Vaksin AstraZeneca Mengandung Babi dan Hewan Lainnya, Ini Kata Manajemen
Kabar menyebut bahwa vaksin corona AstraZeneca mengandung babi Pihak AstraZeneca membantah adanya kandungan tripsin babi dalam produk vaksin covid
TRIBUNSUMSEL.COM - Kabar menyebut bahwa vaksin corona AstraZeneca mengandung babi
Pihak AstraZeneca membantah adanya kandungan tripsin babi dalam produk vaksin covid-19.
Bantahan ini disampaikan AstraZeneca seiring dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan, vaksin tersebut mengandung tripsin babi, tetapi masih boleh digunakan karena sedang kondisi darurat.
Dalam pernyataanya resminya pada TribunJakarta, pihak AstraZeneca menegaskan, vaksin Covid-19 AstraZeneca tidak bersentuhan dengan produk turunan babi atau produk hewani lainnya.
Diyakinkan pula oleh pihak AstraZeneca bahwa vaksin ini telah disetujui di lebih dari 70 negara di seluruh dunia dan termasuk oleh negara-negara muslim.
Di antaranya seperti Arab Saudi, UEA, Kuwait, Bahrain, Oman, Mesir, Aljazair dan Maroko dan banyak Dewan Islam di seluruh dunia telah telah menyatakan sikap bahwa vaksin ini diperbolehkan untuk digunakan oleh para muslim.
Uji klinis menemukan bahwa vaksin COVID-19 AstraZeneca 100% dapat melindungi dari penyakit yang parah, rawat inap dan kematian, lebih dari 22 hari setelah dosis pertama diberikan.
Penelitian vaksinasi yang telah dilakukan berdasarkan model penelitian dunia nyata (real-world) menemukan bahwa satu dosis vaksin mengurangi risiko rawat inap hingga 94% di semua kelompok umur, termasuk bagi mereka yang berusia 80 tahun ke atas.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa vaksin dapat mengurangi tingkat penularan penyakit hingga dua pertiga.
BPOM RI Ungkap Efek Samping Vaksin Covid-19 AstraZeneca
Badan POM telah melakukan proses evaluasi untuk keamanan khasiat dan mutu dari vaksin AstraZeneca.
Hasil tersebut didapat dari data hasil uji publik yang disampaikan secara keseluruhan pemberian vaksin AstraZeneca 2 dosis dengan interval 8 sampai 12 minggu pada total 23.745 subjek adalah aman dan dapat ditoleransi dengan baik.
Kejadian efek samping yang dilaporkan dalam studi klinik umumnya bersifat ringan dan sedang atau grade 1 dan 2, dan yang paling sering dilaporkan yaitu reaksi lokal seperti nyeri pada saat ditekan, panas, kemerahan dan gatal, dan pembengkakan, serat reaksi sistemik seperti kelelahan, sakit kepala, panas meriang, dan nyeri sendi.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Badan POM Lucia Rizka Andalusia mengatakan, efikasi vaksin dengan 2 dosis standar yang dihitung sejak 15 hari pemberian dosis kedua hingga pemantauan sekitar 2 bulan menunjukkan efikasi sebesar 62,1%.
Hasil ini sudah sesuai dengan persyaratan efikasi untuk penerimaan emergency use authorization (EUA) yang ditetapkan oleh WHO yaitu minimal 50%.