Olimpiade Tokyo 2020
Pakai Nama ROC di Olimpiade Tokyo 2020, Prestasi Atlet Negara Rusia Tetap Berkilau
ROC adalah negara apa di Olimpiade 2020? ROC adalah singkatan dari Russian Olympic Committe atau Komite Olimpiade Rusia
TRIBUNSUMSEL.COM-Ketika melihat daftar perolehan medali Olimpiade Tokyo 2020, Rabu (28/7/2021), terselip nama negara yang asing bagi masyarakat. Ada ROC di peringkat empat saat ini, dengan koleksi 7 emas, 8 perak dan 4 perunggu.
ROC adalah negara apa di Olimpiade 2020? ROC adalah singkatan dari Russian Olympic Committe atau Komite Olimpiade Rusia.
Banyak yang bertanya, kenapa tidak pakai nama negara Rusia?
Ternyata, negara dengan ibu kota Moskwa ini sedang menjalani sanksi yang dijatuhkan akibat skandal doping.
Presiden Komite Olimpiade Rusia, Stanislav Pozdnyakov sempat mengeluhkan sanksi yang diterima Rusia.
Mereka boleh bertanding di Olimpiade Tokyo dengan syarat melakukannya di bawah bendera netral.
Karena keputusan tersebut, Rusia disebut ROC di Olimpiade Tokyo 2020 dan Olimpiade Musim Dingin 2022 yang bakal diselenggarakan di Beijing, China.
Sedangkan untuk bendera, Rusia menggunakan simbol ROC yang melambangkan api olimpiade berwarna garis putih, biru, dan merah, serta merupakan warna bendera nasional.
Saat seorang atlet Rusia berdiri di podium setelah memenangkan medali emas, lagu kebangsaan Rusia tidak akan diperdengarkan. Sebagai gantinya, diperdengarkan musik oleh komposer Pyotr Tchaikovsky, khususnya Konser Piano No. 1.
"Bendera nasional dan lagu kebangsaan adalah faktor motivasi tambahan untuk setiap atlet," ujar Stanislav Pozdnyakov kepada AFP dalam sebuah wawancara di Moskow, menjelang Olimpiade.
“Tentu saja, kami harus tampil tanpa elemen yang hilang ini. Namun tim siap bersaing memperebutkan tempat di podium. Kami mengantisipasi untuk memenangkan 40 hingga 50 medali,” lanjut dia.
Meski tak menggunakan nama Rusia, para atlet ini memberikan penampilan yang cukup maksimal.
Sejauh ini ROC mampu bersaing dengan China, Jepang, dan AS.

Krononologi Sanksi
Pada 2019, Rusia dijatuhi hukuman larangan tampil selama empat tahun di semua kompetisi internasional, termasuk Olimpiade, dari Agensi Anti Doping Dunia (WADA).
Hukuman datang sebagai akibat inkonsistensi data yang diambil WADA pada Januari 2019 dari sebuah lab di Moskow yang kabarnya menjadi pusat jaringan doping yang disponsori negara. WADA akhirnya menjatuhi sanksi setelah Agensi Anti Doping Rusia gagal bekerjasama penuh dalam penyelidikan ini.
Namun, tahun lalu, Pengadilan Arbitrase Olahraga memangkas hukuman terhadap Rusia itu menjadi hanya dua tahun.
Larangan tersebut akan berakhir pada 16 Desember 2022. Hingga tanggal tersebut, atlet Rusia tak boleh bertanding di bawah bendera, nama, atau lagu kebangsaan mereka termasuk di Olimpiade Tokyo 2020.
Akan tetapi, atlet-atlet Rusia masih bisa berkompetisi di Olimpiade sebagai atlet netral, dalam artian mereka tak secara teknis membela suatu negara tertentu. Seragam tim diperbolehkan mengandung kata "Rusia" tetapi hanya apabila diikuti oleh kata-kata "atlet netral" demi memperjelas kalau mereka bukan mewakili Rusia.
Atlet-atlet ini tentu saja harus membuktikan kalau mereka tak terkait ke skandal doping tersebut. Sebanyak 335 atlet Rusia bertanding di bawah bendera ROC di Olimpiade Tokyo.
Sebagian besar dari mereka membela Rusia di Olimpiade-olimpiade sebelumnya dan kini kembali bertanding di bawah warna negeri Beruang Merah, biru-putih-merah.
Kendati demikian, mereka tak bertanding di bawah bendera Rusia. Bendera tim ROC merupakan sebuah api olimpiade berwarna biru-putih-merah yang diletakkan di atas lima cincin Olimpiade.
Selain itu, Rusia tak boleh tampil sebagai suatu negara di Piala Dunia 2022 atau Olimpiade Musim Dingin 2022.
Olimpiade Tokyo bukan kali pertama atlet-atlet dilarang tampil membela negara mereka. Sebelum ini, ada 100 atlet Rusia yang tak boleh turun di Olimpiade Rio 2016 setelah kabar akan tuduhan doping negara itu muncul.
Komite Olimpiade Kuwait juga dilarang turun di Olimpiade 2016 setelah negara tersebut meloloskan hukum olahraga yang tak sejalan dengan prinsip Gerakan Olimpiade.
Atlet-atlet negara teluk tersebut masih bisa berkompetisi di bawah nama Atlet dari Kuwait. Pada 2000, Afghanistan juga dilarang tampil di Olimpiade Sydney karena rezim Taliban mengeluarkan hukum yang diskriminatif terhadap wanita.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com