Berita Mancanegara
Ini Sejarah Berdirinya Taliban di Afganistan, Gambaran Kekuatan Militer dan Sumber Persenjataan
Menurut Pusat Pemberantasan Terorisme AS di West Point, ada perkiraan yang memperlihatkan kekuatan inti kelompok Taliban berjumlah 60.000 orang
Sementara Taliban di Afghanistan diperkirakan masih dipimpin oleh Mullah Omar, seorang ulama yang kehilangan mata kanannya saat berperang melawan pasukan pendudukan Uni Soviet pada dekade 1980-an.
Serangan pimpinan AS
Tanggal 7 Oktober 2001, pasukan koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat menyerang Afghanistan dan dalam waktu sepekan saja rezim Taliban jatuh.
Namun, Mullah Omar, sejumlah pemimpin senior Taliban, dan para pemimpin Al Qaeda selamat dari serangan itu dan berhasil bersembunyi.
Walau terus diburu oleh pasukan koalisi, Mullah Omar dan sebagian besar rekannya masih belum berhasil ditangkap.
Perlahan-lahan mereka juga tampaknya mulai menyusun kekuatan kembali di Pakistan dan Afghanistan, walau tetap berada di bawah tekanan tentara Pakistan dan NATO.
Kehadiran sejumlah besar pasukan asing tampaknya tidak menghalangi Taliban secara perlahan-lahan memperluas pengaruh mereka, sejalan dengan meningkatnya kembali serangan di Afghanistan dan Taliban beberapa waktu ini
Beberapa pihak menyarankan agar Taliban diikutsertakan di dalam pemerintahan Afghanistan pimpinan Hamid Karzai, walau saran itu tidak ditanggapi serius oleh dunia internasional.
Baca juga: Mengenal Afganistan, Negara di Benua Asia dengan Banyak Pegunungan, Baru Saja Dikuasai Taliban
Kekuatan Militer
Pasukan Amerika Serikat yang 20 tahun berada di Afganistan akhirnya angkat kaki. Selepas kepergian pasukan AS, Taliban dengan cepat menguasai setiap kota di Afganistan. Hingga dalam waktu singkat, mampu menguasai seluruh negeri ini.
Menurut Pusat Pemberantasan Terorisme AS di West Point, ada perkiraan yang memperlihatkan kekuatan inti kelompok Taliban berjumlah 60.000 orang.
Dengan tambahan kelompok milisi dan pendukung lainnya, jumlah mereka bisa melebihi 200.000 personel.
Akan tetapi, Dr Mike Martin mantan perwira tentara Inggris yang menguasai bahasa Pashto dan menelusuri sejarah konflik di Helmand dalam bukunya, An Intimate War, memperingatkan terlalu berbahaya mendefinisikan Taliban sebagai satu kelompok monolitik.
Sebaliknya dia menerangkan, "Taliban lebih mendekati sebuah koalisi longgar dari para pemegang waralaba independen, dan kemungkinan besar bersifat sementara, berafiliasi satu sama lain."
Dia mencatat bahwa pemerintah Afghanistan juga terbelah oleh berbagai kepentingan faksi-faksi di tingkat lokal.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/sumsel/foto/bank/originals/sejarah-berdirinya-taliban-afganistan.jpg)