Wisata dan Kuliner
Gulo Puan Makanan Asli Khas Kabupaten OKI, Disukai Bangsawan Palembang Sejak Dahulu
Gulo Puan ini diolah dari susu kerbau rawa pedesaan di kawasan rawa-rawa Sumatera Selatan. Keberadaan makanan pelengkap ini sekarang terbilang langka
Penulis: Winando Davinchi | Editor: Wawan Perdana
TRIBUNSUMSEL.COM, KAYUAGUNG-Provinsi Sumatera Selatan memiliki banyak kuliner khas, bukan hanya pempek, kerupuk kemplang, dan pindang. Ada namanya Gulo Puan, makanan khas dari Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yang jadi kegemaran bangsawan Palembang pada zaman dahulu.
Gulo Puan ini diolah dari susu kerbau rawa pedesaan di kawasan rawa-rawa Sumatera Selatan. Keberadaan makanan pelengkap ini sekarang terbilang langka.
Puan yang berarti 'susu' dalam bahasa daerah Sumatera Selatan (Sumsel).
Gulo Puan yang rasanya mirip keju manis itu sangat sedap untuk campuran minum kopi, olesan roti ataupun pisang goreng.
Demi mencari tau sejarah maupun proses pembuatannya, Tribunsumsel.com menyambangi Desa Bangsal Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir, tempat produksi kuliner khas ini.
Di desa tertua di Bumi Bende Seguguk ini terdapat ratusan kerbau rawa yang dimiliki oleh warga setempat. Dimana susu kerbau tersebut diolah menjadi gulo puan.
Gulo puan ini juga menjadi hadiah yang diberikan dari warga di daerah tersebut kepada Kesultanan Palembang Darussalam, sebagai tanda terima kasih karena telah dibebaskan pajak.
"Saat masa kesultanan puluhan tahun lalu, para bangsawan biasanya menjadikan gulo puan sebagai pengganti gula pasir atau camilan sehari-hari," ujar Sekdes Bangsal, Alifiah saat dikonfirmasi, Minggu (31/10/2021) siang.
Seiring berkembangnya waktu, gulo puan juga menjadi kudapan khas bagi masyarakat Palembang dan sekitarnya.
"Biasanya dijual di Masjid Agung Palembang setiap hari Jumat, selain itu juga dijual melalui media sosial. Untuk sekarang permintaan cukup banyak datang dari pulau Jawa, Lampung dan sekitarnya," ucapnya.
Dijelaskannya, pembuatan Gulo Puan ini bergantung pada peternakan kerbau rawa di Desa Bangsal dan sekitarnya.
Saat musim hujan, produksi susu menjadi lebih tinggi, setiap kerbau rawa yang menyusui dapat menghasilkan 1,5-2 liter susu.
Kondisi ini didorong oleh melimpahnya pakan saat rawa-rawa kembali tergenang.
"Akan tetapi di musim kemarau, hasil susu justru turun karena air rawa menyusut sehingga pakan juga berkurang. Otomatis produksi gulo puan yang dihasilkan lebih sedikit," ungkapnya.
"Harga jualnya sendiri jika langsung datang ke sini, perkilogramnya Rp 100.000 tetapi kalau sudah dalam kemasan dan dijual online harganya Rp 120.000," imbuhnya.