanya. Karena itu, koalisi politik besar tidak menjamin pasangan Capres-Cawapres bisa menang. Hal itu dibuktikan oleh SBY-JK di Pilpres 2004 dan juga pasangan Jokowi-JK di Pilpres 2014, yang koalisi pendukungnya ternyata lebih kecil dibanding kompotitor politiknya," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Pengamat Politik Paramadina Sebut Anies Cocok Nyapres Didampingi AHY, Ini Penjelasannya.