Ki Manteb Soedharsono Meninggal

Inilah Werkudara, Wayang Kesayangan Ki Manteb Soedharsono, Ikut Antar Jenazah Sang 'Dalang Setan'

Wayang Werkudara adalah wayang kesayangan Ki Manteb Soedharsono. Sang Dalang sebelumnya meminta agar jenazahnya juga diantar wayang

Editor: Weni Wahyuny
TribunSolo.com/@kimantebsoedharsonoofficial
Ki Manteb Soedharsono dan wayang kesayangannya. 

Kabar dalang senior itu wafat pada sekitar pukul 10.00 WIB.

"Beliau akan dimakamkan secara protokol kesehatan," katanya kepada TribunSolo.com.

Sosok dalang kelahiran 31 Agustus 1948 memiliki komorbid penyakit di paru-parunya.

"Beliau sering berobat soal permasalahan paru-parunya," ujarnya.

Dalam dunia pewayangan, Ki Manteb juga menjabat sebagai penasehat di organisasi Paguyuban Dalang Surakarta.

"Beliau salah satu senior dan guru bagi para dalang di Indonesia," terangnya.

Kiprahnya dalam dunia wayang juga diabadikan dalam buku "Ki Manteb Soedarsono Pemikiran dan Karya Pedalangannya,".

"Saya menulis ide dan gagasan beliau dari balik kisah pewayangan," ungkapnya.

Almarhum akan dimakamkan pada hari ini di kediamannya di Dusun Sekiteran, Desa Doplang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

Sosok Sang Dalang

Sang dalang wayang kulit legendaris, Ki Manteb Soedharsono telah meninggalkan kita selama-lamanya.

Kabar duka datang dari sosok yang terkenal kata 'Pancen Oye' datang pada hari ini Jumat (2/7/2021) sekira pukul 10.00 WIB

Kini jenazah masih berada rumah duka di Dusun Sekiteran, Desa Doplang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

Semasa hidupnya, Sang Maestro Wayang Kulit itu begitu terkenal dengan aksi-aksinya pewayangannya yang cukup energik.

Lantas seperti apa sosoknya?

Ya, Ki Manteb adalah sosok yang dilahirkan di sebuah kampung bernama Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo pada 31 Agustus 1948.

Seniman yang sudah malang melintang itu se antero Indonesia itu, bahkan sempat dijuluki Dalang Setan karena nyentrik memadukan seni dengan musik modern.

Selama ini Ki Manteb mempunyai sanggar dan bermukim di daerah sejuk di bawah Gunung Lawu yakni kawasan Karangpadan.

Jiwa Ki Manteb memang sudah terbentuk, meskipun ayahandanya Ki Hardjo Brahim adalah dalang kondang kala itu.

Begitu juga ibundanya, adalah merupakan seniman yang dikenal penabuh gendang.

Singkat cerita, selain manggung ke sana-sini dengan kisahnya tersendiri

Ki Manteb mempunyai segudang prestasi mulai nasional hingga internasional yang tak terhitung jumlahnya semasa hidup.

Di antaranya tahun 1995 Ki Manteb mendapat penghargaan dari Presiden Soeharto yakni Satya Lencana Kebudayaan.

Sementara internasional, Ki Manteb Ki Manteb Soedharsono terpilih sebagai penerima penghargaan dari Unesco yang menyisihkan 28 kontestan dari berbagai negara pada 2004.

Meski kala itu mendapatkan penghargaan luara biasa, dirinya mengaku bukan untuk Ki Manteb saja tetapi untuk kelestarian wayang kulit yang diakui Unesco.

Adapun kepergian Ki Manteb meninggalkan istri dan sejumlah anak-anaknya yang sebagian mengabdikan diri untuk wayang kulit. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Pesan Terakhir Ki Manteb Soedharsono : Ingin Wayang Werkudara Mengiringi ke Tempat Peristirahatannya

Sumber: Tribun Solo
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved