Selama Tiga Hari Berturut-turut Harga Karet di Sumsel Naik, Tembus Rp 21 Ribu Per Kilogram
Harga karet di Sumatera Selatan (Sumsel) untuk kadar karet kering (KKK) 100 persen hingga 40 persen selama tiga hari ini terus naik.
Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Prawira Maulana
Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Linda Trisnawati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Harga karet di Sumatera Selatan (Sumsel) untuk kadar karet kering (KKK) 100 persen hingga 40 persen selama tiga hari ini terus naik. Bahkan kini sudah tembus Rp 21 ribu per kg untuk KKK 100 persen.
"Pada hari Senin harga karet naik Rp 541 per Kg, lalu hari Selasa naik Rp 482 per kg dan hari Rabu naik Rp 161 per kg. Untuk itu kini harga karet tembus diangka Rp 21.075 per kg untuk KKK 100 persen," kata Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel Rudi Arpian MSi, Kamis (25/2/2021).
Lebih lanjut Rudi mengatakan, jika dibandingkan dengan tahun lalu maka harga tahun ini naik jauh dari tahun lalu. Kalau tahun lalu ditanggal dan bulan yang sama misal di tanggal 24 Februari 2020 harga karet hanya Rp 15.301 per kg untuk KKK 100 persen, sedangkan tahun ini tanggal 24 Februari 2021 harga karet Rp 21.075 per kg untuk KKK 100 persen.
"Kondisi yang sama pernah terjadi juga di bulan Oktober 2020, selama empat hari berturut turut naik di atas Rp 20 ribu per kg untuk KKK 100 persen. Hal ini disebabkan cuaca ekstrem di Thailand," katanya
Namun menurutnya, untuk yang sekarang naik selama tiga hari berturut-turut dipengaruhi oleh Keputusan Arab Saudi untuk memangkas produksi secara sukarela dalam jumlah besar di bulan Februari dan Maret, sehingga turut mendongkrak harga.
Dimana sebelumnya ada komitmen pemangkasan produksi oleh Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).
Sebagaimana diketahui bahwa minyak merupakan bahan baku karet sintetis, dengan mahalnya harga minyak maka konsumen akan beralih ke karet alam.
"Dengan demikian permintaan meningkat dan produksi masih tetap memicu harga terdongkrak naik. Minyak naik, nilai tukar Rupiah ke USD Naik. Jadi harga getah karet kembali terdongkrak naik," katanya
Menurutnya, secara keseluruhan kondisi seperti sekarang ini punya momentum cukup kuat untuk harga bisa bertahan antara Rp 19 ribu hingga Rp 21 ribu per Kg. Namun berapa lama bertahan tidak dapat diduga karena faktor lain dapat juga mempengaruhi harga menjadi menurun
"Harga di tingkat UPPB lelang mingguan masih berkisar antara Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu per kg, untuk KKK antara 50-60 persen. Sementara harga di karet harian di tingkat petani tradisional masih berkisar Rp 6 ribu hingga Rp 8 ribu per kg," katanya.
Menurut Rudi ada beberapa hal yang menyebabkan harganya rendah seperti kadar karet kering (KKK) ditingkat petani di bawah 50 persen disebabkan karena umur simpan bokar mereka tidak sampai 1 minggu. Biasanya umur 2-3 hari sudah mereka jual, mengingat kebutuhan rumah tangga yang mendesak.
Msih kata Rudi, yang lebih parah lagi masih adanya kebiasan petani merendam karet ke dalam kolam dan tidak menjaga kebersihan karet dari tatal serta tanah. Akibatnya harga jualnya pun menjadi rendah.
"Untuk itu berbagai upaya telah kita lakukan seperti adanya UPPB di Kabupaten/Kota. Selain itu upaya yang dilakukan Dinas Perkebunan dengan mendorong UPPB untuk memanfaatkan Dana KUR (Kredit Usaha Rakyat)," katanya.
Menurutnya, dengan dana tersebut UPPB dapat memberikan pinjaman dana talangan kepada petani tradisional yang membutuhkan uang dimuka dan pada saat lelang mingguan, 2 mingguan maupun lelang bulanan uang tersebut dapat dikembalikan