Suku Baduy

Bahasa Suku Baduy, Berikut Wilayah Penyebaran, Budaya dan Penyebab Suku Baduy Dalam Dikeluarkan

Pada pidato kenegaraan 16 Agustus 2021 saat menghadiri Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPD RI & DPR RI Presiden Joko Widodo menggunakan pakai

Setpres
Presiden Jokowi mengenakan baju kampret, busana adat suku Baduy Luar saat menyampaikan Pidato Kenegaraan di Sidang Tahunan MPR, Senin (18/8/2021) di gedung DPR/MPR Jakarta. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Bahasa Suku Baduy, Berikut Wilayah Penyebaran, Budaya dan Penyebab Suku Baduy Dalam Dikeluarkan.

Pada pidato kenegaraan 16 Agustus 2021 saat menghadiri Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPD RI & DPR RI Presiden Joko Widodo menggunakan pakaian adat suku Baduy.

Penggunaan pakaian adat Suku Baduy ini sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan pada keluhuran nilai2 adat dan budaya suku Baduy.

Ini juga sekaligus menunjukan bahwa Indonesia adalah bangsa yg majemuk yang memiliki kekayaan budaya yg luar biasa. Kemajemukan adalah kekuatan yg mahadasyat untuk mencapai Indonesia Maju.

Selain itu Presiden suka mengenakan busana ini karena desainnya yang sederhana, simpel dan nyaman dipakai.

Penyiapan busana dibantu oleh Pak Jaro Saija, Tetua Adat Masyarakat Baduy sekaligus Kepala Desa Kanekes.

Sebagaimana yang diketahui, Suku Badui atau Baduy adalah kelompok etnis masyarakat adat suku Sunda di wilayah pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Masyarakat suku baduy yang tercatat sekitar 26.000 orang.

Mereka merupakan salah satu kelompok masyarakat di Indonesia yang masih memegang adat istiadat leluhur.

Secara etnis Baduy termasuk dalam suku Sunda.

Lebih spesifiknya mereka dianggap sebagai suku Sunda pedalaman yang belum terpengaruh modernisasi.

Demi melestarikan budaya leluhur, kelompok masyarakat ini memilih untuk mengasingkan diri dari dunia luar.

Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Sunda, tapi sama seperti suku lain mereka juga tetap bisa Berbahasa Indonesia.

Baduy sendiri adalah sebutan orang luar kepada kelompok masyarakat tersebut, hal ini berawal dari peneliti Belanda yang meneliti suku ini.

Namun masyarakat Baduy lebih senang menyebut dirinya sebagai Urang Kanekes.

Dilasir dari wikipedia.com Urang Kenekes terdiri dari kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka (Permana, 2001).

Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Kanekes Dalam (Badui Dalam), yang paling ketat mengikuti adat.

Baduy dalam adalah warga yang tinggal di tiga kampung Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik.

Ciri khas Orang Kanekes Dalam adalah pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua (warna tarum) serta memakai ikat kepala putih.

Mereka dilarang secara adat untuk bertemu dengan orang asing.

Kanekes Dalam adalah bagian dari keseluruhan orang Kanekes.

Tidak seperti Kanekes Luar, warga Kanekes Dalam masih memegang teguh adat-istiadat nenek moyang mereka.

Sebagian peraturan yang dianut oleh Orang Kanekes Dalam antara lain:

  • Tidak diperkenankan menggunakan kendaraan untuk sarana transportasi
  • Tidak diperkenankan menggunakan alas kaki
  • Pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan (kecuali rumah sang Pu'un atau ketua adat)
  • Larangan menggunakan alat elektronik (teknologi)
  • Menggunakan kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian modern.

Kelompok masyarakat kedua yang disebut panamping adalah mereka yang dikenal sebagai Kanekes Luar (Badui Luar), yang tinggal di berbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah Kanekes Dalam.

Beberapa daerah tersebut seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya.

Masyarakat Kanekes Luar berciri khas mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna biru gelap (warna tarum).

Kanekes Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Kanekes Dalam.

Ada beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkannya warga Kanekes Dalam ke Kanekes Luar:

  • Mereka telah melanggar adat masyarakat Kanekes Dalam.
  • Berkeinginan untuk keluar dari Kanekes Dalam
  • Menikah dengan anggota Kanekes Luar

Ciri-ciri masyarakat orang Kanekes Luar

  • Mereka telah mengenal teknologi, seperti peralatan elektronik.
  • Proses pembangunan rumah penduduk Kanekes Luar telah menggunakan alat-alat bantu, seperti gergaji, palu, paku, dll, yang sebelumnya dilarang oleh adat Kanekes Dalam
  • Menggunakan pakaian adat dengan warna hitam atau biru tua (untuk laki-laki), yang menandakan bahwa mereka tidak suci. Kadang menggunakan pakaian modern seperti kaos oblong dan celana jeans.
  • Menggunakan peralatan rumah tangga modern, seperti kasur, bantal, piring & gelas kaca & plastik.
  • Mereka tinggal di luar wilayah Kanekes Dalam.
  • Sebagian di antara mereka telah terpengaruh dan berpindah agama menjadi seorang muslim dalam jumlah cukup signifikan.

Apabila Kanekes Dalam dan Kanekes Luar tinggal di wilayah Kanekes, maka "Kanekes Dangka" tinggal di luar wilayah Kanekes, dan pada saat ini tinggal 2 kampung yang tersisa, yaitu Padawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh (Cihandam).

Kampung Dangka tersebut berfungsi sebagai semacam buffer zone atas pengaruh dari luar (Permana, 2001).

Baca juga: Mengenal Busana Adat Suku Baduy yang Dikenakan Jokowi saat Pidato Kenegaraan : Nyaman Dipakai

Baca juga: Kesederhanaan, Alasan Presiden Jokowi Pilih Pakaian Adat Suku Baduy Saat Sidang MPR

Baca juga: Kisah Masyarakat Adat Baduy yang Meminta Tolong Karena Hutan Terlarang Dirusak Penambang Emas Ilegal

Itulah Bahasa Suku Baduy, Berikut Wilayah Penyebaran, Budaya dan Penyebab Suku Baduy Dalam Dikeluarkan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved