Cerita Khas Ramadan 1442 H

Cerita Siti Anita Jadi Mualaf, Tertarik Ajaran Islam yang Indah, Sekarang Hidup LebihTenang

Orangtua dan keluarga pun sudah menerima saya, karena banyak segi positif yang dilihat maka mereka mengakui.

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUN SUMSEL/LINDA TRISNAWATI
Siti Anita, keturunan Tionghoa yang menjadi mualaf dan memeluk Islam sejak 1995 ditemui di Muallaf Center Sumatera Selatan (MCSS) yang ada di Jalan Merdeka, Selasa (20/4/2021). 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Siti Anita merupakan keturunan Tionghoa yang kini sudah menjadi mualaf. Siti Anita tadinya bernama Ahunteng, namun sejak masuk Islam berganti nama menjadi Siti Anita.

"Saya masuk Islam tahun 1995, ketika usia 26 tahun. Saya tertarik masuk Islam karena melihat Islam itu indah," kata Siti Anita saat diwawancarai di Mualaf Center Sumatera Selatan (MCSS) yang ada di Jalan Merdeka, Selasa (20/4/2021).

Wanita yang kini sudah berusia 49 tahun ini menceritakan, ia tertarik masuk Islam karena ajarannya. Ia melihat kehidupan Islam itu indah. Apalagi teman-temannya yang Islam, kehidupannya indah.

Siti Anita yang juga menjadi Sekretaris di Muallaf Center mengatakan, bahwa perjalanannya masuk Islam bukanlah hal mudah. Banyak hambatan yang harus dilaluinya. Karena ada sepupunya masuk Islam tetapi kembali murtad.

"Jadi kendalanya di sana, saya takut diintimidasi dan saya pikir itu bahaya. Maka saya berpikir lebih baik hijrah atau mingat. Kalau tidak bakal digangguin saat mau beribadah," ceritanya.

Baca juga: Jadwal Operasional Kantor Pos, Pegadaian hingga Maskapai Selama Ramadan 1442 H

Untuk itulah akhirnya ia memutuskan untuk pergi menemui temanya bernama Vivi Novianti dan belajar Islam di sana dan diangkat orangtuanya sebagai anak angkat.

Lalu karena mereka memang dari awal Islam, namun kalau untuk mengajari muallaf tidak begitu paham. Sehingga dianjurkan untuk membaca di buku-buku yang ada.

"Untuk itu saya minta dipondokkan saja dan direkomendasikan ke Ainul Yaqin di Bekasi. Namun sebelum di Ainul Yaqin dikarantina terlebih dahulu selama tiga bulan diajarkan agama," katanya.

Baca juga: Tips Aman dan Nyaman Mengemudi Mobil Sambil Tetap Puasa di Bulan Ramadan

Siti Anita yang sudah mempunyai empat orang anak ini pun mengatakan, saat di Ainul Yakin dibimbing dengan baik, apalagi banyak anak-anak Universitas Indonesia (UI) yang mengajar di sana.

"Kini orangtua dan keluarga pun sudah menerima saya, karena banyak segi positif yang dilihat maka mereka mengakui. Seperti anak saya sekolah pada rangking dan kehidupan kami makin mapan," katanya.

Menurutnya, banyak perbedaan yang dirasakannya sebelum masuk Islam dan sesudah masuk Islam. Yang pasti setelah masuk Islam rasanya lebih tenang, tawadhu dan Istiqomah.

Ikuti Kami di Google Klik

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved