Ruang NICU di RS Palembang Penuh
Susahnya Mencari Ruang NICU di Rumah Sakit Palembang, Kisah Pilu Eko Harus Kehilangan Anaknya
Ruang NICU atau neonatal intensive care unit adalah ruang perawatan intensif yang ada di rumah sakit (RS).
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Ruang NICU atau neonatal intensive care unit adalah ruang perawatan intensif yang ada di rumah sakit (RS).
Ruang NICU ini disediakan khusus untuk bayi baru lahir yang mengalami gangguan kesehatan.
Lama perawatan di ruang NICU berbeda-beda, tergantung kondisi setiap bayi.
Semakin serius masalah kesehatan yang dialami, akan semakin lama bayi dirawat di ruang NICU.
Namun sayangnya di Kota Palembang ini ruang NICU terbilang masih sedikit, sehingga ketika dibutuhkan harus antre.
Eko, warga Palembang harus menunggu 24 jam untuk mendapatkan kepastian bahwa di rumah sakit yang dirujuk tersedia ruang NICU yang kosong dan bisa digunakan untuk anaknya.
"Inilah yang jadi permasalahannya, bukan hanya saya saja yang merasakan tapi banyak warga lainnya seperti tetang, dan teman saya juga pernah mengalami hal yang sama," kata Eko, Sabtu (15/5/2021).
Menurut Eko, memang nyatanya tidak mudah untuk bisa mendapatkan fasilitas perawatan NICU di beberapa rumah sakit di Palembang.
"Kalau orang bilang mencari fasilitas ruang NICU itu susah, memang benar adanya karena saya sudah pernah mengalaminya," kata Eko.
Eko pun menceritakan, bahwa waktu itu istrinya melahirkan anak ketiga di rumah sakit. Ketika itu begitu lahir, kebetulan anaknya tidak nangis
Jadi kata dokter itu jantungnya lemah, sehingga harus mendapatkan perawatan intensif.
"Berbagai upaya telah dilakukan, akhirnya harus masuk ke NICU. Namun karena saya masuknya menggunakan asuransi swasta dan kelas dua, jadi tidak dicover biayanya. Maka pihak rumah sakit menyarankan agar bisa dirujuk di rumah sakit lain," katanya.
Sebab kalau tetap di RS tersebut Eko harus bayar secara mandiri, dimana biayanya waktu itu Rp 2 juta sampai Rp 5 juta untuk satu malam.
"Tentu itu saya kira biaya yang cukup besar, sehingga saya mengikuti saran dari pihak rumah sakit agar pindah ke rumah sakit lainnya," ungkapnya.
Menurut Eko, waktu itu informasinya baru ada di RSMH Palembang yang peralatannya cukup lengkap, sehingga harus pindah dan dirawat di sana dan bisa dengan menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan.
"Jadi saya urus untuk mintak rujukan dari RS tersebut ke RSMH Palembang. Namun ternyata tidak mudah untuk mendapatkan fasilitas itu. Pihak RS sudah berkoordinasi dan mengecek apakah ada kamar atau tempat untuk anak saya dirawat ternyata tidak bisa, karena antreannya sudah banyak dan penuh," ceritanya.
Eko tidak tinggal diam. Ia mencoba berkoordinasi dengan teman-teman dan relasi yang ada di RSMH Palembang, tapi ternyata memang katanya penuh. Maka dengan terpaksa ia harus menunggu.
"Sekitar 24 jam menunggu, akhirnya ada peluang untuk masuk ke NICU. Pergilah saya dan anak saya ke RSMH Palembang diantar dengan ambulan. Namun ternyata setelah sampai di RSMH juga tidak langsung ke NICU, melainkan ditampung dulu disemacam ruangan observasi," ungkapnya.
Eko melihat disana bukan anaknya saja, melainkan banyak bayi-bayi yang mengalami berbagai macam jenis penyakit lainnya yang antre untuk masuk ke ruang NICU.
Lalu ia tanya ke perawatnya, seperti apa nanti prosesnya. Namun karena memang sudah banyak orang yang antre, ia juga harus menunggu.
"Cukup lama juga hampir 24 jam nunggu, cuma bisa menyaksikan perawat, dokter yang memeriksa dan memberikan sedikit gambaran bagaimana kondisi anak saya pada waktu itu sambil menunggu untuk bisa masuk ke ruang NICU nya," katanya.
Setelah 24 jam baru bisa masuk ke ruang NICU. Ada yang keluar baru bisa masuk. Di ruangan tersebut Eko melihat ada beberapa peralatan seperti inkubator. Jadi bayi-bayi yang sakit itu dimasukan dalam inkubator.
"Kita pun tidak bisa melihat secara langsung, hanya bisa melihat dari luar saja. Jadi ruangannya memang sangat khusus dan terisolasi. Betul-betul hanya ada perwat dan bayi-bayi di dalam inkubator dengan berbagai macam penyakit masing-masing," ceritanya.
Menurut sepengetahuannya, ada yang tidak ada tempurung kepala, ada ususnya yang keluar. Lalu seperti anak nya yang mengalami jantung bocor, sehingga perlu perawatan intensif.
"Saya banyak ngobrol-ngobrol dengan orang tua pasien yang ada di sana, ternyata banyak juga pasien yang datang dari luar daerah seperti dari Bengkulu, Jambi, Lampung dan lain-lain," katanya.
Sementara peralatan yang ada di sana hanya ada beberapa saja, sedangkan yang ingin masuk kesana cukup banyak. Inilah yang jadi permasalahannya, bukan hanya yang dialami Eko saja yang merasakan tapi banyak warga lainnya.
"Seperti tetangga, dan teman saya juga pernah mengalami hal yang sama. Memang nyatanya tidak mudah untuk bisa mendapatkan fasilitas perawatan NICU di beberapa rumah sakit di Palembang," katanya.
Eko pun berharap, mudah-mudahan sekarang ada perkembangan yang lebih baik, karena rumah sakit juga sudah bertambah barangkali fasilitas NICU juga bertambah.
"Karena kita sebagai orang tua tentu merasa was-was. Meskipun pada akhirnya anak kami memang tidak bisa diselamatkan dan meninggal. Kami pun akhirnya sudah ikhlas," kata Eko
Ruang NICU RSMH Penuh
Ruang NICU atau neonatal intensive care unit adalah ruang perawatan intensif di rumah sakit yang disediakan khusus untuk bayi baru lahir yang mengalami gangguan kesehatan dalam kondisi penuh saat ini.
Seperti di RSMH Palembang yang saat ini tak bisa menerima pasien rujukan atau pasien dari dalam untuk masuk ke ruangan NICU.
Koordinator Humas RSMH Palembang, Akhmad Suhaimi mengatakan hingga hari ini kapasitas ruangan NICU di RSMH sudah full alias penuh.
"Ya, kalau sampai saat ini kita sudah penuh sekali. Jadi tidak bisa juga menerima rujukan atau tambahan pasien dari dalam juga," ujarnya, Rabu (19/5/2021).
Namun, kita tidak tahu apakah besok atau minggu depan akan kembali bisa menerima pasien tergantung jika ada pasien yang sudah keluar.
"Tapi kita juga selalu full, kalau ada yang keluar pasti cepat sekali ada yang masuk. Dan kondisi sekarang memang sangat full," bebernya.
Kata Suhaimi, saat ini RSMH Palembang hanya memiliki 15 bed atau kapasitas untuk NICU ini.
"Jumlah bed kita hanya 15 dan ini sekarang saja hampir 60 persen ini pasien dari dalam, yang rujukan ada tapi sedikit," beber dia.
Ia menjelaskan pihaknya belum ada wacana untuk menambah kapasitas ruangan NICU lagi. "Kita belum tahu kalau soal itu cuma saat ini ya bisa dibilang juga kekurangan," ungkapnya.
Suhaimi mengatakan bayi-bayi yang masuk dalam ruangan NiCU ini adalah bayi yang sesuai dengan rekomendasi dari dokter karena mengalami beberapa masalah kesehatan atau yang beresiko.
"Seperti masalah kurang berat badan, masalah pernafasan, mau dilakukan tindakan operasi dan lain sebagainya," tegas dia.
Dan untuk perawatan tentu berbeda dengan setiap pasien tergantung dari jenis penyakit yang diidap.
"Ada yang hanya dua hari, seminggu dan ada juga sampai 3 bulan. Tergantung sih dari penyakitnya," ungkap dia.
Mengenai biaya, kata Suhaimi memang perawatan ruang NICU ini ada juga yang dicover BPJS dan juga ada yang tidak. " Kalau umum juga banyak dan biaya juga tergantung cuma kita tak bisa menyebutkan hal itu," ujarnya.
Hal yang sama juga dirasakan oleh RS Siloam Sriwijaya Palembang, masalah ruangan NICU yang full juga masih menjadi kendala saat ini.
"Ya, saat ini ruang NICU kita penuh dan ini juga sudah cukup lama kita rasakan," ujar Nursing Development and Clinical Operations Division Head RS Siloam Sriwijaya, Benedikta Beti
Ia mengatakan fullnya ruangan NICU ini dikarenakan masa hari perawatan yang cukup panjang sehingga membuat pasien atau bayi yang dirawat menjadi lama.
"Misalnya ada pasien bayi dengan masalah berat badan. Setelah masuk ruang NICU dipasang alat dan mendapatkan perawatan intensif. Dan ini perlu atau membutuhkan waktu bisa sampau dua minggu," ujar dia.
Belum lagi, misalnya bayi dengan permasalahan paru-paru yang lahirnya kurang bulan sehingģa perlu perawatan yang lebih lama lagi.
"Lamanya pasien atau bayi ini tergantung kondisi bayinya tersebut, dia diagnosa apa. Tapi memang rata-rata bayi yang masuk NICU ini lahir dengan masalah kurang bulan," jelas Tata sapaan akrabnya.
Untuk di RS Siloam, kata dia hanya memiliki 4 kapasitas atau bed yang tersedia dilengkapi dengan alat seperti ventilator dan lain sebagainya.
"Tren sekarang masih penuh tapi kami memang ada wacana akan menambah kapasitas ruang NICU tapi tidak dalam waktu dekat ini," ungkap dia.
Ia mengatakan kalau dilihat dari kebutuhan dan pihaknya juga terkadang menerima rujukan juga ini perlu ditambah.
"Tapi kita kan tidak tahu hari ini full dan besok mungkin bisa ada yang kosong tapi biasanya kalau ada yang kosong itu langsung terisi karena banyak juga yang sudah booking," tegas dia.
Dilihat dari angka kelahiran di RS Siloam per hari bisa capai 5 hingga 6 orang melahirkan dan jika ada tanggal cantik bisa capai 20 perhari. "Tapi kan kita tak bisa prediksi jika lahir dengan ancaman bayi beresiko atau bisa juga diperdiksi jika dia mendapatkan pengecekan rutin tiap bulan oleh dokter," ujarnya.
Apalagi di RS Siloam sudah ada layanan blastula atau bayi tabung juga akan menambah daftar resiko bagi bayi yang lahir.
"Jadi memang kebutuhan NICU ini juga sangat penting bagi rumah sakit dan perlu ditambah," ungkap dia.
Tata mengatakan mengenai biaya ia tak mau banyak bicara karena biaya perawatan bayi di NICU ini tergantung dari kondisi bayi.
"Tapi ada juga perawatan ini ditanggung juga oleh BPJS Kesehatan," tegasnya. (Linda/Sri)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/sumsel/foto/bank/originals/50-nama-bayi-laki-laki-dan-artinya-yang-punya-makna-baik-dijamin-tidak-pasaran-islami-dan-unik.jpg)