Pemerintah Disebut Tega dan Lukai Hati Petani Karena Umumkan Rencana Impor Beras Saat Panen Raya

Pemerintah Disebut Tega dan Lukai Hati Petani Karena Umumkan Impor Beras Saat Panen Raya

Editor: Slamet Teguh
ISTIMEWA
Gubernur Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) H. Herman Deru mengaku salut kepada petani Provinsi Sumsel yang berhasil panen hingga 2 kali ditengah kemarau, atas kerja keras para petani tersebut Herman Deru memberikan hadiah berupa unit peralatan pertanian, distribusi pupuk, serta membuatkan sodetan hingga ke lokasi persawahan menggunakan pompa submersible. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNSUMSEL.COM, JAKARTA - Pemerintah disebut tega dan melukai hati para petani saat umumkan rencana impor beras saat petani tengah panen raya.

Rencana pemerintah mengimpor 1 juta ton beras di tengah panen raya, telah menuai penolakan dari berbagai pihak. 

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rusli Abdullah menyebut, impor beras sebenarnya boleh saja dilakukan pemerintah, tetapi tidak saat berbagai daerah sedang panen raya. 

"Impor itu boleh, tapi ada syaratnya. Misalnya, diprediksikan gagal panen, kemudian untuk cadangan Bulog tanpa merembes ke pasar. Jadi untuk cadangan Bulog saja, jika dibutuhkan untuk operasi pasar," kata Rusli saat dihubungi, beberapa hari lalu. 

Menurutnya, pemerintah terbilang tega dengan petani karena menyampaikan impor beras saat panen raya, yang akhirnya menekan harga gabah. 

"Kenapa ada narasi rencana impor dari pemerintah saat panen? Ini kan membuat harga gabah turun, dan bisa dimanfaatkan pencari rente," papar Rusli. 

"Seharusnya pemerintah sadar diri, kenapa udah tahu kalau ada narasi impor beras di tengah panen, harga gabah akan jatuh. Kenapa bicara impor meskipun baru rencana," sambungnya. 

Baca juga: Kisah Seorang Wanita yang Terus Menangis Darah Setiap Kali Menstruasi Akhirnya Terungkap Penyebabnya

Baca juga: Mahfud MD Sebut Hakim Harus Bersikap Keras Usai Ditanya Hotman Paris Tentang Sidang Rizieq Shihab

Wakil Ketua Komisi IV DPR Budisatrio Djiwandono menyebut rencana impor beras telah melukai dan menyakiti petani. 

Akibat adanya rencana impor, kata Budisatrio, harga gabah dikalangan petani turun drastis, dan di bawah harga pembelian pemerintah (HPP). 

Di Blora, kata Budisatrio, harga gabah hanya Rp3.300 per kilo gram (kg), di Kendal Rp 3.600 per kg, dan Ngawi senilai Rp3.400 per kg. 

"Padahal besaran HPP yang ditetapkan dalam Permendag 24/2020 yaitu untuk gabah kering panen di tingkat petani sebesar Rp4.200 per kg," tutur Budisatrio. 

Sementara, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengaku, tidak mengusulkan impor beras pada tahun ini.

Rencana impor, kata Buwas, muncul setelah pihaknya menerima perintah mendadak dari Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto.

“Kebijakan Pak Menko dan Pak Mendag, kami akhirnya dikasih penugasan tiba-tiba untuk melaksanakan impor,” ucap Buwas. 

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved