Berita Viral

Demi Makan Keluarga, Kisah Pilu Ayah Nekat Jual Anaknya yang Masih Berusia 9 Tahun Rp 31 Juta

Abdul sebenarnya juga tak puas dengan penjualan itu, tetapi lalu menjelaskan bahwa dia tidak punya cara lain demi memenuhi kehidupannya sehari-hari.

Editor: Moch Krisna
indianexpress.com
(Ilustrasi Perdagangan Anak) 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Malik dan keluarganya yang harus rela tinggal di kamp pengungsi Afghanistan selama empat tahun ini hanya menerima $3 (Rp. 50 ribu) per hari untuk makanan saja.

Hal ini disebut terjadi setelah adanya pergantian kekuasaan di Afghanistan beberapa tahun terakhir.

Abdul Malik dan istrinya kehilangan harus kehilangan bantuan keuangan, dan pria itu memutuskan untuk melakukan hal ini.

Gadis ini harus direlakan keluarga kepada seorang pria berusia 55 tahun.

Abdul sebenarnya juga tak puas dengan penjualan itu, tetapi lalu menjelaskan bahwa dia tidak punya cara lain demi memenuhi kehidupannya sehari-hari.

Dia berharap keluarga baru akan memperlakukan anaknya ini dengan cinta dan membantunya membangun masa depan yang cerah.

Melansir Newsweek pada Rabu (3/11/2021), gadis bernama Parwana Malik ini dijual dengan harga sekitar 2.200 dollar AS (Rp 31 juta).

Kepada CNN, Malik mengatakan khawatir "lelaki tua" yang membelinya akan memukuli dan memaksanya melakukan pekerjaan kasar di rumah.

Terpaksa karena kebutuhan dan konflik Taliban dan Afghanistan 

Ketika ekonomi negara mereka runtuh di tengah pengambilalihan Taliban, keluarganya menjadi tidak mampu membeli kebutuhan apa pun termasuk makanan.

Mereka bertahan hidup dengan bantuan kemanusiaan dan pekerjaan kecil untuk menghasilkan cukup uang yang menyediakan makanan bagi keluarga.

Kakak Malik yang berusia 12 tahun juga sudah dijual kepada seorang pria beberapa bulan sebelum membantu membayar kebutuhan dasar.

Dalam video CNN tersebut Malik diperkenalkan kepada pria itu, gadis kecil itu tampak menolak dan menangis.

Ayahnya mengatakan kepada pria itu untuk "tolong jaga dia" dan memohon padanya untuk tidak memukulnya.

Tapi pria itu mengatakan dia tidak membeli Malik sebagai pengantin, melainkan untuk diurus oleh istrinya sendiri sebagai salah satu anak mereka.

"Dia akan bekerja di rumah saya. Saya tidak akan memukulnya. Saya akan memperlakukannya seperti anggota keluarga. Saya akan bersikap baik," klaim pria itu.

Setelah Taliban secara resmi mengambil alih Afghanistan pada 15 Agustus, keluarga Malik bersama dengan mayoritas warga Afghanistan merasa situasi mereka memburuk.

Ekonomi runtuh beserta kehidupan normal mereka sehari-hari.

"Hari demi hari, jumlah keluarga yang menjual anak-anak mereka semakin meningkat," kata aktivis hak asasi manusia Mohammad Naiem Nazem.

"Kurangnya makanan, kurangnya pekerjaan, membuat keluarga merasa mereka harus melakukan ini."

Ayah Malik, Abdul Malik, mengatakan dia mencoba segalanya untuk menghasilkan uang sehingga dia tidak harus menjual putrinya.

"Kami memiliki delapan anggota keluarga," kata Abdul kepada CNN.

"Saya harus menjual Malik untuk menjaga anggota keluarga lainnya tetap hidup."

Malik mengatakan kepada CNN bahwa dia berharap bisa menjadi seorang guru dan tidak ingin melepaskan pendidikannya.

Dia juga mengatakan sudah berusaha untuk mengubah pikiran orang tuanya tetapi tidak bisa.

Meskipun ilegal di Afghanistan untuk menikahi anak di bawah usia 15 tahun, hal ini masih menjadi praktik umum, terutama di daerah desa.

Dengan kelaparan nasional dan kemiskinan di dalam negeri, banyak orang tua menemukan diri mereka dalam situasi yang sama dengan Abdul.

Dengan seorang istri, tiga putri lagi, dan seorang putra di rumah, Abdul menyadari kenyataan pahit bahwa 2.200 dollar AS yang diterima setelah menjual hanya akan mencukupi kebutuhan keluarganya untuk waktu yang singkat.

Berita Ini Sudah Tayang di Tribunstyle.com

Sumber: TribunStyle.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved