Tahun Baru Islam 1443 Hijriah
20 Kata-kata Malam Satu Suro Bahasa Jawa dan Artinya, Sambut Tahun Baru Islam 2021
20 Kata Kata Malam Satu Suro Bahasa Jawa dan Artinya, Sambut Tahun Baru Islam 2021
Penulis: Abu Hurairah | Editor: Abu Hurairah
TRIBUNSUMSEL.COM - Malam Satu Suro atau Malam Tahun Baru Islam 1 Muharram 1442 H jatuh pada Senin (9/8/2020).
1 Muharram juga selalu dibarengi dengan peringatan malam 1 Sura/Suro berdasarkan kalender penanggalan Jawa.
Masyarakat Jawa hingga saat ini masih memandang Malam 1 Suro sebagai malam yang sacral dibandingkan hari-hari biasa.
Berikut ini kumpulan Kata-kata malam satu Suro bahasa Jawa dan Indonesia menyambut Tahun Baru Islam, 1 Muharram 1443 H.
Melansir dari berbagai sumber :
1. Tenangna Pikirmu Ayemna Atimu Gusti Allah Mboten Sare
2. Kulhu Sungsang Rajam Iman, Kudungku malaikat Jibril, Tekenku Nabi Muhammad Rasulullah, Shollallahu ngalaihi wasallam
3. Sing sopo wonge gelem ngrekso badan lan jiwo dewekke bakal tinemu opo sing dikarepake.
4. Ojo adigang adigung adiguna mergo saben manungso duweni tanggung jawab lan ora iso selak marang Gusti.
5. Dadio satrio sing iso nggowo awak karo ati.
6. Wulan suro iku wulan akeh kabejikan lan prihatin. Lakokono opo sing kudu mbok lakoni, ojo sepisan-sepisan gersulo marang Ilahi.
7. Wong kan paling utomo inggih menika ingkang inggil jiwonipun lan akhlake.
8. Suro iku wulan sing kudu iso ngreskso ati nembe polahi lahir iso didandani.
Baca juga: Link Download Twibboniez Tahun Baru Islam 1443 Hijriah yang Kece dan Keren Terbaru untuk Anak Muda
Baca juga: Bacaan Doa Malam Suro 2021, Doa Akhir Tahun dan Awal Tahun Baru Islam 1443 Hijriah
Kata-kata Bijak Bahasa Jawa
9. Bemayu hayuning bawana
(Menghiasi alam semesta)
10. Meneng widara uleran
(Terlihat baik namun sebenarnya buruk)
11 Nek wes ono sukurono, nek durung teko entenono, nek we lungo lalekno, nek ilang iklasno
(Kalau sudah punya itu disyukuri, kalau belum datang ya dinanti, kalau sudah ditinggal pergi ya lupakan, kalau hilang ya ikhlaskan)
12. Aja dadi uwong sing rumangsa bisa lan rumangsa pinter. Nanging dadiya uwong sing bisa lan pinter rumangsa
(Jangan jadi orang yang merasa bisa dan merasa pintar, tteapi jadilah orang yang bisa dan pintar merasa)
13. Kawula mung saderma, mobah mosik kersaning hyang sukmo
(Lakukan yang menjadi tugas manusia, selebihnya serahkan kepada Tuhan)
14. Gusti paring dalan kanggo uwong sing gelem ndalan
(Tuhan memberi petunjuk bagi manusia yang mau mengikuti jalan kebenaran)
15. Natas, nitis, netes
(Dari tuhan manusia ada, bersama Tuhan manusia hidup, dan bersatu dengan Tuhan manusia akan kembali)
16. Golek sampurnaning urip lahir batin lan golek kusumpurnaning pati
(Manusia bertanggung jawab untuk mencari kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat)
17. "Tahun baru kui digambarke buka lembaran anyar kaya kertas kosong." (Tahun baru bagaikan membuka lembaran baru berupa kertas kosong)
18. "Dino iki iku hadiah paling apik seko usaha wingi, kanggo ngawali tahun baru."
(Hari ini adalah hadiah atas usaha kita kemarin, untuk mengawali tahun baru)
19. "Opo artine tahun baru nek ora ono semangat lan tantangan anyar."
(Apalah arti tahun baru jika tanpa semangat dan tantangan baru)
20. "Urip iku kudu iso koyo srengenge matahari, inspirasi kanggo kabeh kegelapan."
(Hidup itu harus bisa seperti matahari, inspirasi bagi semua kegelapan)
Baca juga: 20 Kata-kata Mutiara Tahun Baru Islam 1443 Hijriyah, Share ke Kerabat dan Keluarga, Caption Sosmed
21. "Opo artine tahun baru nek ora disemangati karo optimis anyar."
(Apalah makna tahun baru tanpa disertai optimisme baru)
22. "Wektu mlaku ora ono mandeke, ngiringi usia seng terus tambah seko hari hari wingi."
(Waktu terus berjalan tanpa henti, mengiri usiamu yang terus bertambah setiap hari)
Baca berita lainnya di Google News Tribun Sumsel
Apa itu Malam Satu Suro
Dalam kalender jawa malam tahun baru hijirah disebut sebagai malam 1 suro.
Menurut kepercayaan setempat, malam 1 Suro dikenal sakral dan penuh aura mistis.
Ada sebuah mitos yang menyatakan, malam 1 Suro menjadi malam buruk dalam satu tahun.
Bahkan kerap dikaitkan dengan penampakan dan gangguan makhluk halus.
Pada zaman dahulu, masyarakat Kejawen meyakini musibah dan bencana terjadi pada malam 1 Suro.
Malam 1 Suro juga dikenal sebagai tradisi ruwatan untuk membuang sial.
Dikutip dari Kompas.com Peringatan Malam 1 Suro biasanya digelar sejumlah tradisi dan gelaran budaya untuk merayakan malam yang dianggap sakral itu.
Di Surakarta misalnya, ada tradisi Kirab Kebo Bule. Beberapa ekor kebo bule (kerbau berwarna putih) diarak keliling kota.
Bagi warga Surakarta, mereka percaya bahwa kerbau-kerbau itu turunan Kebo Bule Kiai Slamet yang dianggap keramat. Perayaan-perayaan yang sama juga banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, seperti Yogyakarta dengan tradisi Mubeng Benteng.
Tradisi ini digunakan sebagai sarana untuk merenung dan introspeksi atas berbagai hal yang telah terjadi selama setahun ini.
Seperti apa awal mula perayaan Malam 1 Suro atau malam Tahun Baru Hijriah?
Menilik sejarahnya, dikutip dari Harian Kompas, 4 Maret 1971, penetapan 1 Suro sebagai tahun baru Jawa dilakukan sejak zaman Sultan Agung Hanyokrokusumo.
Raja yang memimpin Mataram pada 1613-1645 itu mendapat gelar Wali Radja Mataram dari para ulama karena berjasa dalam menyebarkan ajaran Islam tanpa menghapus tradisi Jawa.
Pada 1633 M atau tepat pada tahun Jawa 1555, Sultan Agung mengadakan pesta atau selametan secara besar-besaran.
Dalam pesta itu juga, Sultan Agung menyatakan bahwa Tahun Jawa atau Tahun Baru Saka berlaku di kerajaan bumi Mataram. Tak hanya itu, Sultan juga menetapkan Satu Suro sebagai tanda Tahun Baru Jawa.
Mengutip pemberitaan Kompas.com, 10 September 2018, keputusan ini diambil setelah dilakukan perpaduan kalender Hijriah dan kalender Jawa. Sistem penanggalan Islam, sistem penanggalan Hindu, dan sedikit pengaruh penanggalan Julian dari Barat dipadukan.
Selanjutnya, Sultan Agung mengeluarkan sebuah dekrit. Dekrit itu menyatakan mengganti penanggalan Saka yang berbasis putaran matahari dengan kalender Qamariah yang berbasis putaran bulan.
Dengan adanya perubahan ini, maka setiap angka tahun Jawa diteruskan dan berkesinambungan dengan tahun Saka.
Sementara itu, dikutip dari belajar.kemdikbud.go.id, penetapan 1 Muharam sebagai awal kalender Islam dilakukan sejak zaman Khalifah Umar bin Khatab.
Untuk memperkenalkan kalender Islam pada masyarakat Jawa, maka Sunan Giri II membuat penyesuaian antara sistem kalender Hijriah dengan sistem kalender Jawa pada tahun 931 H atau 1443 tahun Jawa baru.
Pada saat itu, Sultan Agung menyerukan agar rakyatnya bersatu untuk melawan Belanda di Batavia demi menyatukan Pulau Jawa. Oleh karena itu, ia menyatukan seluruh kalangan masyarakat, termasuk kaum santri dan abangan.
Untuk mengontrol pemerintahannya, setiap hari Jumat Legi (hari pasaran Jawa) diadakan laporan pemerintahan setempat. Tak hanya itu, kegiatan tersebut juga disertai dengan pengajian yang dilakukan oleh para penghulu kabupaten, sekaligus diadakan ziarah kubur dan haul ke makam Ngampel (Sunan Ampel) dan Giri.
Oleh karena itu, 1 Muharam atau 1 Suro yang dimulai pada hari Jumat Legi secara tidak langsung turut dianggap sakral.