Andi Mallarangeng Skak Moeldoko : Siasat 'Ngopi Biasa' Moeldoko Dianggap Kuno

Andi Mallarangeng Skak Moeldoko : Siasat 'Ngopi Biasa' Moeldoko Ketahuan

Tribunnews.com/ Fitri Wulandari/ Jerima
Moeldoko (Kiri) dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (Kanan) 

TRIBUNSUMSEL.COM - Moeldoko gagal mengkudeta AHY dari kursi ketua Demokrat.

Siasat kudeta terbongkar.

Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng ikut buka suara soal isu pengambilalihan kekuasaan atau kudeta di tubuh Demokrat.

Ia pun menyinggung Kepala Staf Kepresidenan Indonesia Moeldoko menjadi 'dalang' di balik isu kudeta itu.

Namun, upaya yang dilakukan oleh Moeldoko tak berhasil lantaran beberapa kader partai yang ditemui mengadu kepada Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Andi menyebut, beberapa kader yang ditemui oleh mantan Panglima TNI itu awalnya dijanjikan penyaluran bantuan bencana.

"Delapan orang datang ke DPP lapor kepada Ketum. Ketum semalam kami habis ditemui Pak Moeldoko di sebuah hotel di Kuningan. Katanya kita mau dikasih penyaluran bantuan bencana."

"Tapi sampai di Jakarta kemudian yang dibicarakan urusan Kongres Luar Biasa (KLB) Demokrat, yang intinya, Pak Moeldoko siap menjadi Ketum Demokrat."

"Dan sudah mempersiapkan untuk merebut 360 DPC dan DPD lalu kemudian masing-masing dijanjikan uang," ujar Andi, dikutip dari akun Youtube Radio Smart FM, Sabtu (6/2/2021).

Kemudian, pengaduan para kader itu langsung dibuatkan berita acara oleh AHY.

"Tapi kemudian ketahuan, karena pulangnya langsung menghubungi Ketum dan semua kesaksian mereka diberita acarakan."

"Tidak ada angin tidak ada hujan, yang begini tidak bisa ya dibiarkan," kata Andi.

Andi menuturkan, aksi yang dilakukan oleh Moeldoko tidak bisa dibiarkan.

Terlebih, praktik-praktik tersebut seperti peninggalan politik masa lalu yang telah dikubur dalam-dalam.

"Ini tidak bisa dibiarkan karena ini praktik-praktik gaya lama, secara orde baru itu adalah sejarah pengambilalihan."

"Atau intervensi kepada partai-partai politik orang lain untuk kepentingan kekuasaan dan uang," terang Andi.

Terkait bantahan Moeldoko, mantan Jubir Presiden SBY ini mengaku heran.

Lantaran alasan Moeldoko yang menyebut hanya 'ngopi biasa' saat bertemu dengan kader Partai Demokrat dinilai tidak masuk akal.

"Ngopi-ngopi kok di kamar hotel, kalau soal urusan bencana mestinya di kantor beliau secara resmi. Ini di kamar hotel sembunyi-sembunyi."

"Kalau orang ngopi-ngopi dengan teman akrab, itu baru bisa dipahami. Tapi kalau ngopi dengan orang yang tidak dikenal apanya yang ngopi-ngopi, kan Ini offside."

"Bukan hanya offside tapi kartu merah. Ini kartu merah kalau sepakbola, harus out (keluar)," tegas Andi.

Bantahan Moeldoko soal Isu Kudeta

Sebelumnya diketahui, setelah namanya terseret dalam upaya mendongkel kepemimpinan AHY, Moeldoko memberikan responsnya.

Ia langsung membantah terkait isu tersebut.

Namun, ia membenarkan menerima beberapa kader Partai Demokrat di beberapa tempat.

"Beberapa kali di rumah saya. Ya ada di hotel, di mana-mana. Tidak terlalu pentinglah (bertemu di mana). Intinya kan aku datang diajak ketemuan. Ya wong saya biasa."

"Di kantor saya itu, setiap hari menerima orang. Menerima berbagai kelompok di kantor saya. Biasa kok," ujar Moeldoko dalam keterangan pers pada Rabu (3/2/2021) lalu.

Ia mengaku heran dengan adanya pihak yang naik pitam kala ia bertemu dengan beberapa kader Partai Demokrat.

"Yang marah saya suruh marah-marah. Emosimu keluarkan, marah-marah saja. Biar saya paham apa yang kalian pikirkan."

"Jadi apa yang salah gitu lho. Aku mau pertemuan di mana kan hak saya. Ngapain Ikut campur," terangnya, dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV.

Namun, saat ditanyakan berapa kali melakukan pertemuan dengan kader Demokrat, ia tak bergeming.

Meski mengaku tak perlu dihitung, tetapi ia mengisyaratkan pertemuan itu cukup sering dilakukan.

"Ya masak saya hitung kan tidak perlu dihitung. Ya banyak, biasa kita ketemu,"

"Saya tidak peduli ini siapa wong saya itu hanya datang aja ngobrol saja," lanjutnya.

Selain itu, Moeldoko juga enggan mengungkapkan topik pembicaraan yang dibahas saat bertemu.

Ia hanya menegaskan, topik itu adalah persoalan internal Partai Demokrat.

"Itu urusan intern partai lah. Kan tidak etis lah kalau saya bicara. Itu urusan partai," tambahnya.

(Tribunnews.com/Maliana)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved