Kasus Sumbangan 2 Triliun
Soal Sumbangan 2 Triliun, Kata Prof Hamid Awaludin: Mencederai Akal Sehat, Hanya untuk Publikasi
Mantan Menkumham dan Dubes Indonesia untuk Rusia dan Belarusia Prof Hamid Awaludin, PhD mengatakan sumbangan Rp 2 T menciderai akal sehat.
Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Adanya wacana sumbangan Rp 2 Triliun menarik perhatian banyak pihak. Tak terkecuali Mantan Menkumham dan Dubes Indonesia untuk Rusia dan Belarusia Prof Hamid Awaludin, PhD yang sempat menulis dengan judul Pelecehan Akal Sehat Para Pejabat.
Lalu dari mana ide atau inspirasi tersebut muncul? Untuk itu Tribun Sumsel dan Sriwijaya Post mengadakan Live Talk bersama Mantan Menkumham dan Dubes Indonesia untuk Rusia dan Belarusia Prof Hamid Awaludin, Ph.D.
"Idenya dari pengalaman empirik. Sudah beberapa kali terjadi pemasungan pejabat publik Indonesia," kata Prof Hamid Awaludin saat Live Talk Sumsel Virtual Fest dengan tema Misteri Sumbangan Rp 2 Triliun dan Pelecehan Akal Sehat Pejabat, Selasa (3/8/2021).
Lebih lanjut ia mengatakan, seperti dulu ada Menteri Agama yang menyatakan ada onggokan emas batangan di bawah tanah, yang bisa melunasi hutang Indonesia. Itu statemen penjabat loh.
"Kalau mau melunasi hutang Indonesia artinya butuh 6.000 ton emas batangan. Kalau dikonversikan dengan truk yang bermuatan 4 ton dan panjangnya 5 meter, maka kalau dideretkan bisa dari Kebayoran baru hingga HI," katanya.
Menurutnya, dari sini saja bisa belajar dari pengalaman. Maka kalau tiba-tiba ada deklarasi pakai styrofoam menyumbang Rp 2 triliun. Kalau dia nyumbang Rp 2 Triliun, berapa banyak hartanya, dan berapa banyak pajaknya.
"Ada juga waktu kejadian di Palu dan NTB, konglomerat mau bangun 1.500 rumah secara cuma-cuma. Sampai sekarang belum pernah saya dengar kalau itu sudah terbangun. Maka saya bilang ini mencederai akal sehat. Sebagai insan universitas saya merasa terganggu secara intelektual," ungkapnya.
Lalu pertanyaannya kenapa selalu berulang? Menurut Prof Hamid Awaludin, selain selalu berulang, juga ada persoalan mendasar yaitu kenapa harus selalu diupacarakan dan melibatkan pejabat baik pusat maupun daerah.
"Itulah mengapa saya mengatakan itu pencederaan akal sehat kita. Karena antara niat baik dengan akal sehat dan realitas tidak beda jauh. Kalau ada niat baik maka ada potensi disertai keikhlasan untuk menyumbang," ungkapnya.
Namuan, kalau memberikan janji yang sudah tidak masuk akal sehat, anda memberikan janji di publik hanya untuk kepentingan publikasi maka sudah salah. Dari awal menurutnya itu tidak masuk akal, sudah berhari-hari enggak cair.
"Baru saja saya ada kesempatan mau menulis, karena saya masih menunggu informasi kapan cairannya. Sudah dua tiga hari tidak ada pencarian, padahal sudah diupacarakan," katanya.
Bahkan menurutnya menghebohkan seluruh negeri. Covid19 sudah ada, kenapa belum diberikan? Oleh karena itu ia merasa tergelitik dan tergugah untuk menulis.
Lalu mengapa narasi yang terbangun positif? Menurutnya, dikarenakan suasana batin rakyat Indonesia di tengah himpitan pandemi Covid19. Ekonomi terseret, faktor psikologi dan tiba-tiba ada orang yang menawarkan bantuan, maka segala keterhimpitan itu dibuka seperti air bah.
"Waduh ada secercah harapan, suasana batin yang ada, maka semua ramai-ramai mengatakan bahwa itu pahlawan banga dan lain-lain. Ini masalah psikologi bangsa yang terhimpit oleh berbagai deraan anatar lain deraan karena pandemi Covid19," ungkapnya.
Baca juga: BREAKING NEWS : Uang Heriyanti Akidi Tio di Bilyet Giro Bank Mandiri Tak Sampai Rp 2 Triliun