Update Covid 19

IDI : Berdasarkan Data, Kita Mulai Masuk Gelombang Ketiga Covid-19

Adib menjelaskan, kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh varian Omicron.

Editor: Weni Wahyuny
Tribun Palopo
ilustrasi pasien Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut jika Indonesia mulai memasuki gelombang ketiga Covid-19. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Kasus Covid-19 di Indonesia kembali melonjak.

Bahkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut jika Indonesia mulai memasuki gelombang ketiga Covid-19.

Indonesia mencatatkan kasus konfirmasi harian tertinggi yang mencapai lebih dari 30 ribu kasus.

Mengutip Covid19.go.id/peta-sebaran, tercatat pada Jumat (4/2/2022) kemarin, angka konfirmasi Covid-19 di Indonesia telah menembus 32.211 kasus konfirmasi tambahan harian.

Dengan tambahan ini, jumlah total kasus Covid-19 di Indonesia yakni sebanyak 4.446.694 kasus.

Mengacu dari data tersebut, Ketua IDI Adib Khumaidi menyebut bahwa saat ini Indonesia dapat dikatakan mulai mengalami lonjakan kasus Covid-19 gelombang ketiga.

Selain dilihat dari adanya peningkatan jumlah konfirmasi harian, Adib menyebut ada indikator lain yang dapat digunakan untuk melihat situasi Covid-19 di Indonesia.

Yakni kapasitas keterisian tempat tidur rumah sakit yang semakin terisi penuh.

"Dengan data yang sudah ada peningkatan positif rate dan peningkatan kasus harian yang juga diikuti oleh peningkatan hospilatity atau keterisian tempat tidur ini menjadi satu parameter sebenarnya kita sudah masuk ke dalam gelombang ketiga Covid-19," kata Adib dalam tayangan YouTube Kompas TV, Sabtu (5/2/2022).

Adib menjelaskan, kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh varian Omicron.

"Ini karena dari data dari World Genome Sequencing, 85-90 persen proporsi nasional itu ditemukan adanya Omicron," lanjut Adib.

Kendati memang belum sampai ke titik puncaknya, Adib meminta masyarakat dan pemerintah kompak untuk melakukan upaya antisipasinya.

"Jadi ini menjadi satu upaya kewaspadaan antisipasi yang harus kita lakukan karena kita sudah masuk (gelombang ketiga) dan ini belum puncaknya," jelas Adib.

Menurut Adib, puncak tertinggi Omicron biasanya dihitung 45-50 hari dari pertama kali ditemukannya Omicron di Indonesia.

Hal ini serupa dengan kondisi yang pernah dilalui negara-negara lain.

Kendati tetap harus waspada, masyarakat diminta untuk tidak panik.

Karena berkaca dari negara lain, kasus Omicron memang meningkat tajam.

Namun jumlah fatalitynya sangat rendah.

"Jadi memang ada yang berbeda yang ini Kemudian dari beberapa referensi yang kita dapatkan di luar negeri."

"Dan saat ini, sebagian besar memang sekarang yang positifity rate dan kasus harian ini didominasi dengan OTG dan kondisi yang ringan."

"Artinya yang kondisi berat yang termasuk fatality atau (menyebabkan) kematian pun juga masih belum banyak."

"Ya mudah-mudahan ini tidak bertambah," kata Adib.

Tingkat hospitality dan fatality yang rendah ini menunjukkan memang ada satu faktor yang mempengaruhi yakni vaksinasi.

"Pada tahun lalu di bulan Juni-Juli vaksinasi masih rendah, kita sekarang dibantu oleh kondisi yang salah satunya adalah cakupan vaksinasi di beberapa wilayah terutama di kota besar vaksinasinya sudah rata-rata di atas 70 persen," sambung Adib.

Sementara itu, menanggapi soal kapan prediksinya puncaknya akan terjadi, Adib menyebut bahwa kemungkinan pada akhir Februari hingga Awal Maret.

"Ya kalau bicara dari apa yang disampaikan oleh teman-teman dari epidemiologi dan sebagian juga kemarin disampaikan oleh Kementerian Kesehatan, kemungkinan prediksi untuk kemudian puncak itu pada akhir Februari sampai di awal Maret."

"Dan mengaca kepada kasus-kasus yang terjadi di Afrika kemudian di Eropa antara Puncak kemudian melandainya cukup cepat ya mudah-mudahan ini juga terjadi di Indonesia," terang Adib.

Untu itu, demi meringankan tingkat fatality, masyarakat harus segera mengejar vaksinasi dan menjalankan prokes dengan baik.

"Tapi sekali lagi itu bisa kita dukung kalau benar-benar kita mengejar vaksinasi dan menjalankan protokol kesehatan harus kita lakukan dengan baik."

"Jadi memang kita jangan sampai masuk dalam kondisi di bulan Juli yang terjadi di masyarakat, sehingga akhirnya banyak sekali penumpukan pasien yang ada di IGD kita tidak terjadi."

"Salah satu upaya adalah mempermudah akses pelayanan dan mendapatkan pengobatan serta mendapatkan konsultasi kepada tenaga medis atau kepada dokter,"termasuk menyediakan platform telemedicine," kata Adib.

Kendati demikian, pemerintah perlu mengevaluasi sistem telemedicine ini.

"(Telemedicine) itu secara otomatis sebenarnya bisa diakses."

"Cuman memang problem yang sering muncul adalah pada saat kemudian mendapatkan akses obat-obat, baik itu obat yang memang berkaitan dengan antivirus ataupun vitamin yang dibutuhkan seperti yang seharusnya dapat didapatkan pada saat paket isoman."

"Itu yang saya kira perlu dukungan dari pemerintah dan sekaligus juga (menyiapkan) faskes- fakses di pelayanan primer seperti di Puskesmas," imbuh Adib.

(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)

Baca berita lainnya di Google News

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul IDI Sebut Indonesia Masuk Gelombang Ketiga Covid-19, Kasus Covid-19 Didominasi Omicron

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved